-->

Februari 28, 2017

Herbert Marcuse: Otomatisasi dan Mekanisasi


           
Herbert Marcuse
Pemanfaatan teknologi secara gencar di segala bidang kehidupan merupakan realitas harian. Dewasa ini, hampir tidak ada lagi daerah yang tertutup atau menutup diri dari pengaruh teknologi. Penduduk yang hidup di belantaran Amazon sekalipun, di tengah hutan Kalimantan dan Papua maupun di Padang Gurun Sahara dan di pedalaman Afrika ditemani radio, televisi, berkomunikasi dengan telepon seluler dan internet serta mengambil alih nilai yang ditawarkan oleh media komunikasi tanpa banyak tanya. Pikiran teknologi berhasil meluas di seluruh dunia.

            Dampak langsung yang bisa kita terima secara realitas ada pembentukan realitas teknologi dalam masyarakat. Teknologi menjadi bagian integral dari hidup warga dan berperan sebagai ukuran dan rujukan dalam menjalin hubungan, pergaulan, pekerjaan. Kelengkatan dengan teknologi menciptakan sikap tergantung yang sengaja dibuat. Layaknya seperti narkoba, semakin lama semakin candu. Tanpa semua perangkap teknis, hidup individu seakan tanpa daya dan makna. Teknologi menguasasi makna secara mutlak dan menyeluruh.

            Persoalan hakiki yang muncul adalah ketergantungan dan kecanduan terhadap teknologi itu mengungkapkan apa? Realitas teknologi membawa serta prinsip, hukum, dan ukuran nilai yang berciri teknis. Dari sekian prinsip, hukum dan ukuran nilai teknologi yang dipaksakan adalah otomatisasi dan mekanisasi.

            Otomatisasi merujuk pada kerja mesin yang bergerak sendiri tanpa campur tangan manusia (otomatis). Otomatisasi merupakan prinsip kerja mesin yang berlangsung manidiri ke dalam kesadaran manusia supaya menghasilkan tindak-tanduk dan aktivitas yang spontan atau mengalir begitu saja.

            Secara sederhana, mekanisasi mengacu pada hukum gerak dari berbagai elemen yang menyusun benda atau organisme sebagai keseluruhan (mekanika) dalam ruang dan waktu. Mekanisasi merupakan pengalihan pola gerak yang menghubungkan bagian yang lain dalam benda atau organisme secara seirama dan serentak ke dalam pikiran individu guna menghasilkan rasa ketergantungan pada sistem secara keseluruhan.

            Otomatisasi dan mekanisasi dapat dijumpai dalam bidang kehidupan manusia. Mulai dari pesawat terbang sampai kepada industri rumah tangga. Misalkan, bila seorang ingin berpergian dengan pesawat terbang atau kereta api, cukup menyalakan komputer dan membuka jaringan internet, mengetik nama maskapai, membayar tiket dan memilih tempat duduk. Untuk industri rumah tangga sudah ada mesin cuci. Bersusah payah untuk menggosok dan basah kuyup, pergi ke biro perjalanan dan mengantre kini sudah menjadi cerita masa lalu di banyak negara. Individu cukup menginstruksi yang tertera di mesin, buku petunjuk dan pemakaian dan perintah di layar komputer, mesin akan bekerja sendiri. Semua telah disetel dan diprogram.
Salah Satu Karya Hebert Marcuse

            Sejalan dengan proses, waktu dan jalinan gerak mesin kemudian dibawa dan dialihkan pada proses hidup dan aktivitas manusia mulai dari tingkat individu, masyarakat hingga teta kelola negara. Awalnya, alasan dan tujuan otomatisasi dan mekanisasi bersifat ekonomis semata. Kalangan pengusaha, yang mengontrol produksi seminimal mungkin dan mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Jangan heran bila otomatisasi dan mekanisasi merupakan faktor dominan dalam dunia industri.

            Ketika kaum pemilik modal mulai bersinggungan dengan aktivitas sosial, politik, dan kekuasaan, otomatisasi dan mekanisasi yang menjadi bukti ampuh kesuksesan di bidang ekonomi dan finansial diterapkan dalam kehidupan sosial-politik-budaya-pertahanan-keamanan dan kenegaraan. Dunia hidup bersama mesti ditata dan dikelola seturut prinsip mekanis supaya dapat berhasil guna bagi kemakmuran dan kesejahteraan bersama.

            Tentu ada perbedaan yang hakiki antara cara berpikir manusia dan pola pikir mesin, proses kerja manusia dan proses operasioanal mesin, perilaku manusia dan tingkah pola mesin. Mesin adalah sebuah benda mesin yang tunduk buta pada kaidah dan sistem kerja yang sudah diprogramkan. Sementara manusia adalah mesin hidup yang dibekali akal budi dan berkat kemampuan berpikir ia mampu bertanya dan mempertanyakan, menerima dan menolak, turut dan melawan perintah.

            Untuk membuat cara kerja, hubungan dan pergaulan, pola bertindak dan bertingkah laku, cara proses bepikir, pola beraksi-bereaksi individu cocok dan sejalan menurut kaidah dan ukuran nilai yang berlaku dalam dunia mesin, diadakanlah kursus dan pelatihan teknis tanpa henti. Apa yang menjadi mesti dikhawatirkan dari pelatihan teknis demikian dan mengapa wajib diwaspadai seara kritis?

            Hal hakiki dan seluruh realitas teknologi adalah kenyataan bahwa proses senantiasa menuntut pelatihan yang berkelanjutan dalam pemahaman mekanis terhadap benda. Titik krusial dan mentalitas manusia dengan alat teknik-mekanik. Penyesuaian akan berujung pada keseragaman jadwal hidup dan pola berpikir manusia.

            Individu dididik supaya hidup teratur dan tepat waktu, siap bekerja kapan saja dan dengan siapapun, tanpa banyak tanya, sigap menjawab dalam waktu yang singkat, penuh pertimbangan dalam bertindak, memiliki pola hidup dan pola berpikir yang seragam dan terkontrol. Dalam pemikiran kritis, pelatihan merupakan proses pemasukan dan pengendapatan sistem kerja mesin dalam pemikiran dan kesadaran pribadi supaya terbentuk sikap dan pola hidup yang sama dengan mesin. Otomatisasi dan mekanisasi individu berarti robotisasi manusia.


Tags :

bonarsitumorang