-->

Desember 19, 2019

TEMAN, MENEPILAH SEJENAK



Teman, Menepilah Sejenak
(Sebuah sajak memilih kepemilikan teman)

Teman, semoga ada banyak kabar baik hari ini tentangmu
Jika hari nanti aku hanya punya satu teman tersisa
Aku sungguh ingin jadi dirimu
Aku yakin dunia akan ada pihak kita

Terkadang kita sungguh berarti
Terkadang lebih
Tentang mengulurkan tangan
Meratapi . . . . menepi . . . . refleksi
 memang seadil itu

Hari depan penuh warna
Tinggalkan kebutaan masa lalu, jangan buka
Agar tak terkurung sengsara
Padamu teman baikku

Sekali lagi ini tentangmu
Api kelam segera siram . . . .bukan pilihan menipu diri, bahagialah segera
 bebas lepas dan lepaskan, teman!

Yang terlewat biar saja
Sesal tak ada artinya
Masa depan kini sudah dijalani, sungguh ada
Biarlah
Aku
Kamu
Menjadi
Saksi
Tentang
 Jalanan yang tak berujung
Terbentur dan terbentur   
Kerikil yang pernah mengoyak kakimu,
Duri tajam yang menusuk hatimu, cabutlah!
Manisnya kata, lupakanlah!
Jangan memilih ingat akan . ..................
Cari wajah baru . . . . lalu ucapkanlah satu kata untukku
. . . . . . . . . . . . . .  . . . . . . . .
Karena kamu begitu berharga, terutama untukku

Mari kita cari sekarang, ayunkan langkahmu
Sebelum cahaya mentari ditelan senja, hilang
Sebelum malam menyusul . . . .gelap
Elegi esok pagi akan membersamaimu
Cumbulah putik – putik bunga itu
Merekah dan mewarnai halaman rumahmu
Isap sarinya, sejenak udara segar akan mengalir di seluruh tubuhmu

Hari ini aku mengajakmu sebentar saja kembali ke jalanan itu, terima dan iklaskan
Terbangkan lembaran kelam itu
Kubur dalam - dalam
Hanyutkan dalam ombak perasaanmu
Bakar kembali energimu, untuk wajah baru
Laku hidup akan membentukmu
Teman, menepilah sejenak

Aku sungguh tak kuasa menahanmu,
Aku miskin ilmu dan harta untuk menyakinkanmu
Muda tak berdaya
 . . . . , maaf!
Itulah aku.

Hei, teman
Ingatkah kita pernah menyatu dalam langkah kelam, hari itu
Berpikir . . . . berlakon . . . . berpeluh . . . . itu semua berubah jadi diam
Sejenak kita juga pernah merenung
Sebab pedih tak kunjung menepi
tak ubah mematikan seluruh rasa yang sudah kita bangun bersama 
kemudian kita pun membunuh rasa itu
Pucuk mimpi sudah kita gapai hari itu
Walau itu juga yang memaksa kita lupa,  


Kamu, eh AKU kala itu
Terlalu banyak bercanda
Sampai lupa membenahi diri

Teman . . . . doaku selalu hadir untukmu
Sangat tak mudah untuk memilih lupa tentang itu semua
Kelak, jika waktu berpihak
Senja hari, kita menepi di jalanan yang pernah kita lalui bersama, duduk
Berkisah tentang canda . . . . tawa . . . . dan cacian . . . . karena aku ingin segera kembali menyalakan api juang hidup

Teman . . . .ini sekian harinya kita tak kunjung temu
Terlalu jauh jarak, ruang, dan waktu, apalagi prasangka
Sampai detik ini pun, dirimu masih menjelma dalam bayangan langkahku

Teman, rindukah kamu tentang diriku?
Apakah kamu merasa paling luka?
 Atau kamu lebih memilih benci . . . . jika ingat akan aku
Aku tahu, ini membekas
Penuh belukar rumput yang menggangu tumbuh kembangmu
Tapi, segeralah bahagia, lapangkan dadamu
Aku juga akan bahagia . . . . jika benci itu benar lepas darimu

Kini kau sudah menjalani bersama wajah baru, suasana baru, hampir satu tahun kita tak jua tegur sapa
Sungguh banyak berubah darimu,
satu tahun ini
pengalaman hidup

jalan panjang perjuangan, usaha berulang kita lakukan
tidak terhitung kilometer yang kita tempuh
tidak jua untuk ego diri
apakah kita terlalu bercanda kala itu?
tapi mengapa, pertanyaan ini sangat sulit untuk kulewatkan . . . .
apakah kamu sudah benar – benar bahagia?
Sedangkan aku lebih sering merayakan sepi

Yakinlah, segenap hati akan kucari sosok seperti dirimu
Lemah lembut, tenang, kamu sesederhana itu
Beberapa sudah ingin hadir
Tapi hadir sebelum direncakan

Ingatlah cahaya lilin yang pernah kita hidupkan bersama
Jadikan penerang jalanmu untuk sampai ke awan mimpimu

Ruang hidup terbuka luas
Aku tuliskan surat kebahagian ini
untukmu
Jangan ragu lagi . . . . ambil dan bahagialah segera
Aku aku mendoakanmu

Nanti ucapkan satu kata saja tentangku tentang . . . . .


                    Teman, menepilah sejenak      
Jika hari nanti aku hanya punya satu teman tersisa
Aku sungguh ingin jadi dirimu


Tags :

bonarsitumorang