-->

November 03, 2019

JADI A LITTLE BRAVER UNTUK TUHAN, MARI BELAJAR DARI AYUB


Ingin Jadi Little Braver, Tanpa Tuhan? 



Sebelum ini saya dalam fase, di mana lebih mengakui bahwa Firman Tuhan itu sulit dibuktikan dalam kehidupan nyata. Kurang bersyukur tentang kekuatan dan kemampuan yang sebenarnya sudah dianugerahkan Tuhan untuk kita adalah milik-Nya. Awalnya itu bangga dengan sebuah keberhasilan. Bangga dengan banyak pujian. Sulit menerima sebuah kritikan. Bahkan dalam situasi yang tidak mendukung terhadap kesenangan, lebih baik memilih untuk tidak ambil bagian atau antipati terhadap keadaan itu.

Untuk jangka waktu yang lama, itu menjadi terinternalisasi dalam setiap nilai capaian yang ingin kudapatkan. Hingga setiap harinya aku sering menomorduakan Tuhan dan dengan mudah mengatakan bahwa semua itu karena USAHAKU. Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan bukanlah karena aku selalu berserah kepada Tuhan, tapi karena aku MAU dan BEKERJA KERAS.  Dalam logikaku, faktor penghambat sekalipun yang datang itu akan bisa kuatasi dengan versi terbaikku.

Ternyata setelah banyak momen naik – turun hidup, sadar, Firman Tuhan tidak bisa dilogikakan begitu saja dengan mudah. Karena Firman Tuhan adalah hidup. Mengalir dalam setiap darah manusia dan menjadi panduan langkah dan kompas setiap tujuan kita.

Bagaimana sebuah nilai yang sudah tersistem dalam pola laku kita, sulit untuk diubah,  itulah yang kualami. Dulu sulit memberikan waktu kepada Tuhan, jarang memakai talenta kepada kemualiaan Tuhan. Bukan sebuah prioritas memikirkan hubungan interval antara manusia dengan Tuhan, itu. Hampir suka juga dengan buku – buku yang anti terhadap keberadaan sebuah kepercayaan.  

Mungkin ini menjadi realita yang kurasakan, bagaimana dengan teman – teman? Apakah pernah merasakan pengalaman tersebut atau masih dalam fase seperti itu. Sesungguhnya itu bukan diinginkan oleh Tuhan.

Sebuah Misi Hidup
Setelah mengambil komitmen diri untuk membaca Firman Tuhan dan menulis inti Firman Tuhan itu kedalam sebuah buku yang kusebut buku “refleksi hidup”, dan ini masih terus berlanjut sampai hari ini. Pun memang belum sampai 100 hari. Ini bukan hanya tentang rutinitas, di saat kondisi yang tidak terlalu mendukung aku juga kadang masih lupa untuk membaca dan merenungkan Firman Tuhan. Karena sebagai manusia yang sudah berkomitmen sekalipun, aku juga kadang lupa atas komitmen itu. Saat ini aku masih dan tetap melanjutkan kebiasaan yang produktif itu. Karena disaat membaca dan merenungkan, hikmat akan langsung datang dari Tuhan.

Kasih Tuhan melalui; perhatian keluarga, teman, dan orang – orang yang baru dan peduli dengan kita. Atas nikmat pendidikan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Atas harta benda. Atas hidup penuh nikmat, dapat menikmati udara pagi, berbicara, melihat, merasakan, dan lain sebagainya. Apalagi atas pekerjaan dan talenta yang kita miliki.

Saat ini, apakah sudah dipakai untuk kemuliaan Tuhan dan mengasihi sesama?

Visi Misi Hidup Mutlak untuk Tuhan

Niscaya, Firman yang membuktikan kepada kita tentang apa itu pengalaman naik turunnya sebuah proses pendewasaan diri di dalam manusia. Dapat saya petik dalam kisah Ayub, di mana Ayub memiliki banyak harta dunia, memiliki sepuluh anak, memiliki ternak ribuan, dan menjadi salah satu orang terkaya pada saat itu. Anak – anaknya yang sering mengadakan pesta syukuran secara besar – besaran. Tuhan juga menganugerahkan kehormatan kepa Ayub.
Namun, Tuhan ingin membuktikan seberapa besar kuatnya iman yang dimiliki Ayub. Allah memanggil anak – anak Ayub, meluluhlantahkan seluruh kekayaan yang dimilikinya, serta membuat Ayub sakit parah. Kondisi itu tidak menjadi penghalang Ayub untuk mendekatkan diri kepada manusia. Tetap berjalan sesuai Jalan Tuhan. Mensyukuri atas apa yang dimiliki Tuhan.

