Makalah: Pengertian dan Ruang Lingkup Sosiologi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penulisan
Untuk memahami
dan mendalami buku ajar tentang sosiologi ekonomi sebenarnya banyak tantangan
yang harus dihadapi. Apalagi jika pemahamannya tidak didasari tentang pemahaman
yang kuat terhadap sosiologi-ekonomi. Kedua bidang ilmu pengetahuan ini
merupakan bidang ilmu yang berdiri tegak sendiri dan memiliki ilmu sendiri
untuk menjawab pertanyaan dari
permasalahan yang termasuk ruang lingkup setiap bidang ilmu. Dalam hal ini,
sebuah ilmu pengetahuan tidak bisa menjawab seluruh permasalahan yang ada di
lapangan, sehingga dibutuhkan ilmu dalam untuk membantu menjawab sebuah
realita. Sehingga sosiologi-ekonomi disatukan untuk menjawab permasalah bidang
ilmu sendiri.
Dalam kajiannya
itu dibutuhkan kesepakatan hubungan timbal balik anatar kedua ilmu tersebut.
Dan untuk menggabungkan itu dibutuhkan kekuatan teori yang sudag dibangun
dengan sejak dulu. Sosiologi dan ekonomi bisa menjadi satu untuk memberi
penjelasan atau bahkan menjadi solution
maker bagi permasalahan kebutuhan ekonomi dan keadaan sosial dalam
masyarakat yang lebih luas.
Isu-isu dan permasalahan ekonomi dan sosial merupakan ranah dari
sosiologi ekonomi. Dalam latar belakang ini dibangun sebuah penegasan, sebelum
berangkat lebih luas. Dasar yang paling utama untuk bisa menggunakan sosiologi
ekonomi harus terlebih dahulu paham pengertian dan ruang lingkup sosiologi
ekonomi. Pemisahan dan penggabungan ranah ilmu masing-masing dan sejauh mana
ruang lingkup yang bisa dijadikan sebagai bahan kajiannya, Sehingga dari
fondasi yang sudah kuat terbangun nantinya bisa menganalisis bahkan
mempergunakan ilmu yang terkandung dalam sosiologi ekonomi. Oleh karena ini, tulisan ini akan memberikan
penjelasan secara luas tentang pengertian dan ruang lingkup sosiologi ekonomi
sebagai sebuah ilmu pengetahuan.
.
1.2 Rumusan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diputuskan
penyederhanaan topik yang harus dianalisis dan dituliskan dalam makalah ini, yaitu: pengertian sosiologi, pengertian ekonomi, pengertian
sosiologi ekonomi, pelatak fondasi sosiologi ekonomi dan sosiologi ekonomi
dewasa ini.
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, adapun tujuan
tulisan ini adalah:
1. Untuk menuliskan pengertian dan ruang lingkup sosiologi dan
secara khusus pendalaman terhadap sosiologi ekonomi.
2. Untuk memahami dan
mengetahui pengertian dan ruang lingkup
sosiologi dan secara khusus pendalaman terhadap sosiologi ekonomi.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Secara Teoritis
1. Hasil karya ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
pengembangan ilmu Sosiologi, khususnya Sosiologi Ekonomi.
2. Diharapkan dapat memperkaya kajian tentang seputar pentingnya
memahami dasar sosiologi ekonomi.
1.4.2. Secara Praktis
1. Bagi lingkungan kampus, makalah ini menjadi karya dari mahasiswa
dan bisa menjadi bahan tulisan selanjutnya.
2. Bagi mahasiswa dan mahasiswi ini bisa menjadi bahan bacaan,
menambah referensi bacaaan tentang pengertian dan ruang lingkup sosiologi
ekonomi..
