Budaya Permisif : Cakap Kotor
Ada orang yang melakukan interaksi sosial tidak sesuai
dengan komunikasi yang normatif. Terutama dikalangan para anak muda yang bisa
disebut sebagai penakluk kehidupan. Banyak sekali melakukan kesalahan dalam
hubungan itu. Terkadang kata-kata yang bisa menyatukan pertemanan adalah kata
yang selama ini mengandung unsur negatif. Namun, kebiasaan yang tidak baik itu
sepertinya sudah menjadi bagian kehidupan.
Perkataan
ini sering penulis dengarkan terutama di kampus. Banyak persahabatan hanya
terjadi saat teman kita memanggil dengan kata SU, ANJING, PUKIMAK, NYET,
BAN*SAT, SI*IT, sampai TOL tanpa membuat marah.
Kata yang seperti ini yang sepertinya bisa lebih mengeratkan
persahabatan. Hal ini yang paling sering dilakukan oleh kaum adam.
Kebiasaan ini mungkin tidak pernah
terbertik dipikiran para pelaku, bahwa ini adalah kata yang sala.
Jadi pandangan penulis secara teori
strktural yang sangat sederhana adalah, semua sistem itu akan berjalan dengan
baik, ketika ini merupakan suatu organ sosial yang tak bisa dipisahkan yang
selalu inherent dengan kehidupan anak muda secara khusus. Ketika unsur sistem
sosial selalu memiliki fungsi yang berguna bagi unsur lainnya atau bagi
kelangsungan interaksinya, unsur itu tidak akan hilang dengan sendirinya.
Namun, KETIKA UNSUR WALAUPUN SECARA MORAL TIDAK DISUKAI OLEH WARGA MASYARAKAT,
misalnya perkataan negatif di atas, MAKA UNSUR ITU AKAN SULIT UNTUK
DIHILANGKAN.
Baiklah memang perspektif dari struktural
fungsional ini, bahkan dengan teori ini anak muda yang melakukan tindakan
sosial ini akan saling mendukung. Karena mungkin dengan perkataan seperti yang
di atas…..ada fungsinya bagi pelaku. Apakah itu fungsi untuk mempereratkan
hubungan persahabatan, membuat tertawa, atau sampai membuat jadi kamus di atas
nama sahabat.
Penulis sangat sering mendengar, para kaum
adam mengatakan seperti ini terutama di kampus. Bahkan di luar kampus sekalipun
banyak sekali terdengar oleh penulis.
Namun penulis mempunyai suatu peribahasa
yang mungkin bisa membantu pembaca dalam memaknai fenomena di atas. Mislanya,
Mulutmu adalah harimaumu. Peribahasa lain adalah dipetik dari buku Rule of Life
misalnya “jika Anda tidak mau mengatakan hal yang baik, jangan menagatakan apa
pun”. Jadi penulis sangat yakin, bahwasanya kata di atas tidak pantas disampaikan
kepada manusia ataupun itu sekalian sahabat. Memang penulis belum bisa
memastikan, mengapa para pelaku
interaksi negatif ini mengatakan hal ini sering kepada sahabatnya? Apa hal yang
diuntungkan? Bisakah memang benar menambah hubungan yang harmonis bagi
persahabatan? Semua pertanyaan ini hanya bisa disampaikan penulis lewat
imajinasi, soalnya penulis sering mendapatkan jawaban yang ambigu dari sahabat
kampus ketika memberikan pertanyaan-pertanyaan di atas. Jawaban para pelaku, kebanyakan tidak tahu
alasannya mengapa bisa mengatakan hal yang demikian terhdap sahabatnya.
Hal yang pasti, kata-kata di atas
diciptakan karena memang ada fungsinya. Soalnya penulis bisa memberikan pendapat kata-kata yang seperti itu BISA
DISAMPAIKAN jikalau itu sesuai dengan waktu, tempat, keadaan, dan sesuai dengan
objek yang dituju. Jadi tidak logikakan jika kata-kata itu tercipta bukan untuk
disampaikan, namun pas pada waktunya. Objek yang dituju harus sesuai, misalnya
janganlah pula memanggil sahabat dengan kata
“kontol”.
Misalnya, sebenarnya penulis dan pembaca
telah membaca dan mmengatakan kata kotor-kotor itu. Hahahahahaha. Jadi, penulis
dan pembaca tidak bersalah membacanya, mengapa? Karena tepat waktu (memberikan
penjelasan), keadaan (fenomena dikaum muda), dan merupakan sebuah penjelasan
kapan bisa disampaikan kata-kata itu.
Tidak ada salahnya, jika penulis ingin
membawa pemikiran pembaca, bagaimana sebenarnya pandangan Alkitab dengan
kata-kata kotor?
Tertulis di Efesus 4:29 “Janganlah ada
perkataan kotor dari keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik
untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih
karunia”.
Sudah pastilah semua kata-kata di atas
adalah perkataan kotor. Jadi tidak perlu disampaikan pada siapa pun. Suapaya
setiap perkataan yang kita keluarkan adalah kata yang penuh kasih karunia.
Terima kasih telah membaca, jadi penulis
ingin memberikan pertanyaan.
Menurut pendapat Anda, apakah ada fungsi
kata-kata di atas? Jika ada, berikan alasan.
Jika tidak ada fungsinya, mengapa kata-kata
itu diciptakan?
Tags : Jurnal Sosiologi
bonarsitumorang
- Bonar Situmorang
- Medan
- Jakarta Selatan
- bonarsos@gmail.com
- +62852-6969-9009