-->

April 11, 2020

GAGAL MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI (SNMPTN DAN SBMPTN) MENYERAH? TIDAK!

AKU DENGAN SEDIKIT MIMPIKU

Nasihat lama mengatakan, tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Walaupun ini hanya pengenalan yang singkat dan tidak saling bertatap muka, sudahlah sebaiknya kita saling berkenalan. Saya anak dari bapak Waspiner Situmorang dan Remseria Tumanggor. Orangtua saya ini berdomisili di Hutagalung. Desa terpencil di dekat Kec. Parlilitan dengan Kab. Humbang Hasundutan. Waktu tempuh dari Medan - Hutagalung sekitar 12 jam perjalanan. Orang tua yang saya cintai ini tinggal di daerah yang sangat jauh dari keramaian, tinggal di ladang dan hanya pulang ke kempung pada hari Sabtu dan akan balik pada hari Minggu sore dengan berjalan kaki selama 3 jam. Saya merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Ayah dan ibu bekerja sebagai petani. Yakni petani padi. Panen padi itu 2 kali dalam satu tahun.

Aku Waktu Kuliah
Saya sangat berniat untuk kuliah, terutama di universitas negeri. Sehingga saya sangat bertekat dulunya menjadi seorang mahasiswa di universitas negeri yang ada di Indonesia. Dengan pendapatan orang tua yang hanya bertaruh dari hasil pertanian ya sekitar Rp. 500.000/bulan.  Rumah kami di kampung, bisa dikatakan belum layak huni. Dengan kondisi atap rumah yang bocor, lantai yang terbuat dari papan. Dari keluarga saya, hanya saya yang mengecap perkuliahan. Tapi aku sangat bersyukur, karena kami diam di dalam satu atap. Abang dan kakak saya hanya sampai sekolah menengah pertama karena putus sekolah dan tidak bisa dibiayai. 

Kami bersaudara enam, tiga laki-laki dan tiga perempuan. Orang tua saya, hanya berpendapatan dari hasil ladang. Untuk bisa menyekolahkan anaknya. Bahkan ayah dan ibu bekerja di ladang orang agar bisa mengirim kebutuhan anaknya di bangku perkuliahan. Inilah pengenalan singkat, yang dapat saya berikan semoga pengenalan ini dapat mendekatkan kita.

UJIAN SNMPTN 2012

Saya adalah tamatan SMA tahun 2012. Dan untuk menuju bangku perkuliahan saya harus tes sebanyak empat kali. Saya gagal sebanyak tiga kali, yakni SNMPTN 2012, SBMPTN 2012, dan UMB 2012. Alasan saya untuk menuju bangku perkuliahan negeri adalah karena orang tua tidak sanggup membiayai uang kuliah di swasta. Kecewa dengan hasil, bukan menyebabkan niat saya unutk kuliah menjadi redup. Dulu di SMA saya adalah Ketua OSIS, yakni pada periode 2010/2012. Pada waktu itu saya masih kelas dua.

Apresiasi ketika aku dapat Juara Olimpiade sains tingkat SMA/sederajat se-Humbang untuk matapelajaran Ekonomi. Pada waktu test SNMPTN 2012, hal yang paling diutamakan kriteria kemenangan adalah nilai raport, sertifikat dan organisasi yang diikuti di sekolah. Saya berharap bisa menang di universitas yang saya pilih. Padahal waktu itu pada tanggal 28 Mei 2012, saya membuka pengumuman dan ternyata gagal. Dari test SNMPTN ini, saya sangat merasakan kekecewaan. Kecewa dan sangat kecewa.

Waktu itu, saya merenung ketika melihat pengumuman tidak menang. Padahal kawan-kawan yang lain banyak yang menang dan masuk ke perguruan tinggi negeri. Lama – kelamaan ternyata SNMPTN belum jalan buatku untuk masuk ke perguruan tinggi. Dengan kondisi pendapatan orang tua. Saya tidak bisa bimbingan belajar di Kota Medan. Bahkan, jaringan informasi di kampung kami masih sangat sulit dan jaringan telepon belum ada. Cara yang terakhir adalah memberikan informasi pada kawan, supaya mendaftarkan saya untuk mengikuti ujian SBMPTN.