3. Bagi kelompok satu diharpakan tulisan ini menjadi pemenuhan tugas
mata kuliah sosiologi ekonomi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Sosiologi
Dalam
menentukan ruang kajian keilmuan, diperlukan sebelumnya membuat batasan
terhadap kajian ilmu tersebut, yaitu dengan cara membuat pengertian atau
defenisi tentang ilmu tersebut. Demikian pula dengan kajian ilmu sosiologi,
sangatlah diperlukan pemahaman atas pengertian ataupun defenisinya. Untuk itu,
berikut ini akan disampaikan pembahasan mengenai beberapa pandangan para
sosiolog dalam mendefenisikan sosiologi.
2.1.1
Pitirim Sorikin
Sosiologi
adalah ilmu yang memperlajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka
macam gejala-gejala sosial seperti, antara gejala ekonomi dan agama, keluarga
dan moral, hukum dan ekonmi, gerakan masyarakat dan ekonomi, dan sebagainya;
hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala-gejala non sosial seperti
gejala geografis, biologis dan sebagainya; dan ciri:ciri umum dari semua
gejala-gejala sosial.
2.1.2.
Roucek dan Warren
Sosiologi
merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan kelompok.
2.1.3.
William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff
Sosiologi
adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu
organisasi sosial.
2.1.4.
Selo Soedmardjan
Sosiologi
adalah ilmu yang mempelari struktu sosial (keseluruhan jalinan antara
unsur-unsur sosial yang pokok seperti kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga
sosial, kelompok sosial dan lapisan sosial), dan proses-proses sosial (yang
berupa pengaruh timbal balik antara pelbagai kehidupan bersa,a seperti
kehidupan ekonomi dan kehidupan politik, kehidupan hukum dan kehidupan agama
dan lain sebagainya), termasuk di dalamnya adalah perubahan-perubahan sosial.
2.1.5. Soerjono Soekanto
Sosiologi
memusatkan perhatiannya pada segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha
untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
2.1.6. David B. Brinkerhoft dan
Lynn K. White
Brinkerhoft
dan White (1989:4) berpendapat bahwa sosiologi merupakan studi sistematik
tentang interaksi sosial manusia. Titik fokus perhatiannya terletak pada
hubungan-hubungan dan pola-pola interaksi, yaitu bagaimana pola-pola tersebut
tumbuh-kembang, bagaimana mereka dipertahankan, dan juga bagaimana mereka
berubah.
Adapun
konsep interaksi sosial yang dimaksud adalah sebagai suatu tindakan timbal-balik
antara dua orang atau lebih. Selanjutnya yang dilihat dari interaksi sosial
tersebut adalah adanya kontak dan komunikasi. Sebagai contoh, Pak Kusno sedang
mengendarai sepeda motor dan sedang berhenti di suatu persimpangan jalan oleh
karena lampu lalu lintas menyalakan warna merah tanda berhenti. Ketika melihat
ke sekeliling, ternyata tidak jauh darinya Pak Kusno melihat Pak Ahmad,
tetangganya yang juga sedang menunggu lampu merah berganti. Pak Kusno menyapa
Pak Ahmad, namun karena menggunakan helm, Pak Ahmad tidak dapat mendengar
sapaan Pak Kusno. Lalu Pak Kusno pun membunyikan klakson sepeda motor beberapa
kali sampai akhirnya Pak Ahmad menoleh ke arahnya. Ketika Pak Ahmad menoleh ke
arah Pak Kusno, maka saat itu telah terjadi kontak antara mereka yakni kontak
mata.
Namun,
interaksi sosial tidak akan terjadi jika hanya ada kontak tanpa diikuti dengan
komunikasi. Akhirnya, setelah mengalami kontak mata, Pak Kusno pun memulai
percakapan dengan pertanyaan mau ke mana, lalu Pak Ahmad dapat menjawab pertanyaan
Pak Kusno sambil menunjukkan arah jalan yang akan ditujunya, selanjutnya
setelah lampu hijau menyala, Pak Kusno melambaikan tangannya kepada Pak Ahmad
tanda berpisah karena jalan yang selanjutnya mereka tempuh berbeda. Demikianlah
interaksi sosial tengah berlangsung terjadi di antara mereka.