Kondisi itu pun dipertegas oleh Ayub, dengan mengucapkan syukur dan pujian kepada Tuhan yang tertulis di dalam Ayub 1 : 10 “Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala sesuatu yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kau berkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu”.
Ini menjadi kekuatan yang dimiliki Ayub, ketika Tuhan memberikan berkat melimpah kepadanya, Dia pun tidak pernah lupa untuk bersyukur. Karena Ayub pun tahu bahwa Tuhan memberikan segala sesatu dengan cara yang terbaik, bukan kebetulan. Tuhan memagari apa yang dia miliki, Tuhan memberkati agar berhasil dan semakin bertambah jumlahnya.


Juga di dalam Firman Tuhan dari Perjanjian Lama  ini, Ayub 1 : 21 “Katanya, dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya, Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan”. Ini menjadi salah satu cara Ayub untuk menyatakan kebenaran Firman Tuhan agar bisa mensyukuri atas apapun yang kita miliki. Karena kedatangan kita ke dunia manusia tidak membawa sehelai apapun dan memang kita tidak akan bisa membawa seluruh kekayaan yang kita miliki.

Saat ini apakah kita sudah memaknai atas segala yang kita miliki. Seperti udara pagi yang sejuk dan menyegarkan saat kita terbangun dari tidur, kesehatan yang kita miliki, serta banyaknya kasih Tuhan yang bisa kita rasakan. Ini semua bukan karena kekuatan, namun karena kita diberikan Tuhan kesempatan untuk merasakan apa yang Tuhan ciptakan.

Tidak ada kata yang bisa mewakili betapa begitu besar KASIH TUHAN setiap hari. Tidak ada kata juga untuk dapat mewakili betapa besar anugerah Tuhan untuk kita setiap hari.

Pengalaman dengan pengalaman hidup, semakin hari  dan semakin banyak rasa dan bukti nyata kasih Tuhan kepada manusia. Bukan karena kekuatan yang kita miliki. Apalagi tentang apa yang sudah kita dapatkan di dunia. Pribadi yang TUHAN miliki tidak pernah lekang oleh kondisi apa pun yang kita miliki.

Kita memang terbatas akan kemampuan. Ini bukan tentang perasaan yang hanya sebatas rutinitas. Tapi ketika kita coba setiap hari dan setiap pagi bersyukur, semua perasaan itu menjadi kekuatan tersendiri dengan kita.

Sebenarnya apa pun kondisi kita, TUHAN selalu hadir. Nyata menjadi solution maker untuk kita. Dalam keadaan sakit, dalam kesusahan, persaingan hidup, pekerjaan, pergumulan tentang relationship, apalagi tentang kondisi ketidakmampuan kita dalam menggapai sesuatu. Hari ini, besok, bahkan lusa sekalipun kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Ibarat matahari yang memiliki rutinitas setiap hari, terbit di Timur dan tenggelam di Barat. Ini menjadi ilustrasi kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita.

Kita pernah terbit di dunia, yaitu tentang lahirnya kita di dunia. Hadir tanpa sehelai bajupun, lemah, dan hanya tangisan yang terdengar dari. Kita pun menikmati KASIH TUHAN di dunia. Bisa merasakan betapa indahnya ciptaan Tuhan, merasakan hangatnya kasih Setelahnya kita terbenam. Tuhan akan memanggil kita untuk mewujudkan firman-Nya, bahwa setiap manusia akan kembali lagi kepada-Nya.

Tuhan mengenal hati kita. Jauh melebihi kemampuan pikiran yang kita miliki.
Tuhan memberkati kita.


Tags :

bonarsitumorang