-->

Mei 10, 2019

MENGENAL SEBUAH "BUKU"


Aku pernah hanyut dan terbawa arus mempelajari sebuah buku, bertahun – tahun lamanya. Lembar demi lembar aku kecap buku itu dalam sebuah pengalaman. Prinsip bagiku, jika satu lembar saja buku itu tidak aku pahami maka aku akan kebingungan lembar – lembar berikutnya. Layaknya sebuah buku yang ditulis oleh seorang yang terkenal ingin kusampaikan bahwa buku ini layak dan pantas dijadikan sebagai pengalaman yang sangat berharga. Pun jauh hari sebelumnya, aku ketahui ini hanya akan membuat kisah klise dalam hidupku.


Awalnya buku ini berasal dari sebuah kota yang sangat jauh. Terpendam dalam lautan ketidaktahuan. Hingga rasa ingin tahu, penulis dan buku dipertemukan dalam sebuah univeritas kehidupan yang sarat dengan tantangan. Ingin mendapatkan buku itu saja penulis harus mengayuh di jalan yang berkerikil, jatuh, dan sesekali aku geram dengan banyak kondisi.  Sebut saja bahwa buku itu memiliki referensi yang dikuasai oleh masa lalu yang kuanggap bisa untuk kuperbaiki ataupun ku revisi dengan niat supaya pembaca yang lain bisa mengakui bahwa ini bukan karya murahan. Awal perkenalan, buku itu tersampul dengan baik oleh lembaran tebal dan berkualitas, gambar putih bening tanpa noda, penuh dengan prolog yang menggembirakan, membuat penasaran, hingga niat penulis untuk membangun kisah semakin tergugah. 

Dari sampulnya tidak ada lagi keraguan. Walaupun ini ceritanya sangatlah panjang. Tidak cukup tahunan untuk menulisnya. Butuh seumur hidup. Dari cover-nya tak sedikitpun meragukan niatku untuk membacanya. Niscaya buku ini adalah harapan dan rules of life untuk jangka waktu yang panjang.

Buku ini kuciptakan disebuah kota yang pelik dan kasar. Kota yang penuh dengan hingar bingar keganasan, kedengkian, dan kegundahan. Dicetak dari perusahaan hati tanpa lokasi. Ditulis dengan tetesan tinta yang lupa dan pongah. Terbit dalam waktu singkat dan diterbitkan langsung dalam cita yang tak pernah padam. Namun Mei ini baru bisa kumulai. Tanpa ada referensi memadai penulis siap merangkum dari banyak pelakon dalam buku ini.
Buku ini kuawali dengan kata pengantar. Yang intinya aku mengucap banyak terima kasih kepada Penguasa Semesta yang sudah mempertemukan logika dengan kenafikan. Ucapan terima kasih juga buat banyak orang yang selalu memperkuat kualitas buku yang sering mengkritik bahkan menghayutkan isi buku ini tanpa ada kelengkapan solusi. 

Sangatlah pantas aku ucapkan terima kasih untuk dua tiga orang editor buku ini yang sampai sekarang mereka masih saja berjuang dalam pergumulan satu langkah untuk menjadi seperti pelakon, pergi dan hilang tanpa kabar. Terakhir sekali ucapan terima kasih kusampaikan untuk sinar matahari yang selalu menjadi penerang dan hadir setiap pagi, bulan yang menjadi penerang malam. Tak luput aku lupa terima kasih untuk jalanan kota yang mungkin bosan melihat buku yang sedang mengukir session demi session isi buku ini. Wah, ada banyak kuucapkan terima kasih untuk beberapa pembaca, tanpa henti menambah kualitas konteks dan teks buku itu.

Aku sampaikan kepada pembaca bahwa buku ini dilarang mengutip, memperbanyak, mengulangi, dan menerjemahkan ke dalam hati karena ini adalah pengalaman logika yang bersaing dengan keinginan. Ini membutuhkan waktu  untuk jadi bahan bacaan. Hari ini hari sangat spesial karena sesungguhnya merampungkan semua  buku ini adalah anugerah dan kebahagiaan. Sekalian aku kembali dalam masa kenangan. Kusampaikan “special thanks” untuk pelakon buku ini.


Tags :

bonarsitumorang