Defenisi
sosiologi dari Brinkerhoft dan White menempatkan manusia sebagai makhluk yang
aktif-kreatif . Manusia adalah sebagai pencipta terhadap dunianya sendiri.
Proses penciptaan tersebut berlangsung dalam hubungan interpersonal. Oleh sebab
itu, sosologi yang dikembangkan melalui defenisi ini adalah sosiologi mikro.
2.1.7. Paul B. Horton dan Chester L.
Hunt
Dari
sekian banyak defenisi yang ada, untuk kepentingan pemahaman batasan sosiologi
ekonomi, menarik untuk dipahami 2 defenisi masyarakat dari Horton dan Hunt
(1987:59) serta Peter L. Berger (1966).
Horton
dan Hunt mendefinisikan masyarakat sebagai sekumpulan manusia yang secara
relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu
wilayah mandiri memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar
kegiatannya dalam kelompok tersebut. Lalu mereka juga mendefenisikan kebudayaan
sebagai segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh
para anggota suatu masyarakat, maka hal ini berarti, seseorang dapat menerima
kebudayaan sebagai bagian dari warisan sosial. Dan pada gilirannya, bisa
membentuk kebudayaan kembali dan mengenalkan perubahan-perubahan yang kemudian
menjadi bagian dari warisan generasi berikutnya. Contohnya, cara berpakaian
seragam siswa/siswi tahun 90-an berbeda dengan cara berpakaian seragam
siswa/siswi saat ini.
Berbeda
dengan Horton dan Hunt, menurut P.L Berger, masyarakat merupakan suatu
keseluruhan kompleks hubungan yang luas sifatnya, seperti analogi bagian-bagian
dalam masyarakat adalah sosial, seperti hubungan antar jenis kelamin, hubungan
antar usia, hubungan antar dan inter keluarga, hubungan perkawinan dan
seterusnya. Keseluruhan hubungan tersebut dikenal dengan masyarakat. Maka di sini
dapat dilihat bahwa Berger lebih menekankan sistem yang berpengaruh antar
individu atau pun kelompok, di mana aspek kualitas dan konstuktif lebih
diharapkan, berbeda dengan pendapat Horton dan Hunt yang lebih menekankan pada
aspek ruang dan kuantitas.
Setelah
memahami dua defenisi yang berbeda tentang sosiologi, maka dalam melihat
ataupun hendak memahami sosiologi ekonomi, sebaiknya posisi kita adalah
menggabungkan dua defenisi di atas. Dengan kalimat lain, posisi kita berada
antara tataran sosiologi mikro dan makro
serta antara realitas objektif (eksternal) dan realitas subjektif (internal).
2.2.
Pengertian Ekonomi
Ekonomi merupakan kata
serapan dari bahasa Inggris, yaitu economy.
Sementara kata economy berasal dari
bahasa Yunani, yaitu oikonomike yang
berarti pengelolaan rumahtangga. Adapun yang dimaksudkan dengan ekonomi sebagai
pengelolaan rumahtangga adalah suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan
pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumber daya rumah tangga
yang terbatas di antara berbagai anggotanya, dengan mempertimbangkan kemampuan,
usaha dan keinginan masing-masing. Dengan demikian, ekonomi merupakan suatu
usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang berhubungan dengan
pengalokasian sumberdaya masyarakat yang terbatas di antara berbagai anggotanya
dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan keinginan masing-masing.
2.3.
Pengertian Sosiologi Ekonomi
Kemunculan sosiologi ekonomi merupakan fenomena dam
aktivitas ekonomi yyang berkembang di masyarakat, seperti aktivitas produksi,
pengolahan, pemasaran dan berbagai lembaga perekonomian yang ada, sesungguhnya
sudah sejak lama menjadi perhatain sosiolog klasik. Kebangkiatan sosiologi
ekonomi dan puncak perkembangannya terjadi 1980-an dan dari sinilah lahir
sosiologi ekonomi.