Ketika itu saya meminta kepada Ayah supaya mengizinkan saya bimbingan belajar ke Kota Medan, namun ayah mengatakan kita tidak punya uang, saya sangat merasa terpukul dengan keadaan itu. Hanya bisa berdiam di kampung dan membantu keluarga bekerja di ladang seadanya. Sangat sulit menerima realita tersebut. Komparasi orang yang kaya dengan orang miskin sudah sangat tampak. Dengan demikian, saya hanya berdiam dan memohon kepada Tuhan supaya memberikan jalan dan kuasanya. Hanya niat yang besar, namun tidak ada kepastian melalui modal.

Dengan semangat yang tak pernah pudar, saya memohon kepada orang tua supaya memberi izin tes masuk perguruan tinggi. Namun waktu itu ongkos ke Medan tidak ada. Caranya adalah saya bekerja dengan orang lain, untuk upah demi ada ongkos ke Kota Medan. Sekuat hati dalam melaksanakan setiap perjalanan hidup, dan orang tua memberangkatkan saya untuk pergi ke Kota Medan. Pada waktu itu, hari Minggu, saya berangkat dan besok harinya adalah ujian SBMPTN. Sore hari sampai, besok paginya harus bergegas untuk ujian. Dengan persiapan yang sangat minim, hanya bermodal ilmu yang didapatkan di SMA.  Saya ujian SBMPTN di Universitas Sumatera Utara, dan uang pendaftaran yang kala itu saya pinjam dari kawan. Menjawab soal sebisa mungkin, ternyata hasil belum maksimal.  Pada waktu pengumuman, sama saja dengan SNMPTN yang gagal.

Melihat kenyataan itu saya merasa tidak punya tujuan lagi untuk kuliah. Namun setelah saya pikir-pikir kegagalan yang ke dua ini tidak menyebabkan kemauanku kuliah menjadi turun, semua ini saya anggap cobaan hidup. Saya beranggapan bahwa nilai yang kita dapatkan selama SMA belum tentu memudahkan langkah kita untuk meraih satu kursi PTN. Setiap hari saya berdoa dan memohon kepada Tuhan, supaya memberikan saya kesabaran dan kesadaran dalam menjalani tugas yang diembankan sebagai insan ciptaan-Nya. Niscaya pengalaman itu membuat saya semakin kuat, kegagalan adalah jembatan menuju kesuksesan.

TEST UMB 2012

Melupakan sejenak hasil SBMPTN, saya bertekad untuk mencoba lagi. Terus berjuang agar bisa masuk ke perguruan tinggi. Selanjutnya untuk ujian yang ketiga saya mencoba UMB (Ujian Masuk Bersama), pada kesempatan ini saya menemukan kesulitan yang sangat besar. Yakni, uang regristrasi yang mahal, kesulitan ini cukup membuatku pening. Jalan terakhir adalah, untuk biaya pendaftaran saya bekerja di Kota Medan, sebagai kuli bangunan dan dibantu oleh kakak – kakak saya. Dengan susah payah saya mendapatkan upah cukup untuk biaya pendaftaran. Pada waktu itu biaya pendaftaran sekitar Rp 200.000.

Pengalaman yang ketiga ini, sangat membuatku terpukul lagi. Adalah kawan-kawan yang se-SMA dulu telah lolos ke perguruan tinggi. Jikalau pun tidak masuk perguruan tinggi negeri mereka dapat melanjutkan ke perguruan tinggi swasta. Dengan keadaan genting seperti ini, orang tua dan saudara kandung selalu memberikan nasehat dan motivasi kepada saya. Untungnya, pada keadaan seperti itu saya tidak putus asa. Saya berpikir, di mana Tuhan itu berada? Saya berpikir selama masa SMA, rajin belajar, ibadah, mendapatkan prestasi yang baik, dan juga mendapatkan kesempatan menjadi ketua OSIS, ternyata hanyalah cerita belaka. Kegagalan yang ketiga kali ini, membuatku menjadi turun semangat.


