-->

Oktober 17, 2016

TEGAKKAN HATI NURANI, JUNJUNG TINGGI KEJUJURAN



Akhir-akhir ini kita dihebohkan dengan kasuss penipua Dimas Kanjeng Taat Pribadi dan sudah ditetapkan sebagai tersangka penipuan. Semakin banyak kasus penipuan yang bisa kita temukan akhir-akhir ini. Sehingga common sense muncul, benarkah bahwa di dalam dunia modern ini seperti sekarang ini, rasanya sudah sangat sulit kita menemukan orang-orang yang masih punya cinta kasih, hati nurani, dan kejujuran? Dunia di mana kebohongan dan kepalsuan akan lebih menarik untuk dipertontonkan. Sebelum melihat realita dan menjawabnya bersama-sama, lebih baik kita terlebih dahulu melihat fakta yang ada sekarang ini.
            Tahun-tahun belakangan ini tampaknya dunia hedonisme, konsumerisme, dan materialisme semakin terbuka dan menunjukkan kenikmatannya secara lebih transparan. Salah satu dipicu oleh kemajuan teknologi termasuk internet. Namun, harap dicatat bahwa yang salah bukanlah pada teknologinya. Secanggih apa pun sebuah teknologi, termasuk kemajuan di dalam dunia maya, manusia jugalah yang tetap menjadi pengendaliannya. Nah, di sinilah peran cinta kasih dan hati nurani sangat dibutuhkan, untuk menjunjung tinggi nilai kebaikan dan kejujuran.
            Namun apa yang terjadi? Perhatikanlah keadaan dunia modern saat ini. Batasan antara sisi baik dan sisi buruk semakin menjadi abu-abu. Kebohongan dan kepalsuan seakan-akan sudah menjadi suatu kewajiban untuk meraih ketenaran, popularitas, kedudukan, dan kekuasaaan. Perbuatan mencari sensasi yang fenomenal menjadi tingkah pola ketidakjujuran yang menlawan hati nurani, sepertinya sudah menjadi syarat dan alat yang begitu perkasa mendongkrak peruntungan. Sungguh sebuah kekonyolan dan pembodohan terhadap harga diri manusia yang berstatus mulia. Namun bagi para pelakunya, hal inilah sebuah trend setter di era modern. Sementara itu para pelakunya sendiri akan senang bila disebut sebagai news maker.
            Dunia sinetron, infotainment¸sampai dengan berbagai media, selalu saja menampilkan tanyangan berbumbu manipulasi, kejahatan, kelicikan, kawin cerai, kekerasan, korupsi, kolusi, nepotisme, demontrasi terhadap oknum pemimpin, anarkisme, peperangan, dank bar-kabar ebertaburan hal negative lainnya. Semakin fenomenal rating-nya semakin meroket. Bahkan bahasa iklan pun sudah banyak yang mengutamakan penggunaan kata-kata yang bombastis dengan bernada iming-iming demi menarik konsumennya, misalnya tulisan GRATIS dibesarkan tapi tulisan syarat dan ketentuan berlaku dikecilkan atau bahkan diumpetin.
            Dari sisi produsen, memang hal tersebut diklaim sebagai bagian strategis marketing, namun di sisi lain masyarakat hampir tidak pernah diedukasi untuk menyikapi hal tersebut secara cerdas. Ini sangat menyedihkan karena ittu berarti masyarakat kita pun sudah banyak yang terkontaminasi bahkan ikut mengmbil bagian dari efek domino yang diciptakannya, yakni pembunuhan karakter yang baik. Dan dalam hal ini, kejujuran serta hati nurani dibuat menjadi tumpul. i. Orang-orang yang masih menjunjung tinggi kejujuran pun akhirnya dianggap kuno dan menjadi tidak menarik untuk dipromosikan.
Memulai dengan Cinta Kasih dan Kejujuran
            Cinta kasih, hati nurani, dan kejujuran pun sesungguhnya adalah sebuah amanah dari Tuhan, untuk kita laksanakan dalam setiap bagian proses pertumbuhan seumur hidup kita. Saya percaya di dalam diri setiap manusia selalu ada keinginan untuk menegakkan hati nurani dan menjunjung tinggi kejujuran atas dasar cinta kasih sejati. Namun, di jaman ini, yang terjadi justru adalah: seringkali keinginan tersebut dikalahkan oleh iming-iming yang dipropagandakan oleh arus kemunafikan. Apalagi jika sebuah terimpit dalam keadaan dan situasi yang terdesak oleh kebutuhan.
            Bukan hanya kebutuhan ekonomi saja, saat ini kebohongan dan kepalsuan pun sudah lumrah digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan rasa aman. Misalnya saja berbohong untuk lari dari tanggung jawab atau untuk sekedar mempertahankan status quo, berbohong untuk memenuhi kebutuhan akan penghargaan
Jawaban Untuk Kejujuran
            Apakah benar di jaman modern seperti sekarang ini kita semakin sulit bertemu dengan orang-orang yang masih menjunjung tinggi kejujuran dan hati nurani? Silahkan Anda menjawab terlebih dahulu. Sudah? Mari kita bahas bersama, Jawaban yang pertama, TIDAK BENAR! Orang-orang yang masih punya hati nurani dan kejujuran masih sangat banyak berada di sekitar kita. Hanya saja, suara mereka tidak terdengar atau juga tak didengarkan, reputasi mereka tak terekspos dan banyak juga di anatra mereka yang tak pernah mendapatkan kesempatan untuk berkembang. Sebagai akibat dari ‘kebijakan’ yang mempersempit jalur persaingan yang jujur dan transparan.
            Jawaban yang kedua, kembali menjawab itu TIDAK BENAR! Karena orang-orang jujur yang terus giat membelah hati nuraninya, masih jauh lebih banyak dari pada oknum yang tidak lagi menghargai kehadirannya. Percaya bahwa salah satu pembela hati nurani dan penjaga kejujuran  tersebut adalah Anda yang sedang membaca di sini. Kita dan beserta semua orang jujur laiinya yang masih terus membela hati nuraninya, hanya perlu bersatu menciptakan sebuah sistem dan poal kehidupan yang baru. Di mana cinta kasih menjadi fondasinya dan hati nurani serta kejujuran menjadi pilar utamanya.

jawaban yang ketiga, lagi-lagi saya harus menjawab TIDAK BENAR! Karena para pembela hati nurani dan penjaga kejujuran tidak akan tinggal diam melihat dunianya dikacaukan oleh para oknum yang sudah melupakan kodrat kemuliannya sebagai manusia. Saya bersama Anda pasti akan tampil dan membuktikan bahw cita dan hati hurani bisa mengalahkan kepalsuan dan kejujuran, pasti menang melawan kebohongan. Hanya dibutuhkan nyali untuk terus bertahan dalam tindakan yang selalu mengutamakan cinta kasih, membela hai nurani dan kejujuran, demi mewujudkan impian besar kita. Agar diri kita bisa menjadi teladan sukses terbaik yang bisa menjadi air kehidupan dan petunjuk jalan bagi semua orang yang haus dan merindukan kesejatian hidup. Sehingga kita bisa menjadi solution maker dalam banyaknya persaingan kehidupan serta menciptakan kejujuran dalam setiap proses kehidupan. Karena kejujuran adalah harta yang berlaku di manapun kita berada. Menurut Venantius Dwi Riyanto dalam bukunya The Miracle of Pride, “apapun latar belakang kehidupan maupun profesi, semuanya bisa menjadi penjaga hati nurani. Mulailah dari diri sendiri, mulailah dari hal kecil, dan mulailah saat ini juga”.

Tags :

bonarsitumorang