Sosiologi ekonomi dapat
didefenisikan dengan dua cara. Pertama,
sosiologi ekonomi didefenisikan sebagai sebuah kajian yang mempelajari hubungan
antara masyarakat, yang di dalamnya terjadi interaksi sosial dan ekonomi dalam
hal ini dapat dilihat bagaimana masyarakat mempengaruhi ekonomi dan sebaliknya
bagaimana ekonomi mempengaruhi masyarakat. Sosiologi ekonomi mengkaji
masyarakat yang di dalamnya terdapat proses dan pola interaksi sosial dalam
hubungannya dengan ekonomi. Hubungan antara sosiologi (dalam hal ini pola
interaksi) dan ekonomi merupakan hubungan yang saling respirokal atau
pengaruh-mempengaruhi.
Masyarakat sebagai
realitas eksternal objektif akan menuntun individu dalam melakukan kegiatan
ekonomi. Dalam menentukan tindakan ekonomi dan motif ekonomi, masyarakat akan
senantiasa terikat dengan nilai-nilai yang dianut yang berasal dari budaya,
agama, hukum, dan lain-lain. Kegiatan ekonomi seperti produksi, distribusi dan
konsumsi akan selalu dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
Dalam hal inilah dapat dilihat bagaimana hubungan antara masyarakat dengan
ekonomi, di mana masyarakat (dalam hal ini nilai-nilai yang dianut) dapat
mempengaruhi tindakan maupun kegiatan ekonomi serta sistem ekonomi.
Bagi masyarakat yang
memeluk agama Buddha dan sebagian masyarakat tertentu, mengkonsumsi daging
merupakan hal yang dilarang. Umumnya masyarakat lebih memilih mengkonsumsi
sayur dan buah-buahan untuk memenuhi gizi dalam tubuh (vegetarian).
Dalam sistem ajaran
agama Islam dikenal sistem ekonomi syariah dimana sistem ekonomi dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip syariat (ajaran agama). Dalam sistem perbankan
misalnya, sistem ekonomi syariah melarang pemberlakuan sistem bunga simpanan
karena dianggap melanggar ajaran agama.
Di Indonesia, jika
seseorang meninggal dunia, umumnya masyarakat yang datang melayat menggunakan
pakaian berwarna hitam. Simbol warna hitam tersebut bermakna sedih dan
berkabung sehingga orang-orang yang melayat merasa turut prihatin dan berduka
atas meninggalnya seseorang.
Berdasarkan ilustrasi
tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat (dalam hal ini nilai-nilai yang
dianut) berpengaruh terhadap tindakan ekonomi masyarakat. Karena adanya
larangan untuk mengkonsumsi daging maka kelompok masyarakat yang
mengidentifikasikan diri sebagai vegetarian
tidak akan memakan daging. Hal ini berarti bahwa nilai yang berfungsi sebagai
tuntunan dalam kehidupan masyarakat berpengaruh berhadap tidakan ekonomi dalam
hal ini konsumsi. Aturan penggunaan pakaian dalam acara kematian pun
menunjukkan bahwa nilai-nilai yang ada dalam masyarakat berpengaruh terhadap
tindakan ekonomi masyarakat yakni konsumsi. Demikian juga dengan sistem ekonomi
syariah yang menggunakan
prinsip-prinsip syariat dalam
perekonomian.
Sedangkan ekonomi
mempengaruhi masyarakat yang di dalamnya terdapat proses interaksi dapat
dilihat dalam bentuk gaya hidup masyarakat.


