-->

Februari 12, 2019

Biar Lambat Asal Tepat atau Cepat Tepat


Dulu, sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar, ada satu motto yang sampai sekarang masih terisi dalam memori alam pikiranku. Adapun motto itu disampaikan oleh ibu guru yang dulu mengajar Bahasa Indonesia. Motto itu adalah “Biar Lambat Asal Tepat”. Ini membentukku menjadi pribadi yang lebih mengutamakan penikmatan proses dibandingkan penikmatan hasil. Setiap tugas sekolah saya selesaikan dengan cara yang lambat namun memiliki manfaat pengalaman yang tepat. Mungkin ini disebut sebagai perubahan pola pikir dalam setiap nilai yang disosialisasikan guru kepadaku. Ketika mengerjakan tugas individu atau pun di kelompok, kami selalu menganggap bahwa proses adalah nomor satu.





Namun motto hidup ini tinggal kenangan sekarang. Motto ini sudah dianggap tertinggal dan mati. Sekarang motto hidup adalah Cepat dan Tepat. Bukan tidak mungkin kehidupan kita sekarang sudah dianggap menjadi mesin, layaknya onderdil mesin yang memaksa diri untuk selalu bekerja dengan melihat hasil. Ini sama halnya seperti yang disampaikan oleh Tokoh Sosial Jerman, bahwa seiring perubahan jaman manusia menjadi satu dimensi. Kebiasaan hidup ini terinternalisasi dalam setiap kegiatan yang dilakukan manusia sekarang. Baik atau tidak, bernilai positif atau negatif, niccaya kebiasaan ini memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan.
              
Nampak atau tidak, perubahan pandangan ini sudah menyebar bagai virus yang mematikan dalam kehidupan manusia. Mematikan kenikmatan proses dan mencari sesuatu dengan cara yang tepat. Bagaimana mungkin tidak, untuk mencapai suatu karir kita juga sudah dipaksa untuk menjadi orang yang serba cepat, terlambat satu detik saja dalam menjawab pertanyaan, maka sudah pasti banyak orang yang mengalahkan. Ini terjadi dalam rumah tangga, lingkungan, tempat kerja, bahkan secara universal di setiap tindakan manusia. Ini menjadi pandangan hidup yang baru dan memang wajib diterapkan. Ketika masih ada orang yang mengutamakan proses, maka saat itu juga dia akan tergilas oleh kekalahan.


Pun demikian, apakah kamu harus merubah motto hidupmu? Ya atau Tidak semua pasti beralasan. Bahaya laten jika memilih  “Cepat Tepat” adalah manusia akan menjadi apatis terhadap sesamanya. Cobalah nikmati dalam setiap kegiatanmu yang ada adalah kegiatan penuh dengan individualisme. Diam sudah menjadi biasa. Bahaya laten selanjutnya adalah kaum muda secara khusus akan memaknai hasil menjadi lebih utama dibandingkan proses. Sebabnya, ketidakpedulian terjadi di mana – mana. Biar pun kita sudah tahu ada yang perlu diperbaiki akan tetapi kesalahan itu akan tertanam seiring keberhasilan yang sudah digapai. Akhirnya hasil menutupi segala proses. Hingga kaum muda sekarang sudah banyak yang kehilangan kesabaran dalam mencapai cita, kehilangan jiwa kebersamaan, kehilangan kepedulian terhadap lingkungan luas, dan kehilangan kepercayaan diri.



Jika kamu layaknya tetap memilih “biar lambat asal tepat” maka kegagalan akan lebih banyak menantimu. Biar pun kamu tepat, tapi jika ada satu orang lebih cepat satu detik darimu, maka kamu saat itu sudah kalah. Karena jaman sekarang orang ataupun kelompok, lebih suka kerja cepat. Selanjutnya jika kamu tetap bertahan pada motto itu, berarti kamu adalah orang yang peduli terhadap sebuah proses. Secara pengalaman, tentu orang yang sukses dengan penikmatan proses akan dapat survive dalam jangka panjang. Inilah menjadi bahaya laten daripada perubahan moto hidup. Semuanya ada konsekuensi yang diterima. Baik secara langsung ataupun tidak langsung. Nikmatnya tentu akan berbeda.  

Tags :

bonarsitumorang