Kemudian suatu hari, ayah dan ibu memberikan nasehat kepada saya. Beliau akan berusaha untuk bisa memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Ketika itu, ayah menyuruhku supaya mendaftar di universitas swasta yang ada di Medan ini. Mendengar hal itu, saya merasa bahagia. Mencari universitas swasta di Medan ini, di antaranya adalah, Nomensen, Methodis, UNIKA. Kendala yang saya dapatkan adalah uang kuliah yang hampir mencapai 6 jt/tahun. 

Melihat biaya kuliah itu, saya sadar akan keadaan orang tua. Saya sadar orang tua hanyalah petani di kampung, dan saya sadar bukan perguruan tinggi saja yang bisa membuatku sukses nantinya. Dengan optimis, saya memutuskan untuk berhenti dan tidak ingin masuk ke perguruan tinggi swasta pada tahun itu. Dengan luka di hati, saya ,memutuskan untuk pergi merantau. Dengan satu tekat, tahun depan akan mecoba ke perguruan tinggi.  Meninggalkan impian perguruan tinggi dan belajar menerima kenyataan hidup. Semua pengalaman ini saya jadikan dasar untuk menguatkan iman dan menguatkan tekad ke depannya.

MASA KERJA


Melihat keadaan sebelumnya, hal yang paling memungkinkan untuk menuju kesuksesan adalah bekerja. Masih ingat, saat memberangkatkan ku, kedua orang tuaku menangis. Namun, satu hal yang mencerminkan keseriusan mereka adalah akan selalu berusaha jikalau nantinya aku anaknya ada kemauan untuk kuliah, dan siap untuk mendukung ku. Perasaan sedih tak bisa terbendung, tapi apa bisa buat, semuanya harus dijalani.  Memberangkat anaknya ke perantauan hanya bermodalkan izajah SMA, sama saja melepaskan anaknya di hutan lebat tanpa bekal makanan.  Tapi hal itu tak menjadi penghalang bagiku. Jika Tuhan berkehendak, jalan mana pun ku langkahkan akan jadi mudah. Karena hanya dalam Dialah aku mampu melangkah.

Bekerja bukanlah tujuanku yang pertama setelah habis masa SMA, sekali lagi untuk kuliah. Tujuan besarku untuk kuliah adalah untuk mengangkat martabat ayah dan ibuku dan keluargaku. Tapi langkah ini harus kutempuh,  pergi merantau ke Kota Jambi. Mengingat kedua orang tua yang saya tinggalkan di kampung, setiap hari masih diselimuti suasana kampung. Sederhana, sepi, dan penuh dengan keharmonisan. Nah, di kota aku haru banyak belajar dan beradaptasi.  Akhirnya saya memutuskan untuk membantu kakak yang mempunyai toko di Jambi.

Tentang kakakku, dialah menjadi orang nomor dua setelah orangtua ku. Semangatnya yang tak pernah pudar dan menjadi panutanku dalam bergaul dan memandang masa depan.
Namun faktanya, kesulitan yang saya dapatkan ini lebih sulit daripada menjawab soal SBMPTN dan UMB. Hal ini yang membuatku tetap semangat dan tidak mengingat kegagalan itu lagi. Karena memang benar dunia pekerjaan lebih sulit daripada mengerjakan soal tes. Apalagi pengalaman yang masih minim membuatku sangat teralienasi dengan keadaan di kota.  Memakai bahasa Indonesia masih di bawah rata-rata, penampilan yang konservatif, mengandalkan izajah SMA, serta hanya mengandalkan kekuatan saja. Hari itu aku sadar, bekerja berpenghasilan itu memang sulit.  Jadi ingat betapa sakitnya jika jauh dari orang tua. Ingat juga betapa sulitnya saudara – saudaraku untuk membiayai hidup kami sekolah SMA dulu. Sekali lagi, niat tetaplah niat, di sela – sela waktu luang saya selalu memanfaatkan diri untuk up grade diri.