Saat ini, dalam
masyarakat sedang trend busana pria
dan wanita ala artis Korea. Melalui media seperti televisi dan media online,
masyarakat disuguhkan dengan berbagai iklan yang menawarkan produk-produk fashion yang sedang trend. Seseorang
yang ingin tampil beda dan tidak ingin dianggap “ketinggalan zaman” akan sangat
mudah dipengaruhi oleh iklan tersebut. Munculnya iklan tersebut menyebabkan
sebagian masyarakat berperilaku konsumtif dan lebih mementingkan style daripada esensi. Hal ini
membuktikan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi masyarakat sehingga masyarakat semakin
konsumtif dan cenderung berindak kurang rasional. Sementara dengan kondisi yang
demikian, mendorong para pengusaha untuk terus berpoduksi barang-barang yang
banyak diminati masyarakat.
Tabel 1.1 Hubungan Antara Masyarakat dan Ekonomi

|
![]() |
Keterangan
:


Kedua, sosiologi ekonomi didefenisikan
sebagai pendekatan sosiologis yang diterapkan pada fenomena ekonomi. Adapun yang
dimaksud dengan pendekatan sosiologis adalah konsep-konsep, variabel-variabel
dan teori-teori serta metode yang digunakan dalam sosiologi untuk memahami
kenyataan sosial yang termasuk kompleksitas aktivitas yang berkaitan dengan
eknomi seperti produksi, komsumsi, dan distribusi. Ada banyak teori-teori,
konsep dan metode-metode dalam sosiologi, seperti teori konflik, teori
struktural fungsional, teori interaksionisme simbol, dan lain-lain. Sedangkan
konsep-konsep yang ada pada Sosiologi yang berkaitan dengan ekonomi seperti
stratifikasi sosial, tindakan rasional, etika protestan dan spirit kapitalisme,
dan lain-lain
Adapun
yang dimaksud dengan fenomena ekonomi adalah gejala dari cara bagaimana orang
atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap jasa dan barang
langka. Fenomena ekonomi senantiasa berkembang seiring dengan perkembangan
teknologi, ekonomi dan sosial budaya masyarakat. Adapun fenomena-fenomena yang
termasuk dalam fenomena ekonomi adalah sebagai berikut :
Tabel
2.1. Fenomena Ekonomi
No
|
Fenomena Ekonomi
|
1
|
Proses
ekonomi (produksi, distribusi dan konsumsi)
|
2
|
Produkivitas
dan inovasi teknologi
|
3
|
Pasar
|
4
|
Kontrak
|
5
|
Uang
|
6
|
Tabungan
|
7
|
Organisasi
ekonomi seperti bank, perusahaan, dan lain-lain
|
8
|
Kehidupan
di tempat kerja
|
9
|
Pembagian
kerja dan segregasi pekerjaan
|
10
|
Kelas
ekomomi
|
11
|
Ekonomi
dan gender
|
12
|
Ekonomi
dan perubahan sosial
|
13
|
Ekonomi
dan pembangunan
|
14
|
Ekonomi
dan politik
|
15
|
Dan
lain-lain
|
2.4.
Peletak Fondasi Sosiologi Ekonomi
Tokoh-tokoh yang berjasa dalam
meletakkan fondasi sosiologi ekonomi ialah:
2.4.1. Karl Marx
(1818-1883)
&
Manusia
terasing dari objek yang dia hasilkan (produksi)
&
Sejarah
digerakkan oleh perjuangan kelas
&
Hanya
terdapat dua kelas yaitu kelas proletar dan kelas bourgeois
&
Ekonomi
merupakan pondasi dari masyarakat
&
Hubungan
kapitalis dan buruh cenderung eksploitatif
&
Buruh
hanya memiliki tenaga kerja untuk dijual
Contoh/
Ilustrasi :
Buruh
yang bekerja, maka mereka terasing dari hasil produksinya.
Misalnya:
Seorang buruh yang bekerja di sebuah pabrik meubel (pembuat lemari). Mereka
bekerja sehari mungkin menghasilkan banyak lemari. Para pemilik industri itu
mengambil untung dari setiap lemari yang diproduksi. Sedangkan para buruh
tadi tidak dapat menikmati/merasakan sedikitpun keuntungannya, padahal lemari
itu merupakan hasil produksinya. Buruh hanya mendapat upah yang ditentukan
dari para pemilik usaha. Keuntungan bersih lemari diperoleh pemilik usaha.
Ini yang membuat kaum bourgeois semakin makmur, sedangkan kaum proletar tidak
bisa memperbaiki status dan hidupnya.
|
Anggapan-anggapan pokok yang menjadi sumber bagi
kupasan ekonomi yang juga dikembangkan oleh Marx di dalam naskah-naskahnya
mengatakan bahwa produksi merupakan ciri khas dari kapitalisme, diakibatkan
oleh semua bentuk ekonomi. Para ahli ekonomi bertolak pada pertukaran dan adanya
kepemilikan pribadi. Usaha mencari dan mengejar keuntungan dilihat mereka
sebagai sifat-sifat alamiah dari manusia.
Penting juga kiranya untuk menekankan, bahwa Marx juga
memiliki konseps yang kuat t terhadap kelas sosial dan memiliki hubungan dengan
pasar. Semua pola yang ada dalam masyarakat memperlihatkan suatu pola yang
lebih rumit, dan yang tumpang tindih dengans struktur kelas.
2.4.2. Max Weber
(1864-1920)
Membahas tentang The
Protest ant Ethic and Spirit of
Capitalism, yang menyatakan bahwa ketelitian yang khusus, perhitungan dan
kerja keras dari bisnis Barat didorong oleh perkembangan etika protestan yang
dimunculkan oleh doktrin Calvinisme.
Weber memusatkan perhatian pada protestanisme sebagai
sebuah sistem gagasan dan pengaruhnya terhadap sistem ekonomi kapitalis. Agen
terpenting ialah orang protestan.
Untuk
mencapai keberhasilan, seseorang harus melakukan aktivitas kehidupan, termasuk
aktivitas ekonomi, yang dilandasi oleh disiplin dan bersahaja, yang didorong
oleh ajaran keagamaan.
Contoh/
Ilustrasi:
Etika
protestan tumbuh subur di Eropa, yang dikembangkan oleh seorang yang bernama
Calvin. Saat itu, muncul ajaran yang menyatakan seorang pada intinya sudah
ditakdirkan untuk masuk surga atau neraka. Untuk mengetahui apakah ia masuk
surga atau neraka dapat diukur melalui keberhasilan kerjanya di dunia. Jika
seseorang berhasil dalam kerjanya (sukses) maka hampir dapat dipastikan bahwa
ia ditakdirkan menjadi penghuni surga, begitu juga sebaliknya, kalau di dunia
ini seseorang selalu mengalami kegagalan maka dapat diperkirakan kalau
seseorang itu ditakdirkan masuk neraka.
|
2.4.3. Emile Durkheim
(1858-1917)
Dalam
bukunya yang berjudul Division of Labor in Society:
Pembagian kerja mempunyai fungsi
yang lebih luas. Pembagian kerja merupakan sarana utama bagi penciptaan kohesi
dalam masyarakat modern untuk menghasilkan solidaritas organik. Pada buku
tersebut disebutkan bahwa perubahan struktur sosial sebagaimana perkembangan
masyarakat dari status yang tidak dibedakan pada masa primordialisme untuk sebuah
langkah yang dikarakteristikkan dengan pembagian tenaga kerja yang kompleks.
Pembagian kerja yang dimaksudkan Durkheim ialah masyarakat modern tidak diikat oleh
kesamaan antara orang-orang yang melakukan pekerjaan yang sama, akan tetapi
pembagian kerjalah yang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar
tergantung satu sama lain.