Di Toko Kakakku

Hingga pada suatu ketika, terlintas dipikiranku untuk persiapan SNMPTN. Pada bulan Februari 2013, saya meyakinkan diri untuk mencoba lagi masuk ke perguruan tinggi lewat jalur ujian. Tanpa bimbingan belajar, hanya belajar sendiriSaat waktu bekerja saya terus membawa buku ke toko. Membaca saat ada waktu luang, juga belajar setelah pulang membantu kakak di toko. Hal ini saya lakukan setiap hari, baik hari kerja maupun libur. Ada satu niat yakni ingin mencoba hal baru. Dengan strategi ini berharap semesta memudahkan satu langkah mencapai cita – cita ku. Lagi, setiap mendapatkan uang saku dari kakak, saya menempatkan waktu luang untuk pergi ke toko buku, dan membelinya. Ini saya lakukan hampir setiap bulan untuk menambah buku dan wawasan lain. Selain itu saya menabung uang saku saya untuk persiapan nantinya jika masuk kuliah.

TEST SNMPTN 2013


Saya mendaftar mengikuti SNMPTN di Kota Jambi. Mengikuti ujian di Universitas Jambi. Satu hal yang paling lucu saat itu, aku hampir terlambat ke lokasi ujian. Karena keterlambatan ojek yang sebelumnya sudah disepakati. Di jalan pun kami bagaikan ada di arena balap. Kencang dan pasti. 

Pengabdian ke SMA-ku

Ujian ketika itu selama dua hari, tepatnya di Fakultas Pertanian UNJA. Tuhan pun bekerja, akhirnya penantian selama ini terwujud, pada bulan Juli saat pengumuman, saya lulus dan berhak masuk ke Universitas Sumatera Utara jurusan Sosiologi. Saya sangat senang dan melompat-lompat karena bahagianya. Orang tua yang sangat saya cintai juga ikut bahagia, karena pada saat itu baru saya yang bisa mengecap perkuliahan di USU dari anak petani. Tidak lupa bersyukur kepada Tuhan, dan mengucapkan terima kasih kepada orang tua, saudara dan terutama kakakku yang selalu berada di depanku dan menjadi panutan ku.

AYAH SAKIT DAN MENINGGALKAN KAMI SEMUA

Ketika itu, setelah delapan bulan berada di Kota MedanAyah dalam keadaan sakit di kampung. Sebelumnya ayah sering berpesan kepadaku, jika nantinya Ayah telah pergi dan kamu harus tetap kuat dan semangat menjalani kuliah. Pada bulan sembilan kami keluarga membawa ayah berobat kemana-mana. Mengingat kondisi ayah yang semakin memburu, kami membawa ayah ke Kota Medan untuk berobat. Pikirku, masuk ke perguruan tinggi sudah dihadapkan masalah kehidupan seperti ini, pikirku kembali  Akhirnya saya dan keluargaku berjuang melawan semua tantangan serta berusaha untuk menyembuhkan ayah dengan cara berobat. Begitu banyak rumah sakit yang kami sudah datangi. Terakhir adalah Rumah Sakit Hj. Adam Malik. Hampir tidak kuat kami menerima kenyataan. Ayah pun begitu tenangnya pergi, tanggal 03 April 2020.


Sipinsur, Saat Penelitian

Kami pun ihklas melepas. Walau memang sering ditemani sepi. Namun, ya hidup memang harus tetap berjalan. Bumi tetap berputar pada porosnya. Waktu tetap berjalan. Hari ini sudah enam tahun yang lalu aku kenang cerita ini. Aku pun sudah sedewasa ini. Ada banyak pedoman hidup yang selalu aku pegang, yaitu Firman Tuhan, orangtua, keluargaku, dan dukungan dari orang – orang di sekitar ku. Intinya buat kalian yang ingin mencapai cita – cita setinggi mungkin, percayalah semesta akan mendukung. Doa. Niat. Kerja keras. Rendah hati dan lakukan segala sesuatu dengan terbaik.  

Tags :

bonarsitumorang