Contoh/
Ilustrasi:
Misalnya
di dalam sebuah pabrik. Ada orang yang bekerja di mesin teknisi, pengawas,
penjual, di bidang pembukuan, sekretaris, pengiriman dan penerimaan barang,
dan lainnya. Dengan adanya spesialisasi tadi, maka mereka akan berhubungan
dan saling tergantung sehingga sistem tersebut membentuk solidaritas
menyeluruh yang berfungsi didasarkan pada saling ketergantungan.
|
2.4.4.
Joseph Schumpeter
Meskipun
sebagai seorang ekonom, Shumpeter lebih tertarik dengan sosiologi ekonomi.
Schumpeter lebih berhasil dan perspektifnya lebih dekat kepada tradisi
sosiolog. Menurut schumpeter telah meletakkan bagian dasar pembagian kerja
antara sosiologi ekonomi dan ekonomi.
Menurut schumpeter, dengan sosiologi ekonomi kita menggunakan deskripsi
dan interpretasi tentang institusi-institusi yang relevan secara ekonomi,
termasuk kebiasaan dan semua bentuk perilaku umumnya. Seperti pemerintah, hak
milik, perusahaan swasta, prilaku rasional dan tradisional. Sedangkan dengan
ekonomi kita menggunakan deskripsi interpretatif tentang mekanisme ekonomi yang
bekerja dalam keadaan istitusi tersebut telah ada. Di mana kesimpulannya adalah
kalau kita berbicara pada sosiologi ekonomi berarti kita mengkaji aspek
institusional secara luas berhubungan dengan tingkah laku tersebut. sedangkan
ekonomi berhubungan dengan ekonomi itu sendiri.
Schumpeter juga ikut
meramaikan sosiologi ekonomi tentang kapitalisme. Dia memberikan peryataan yang
angat provokatif “dapatkah kapitalisme bertahan?’’ karena ia berpendapat
kapitalisme akan runtuh digantikan oleh sosialisme, tapi pada akhirnya pendapat
pada tesisnya runtuh dikarenakan Keruntuhan Negara sosialisme di Eropa Timur
maka tesis pernyataannya juga ikut runtuh.
Contohnya
salah satu contoh untuk sosiologi
ekonomi yang ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari antara lain dimana
perusahaan swasta dalam bidang pakaian/fashion yang sengaja merancang
berbagai model pakaian. Dimana kapitalis bebeas mengatur model dan gaya yang
sesuai untuk dipakai dan siap untuk diproduksi serta dipasarkan di lingkungan
masyarakat dan dunia. Ditambah lagi untuk menjual produknya biasanya
kapitalisme tidak kehabisan akal mereka biasaya menyewa artis papan atas
untuk memakai produknya ditambah lagi ikan-iklan model yang sengaja dibayar
untuk menjual produk pakaiannya. Sehingga membuat banyak masyarakat sekitar
tertarik dan membeli produknya. Inilah salah satu contoh bagaimana
tingkahlaku mendominasi dan mengatur ekonomi suatu pasar jika ini berhasil
tentunya kapitalisme untung besar dalam usahanya.
|
2.4.5.
Karl Polanyi
Polanyi
mengembangkan suatu pemikiran tentang lebih luas daripada yang ditawarkan oleh
tradisi ekonomi politik. Ada dua tema sentral yang diajukan oleh polanyi dalam
tulisannya: kelahiran dan perkembangan lebih lanjut suatu masyarakat yang
didominasi oleh pasar diabd ke 19-20, dan hubungannya antara ekonomi dan
masyarakat primitif.dia menjelaskan tentang evolusi historis mentalitas pasar.
Polanyi mencatat munculnya
ide dari “pasar yang mengatur dirinya sendiri’’ yang diperkenalkan pada tahun
1834 ketika pembaharuan hukum bagi orang miskin diperkenalkan di Inggris dan
pasar tenaga kerja bebas secara total diciptakan untuk pertama kali. Pasar yang
mengatur dirinya sendiri merupakan mekanisme institusional yang utama dari
regulasi ekonomi dalam masyarakat kapitalisme dan biasanya ini secara radikal
melepaskan dirinya sendiri dari institusi sosial serta menghambat institusi
sosial lainnya untuk berfungsi menurut hukumnya.
Dalam tesisnya kembali
polanyi mengajukan gagasannya yang terkenal yakni masalah “Keterlekatan’’
ekonomi manusia terlekat dan jaringan dalam institusi-institusi ekonomi dan non
ekonomi. Memasukan institusi non-ekonomi
ke dalam ekonomi manusia adalah penting.
Selain itu polanyi dan koleganya juga membedakan antara makna formal dan
substantif dari ekonomi. Yang disebut pertama, dipakai oleh ekonom,
mendefinisikan ekonomi dalam arti tindakan rasional. Yang sebut kedua, ekonomi
adalah sesuatu yang tampak secara institusional dan berpusat disekitar tentang
pencapaian nafkah kehidupannya.
Contohnya:
untuk masalah keterlekatan dimana
aspek non ekonomi yang dipadukan dengan ekonomi menjadi penting didalam
kehidupan manusia. misalnya dalam hal budaya kepada pedangang dan pembeli.
Ketika pedagang berinteraksi dengan pembeli. Pertama diantara mereka berdua
tidak ada hubungan tetapi karena pembeli sering membeli barang kepada
pedagang maka lama kelamaan pembeli menjadi langganan ditambah lagi hubungan
itu semakin kuat dengan adanya hubungan marga antara sipenjual dan sipembeli.
Inilah yang menjadi ilustarasi bagaimana pengaruh budaya Non ekonomi jika
dipdukan dengan ekonomi menjadi penting.
|
2.4.6.
Talcot Parson
Parson
dan Smelser tidak mengembangkan suatu filosofi sejarah seperti Marx, juga tidak
melakukan studi pembanding budaya seperti dan istitusi seperti Weber, dan juga
tidak berusaha membuat teori khusus tentang dinamika dan kontradiksi seperti
yang dilakukan Schumpeter dan Polanyi. Mereka mengembangan teori sistem yang
bersifat abstrak dalam analisis. Menurut Parson dan Smelser, ekonomi merupakan
saah satu dari beberapa subsistem masyarakat (juga sering disebut sistem
sosial). Apa itu subsistem?
a)
Pola
pemeliharaan laten dan sistem manajemen (L) setiap masyarakat mempunyai suatu
sisitem nilai dan kepercayaan yang beroperasi sebagai rancangan yang
melegitimasi dan berkelanjuta bagi institusi utama dan sebaga pola
motivasional. Inti khusus dari pemeliharaan laten adalah agama, ilmu
pengetahuan, keluarga dan pendidikan.
b)
Pencapaian
tujuan (G). Fungsi ini merujuk pada cara
dimana masyarakat menciptakan tuuan khusus yang dilegimasi oleh nilai-nilai
yang dominasi dan menggerakkan penduduk
untuk mencapai tujuan tersebut
c)
Adaptasi
(A). Tujuan-tujuan yang melembaga dan sah misalnyam produktivitas ekonomi,
peperangan tidak di realisasikan secara otomatis dan masyarakat harus
mengeluarkan sejumlah energi untuk mencapainya.
d)
Integrasi
(I). Dimana kelompok-kelompok atau
susistem yang ada, maka diperlukan integrasi sehingga terjadi keseimbangan
dalam sistm secara keseluruhan. Fungsi integrasi ini dipenuhi oleh sistem
hukum.
2.5. Perspektif Sosiologis tentang Ekonomi
Perkembangan
analisis sosiologi atas fenomena ekonomi merupakan perhatian utama para
sosiolog klasik seperti Marx, Weber dan Durkheim (pada karya awalnya). Namun,
perhatian sosiologi terhadap fenomena ekonomi menurun selama abad dua puluh
hingga kebangkitan sosiologi Marxis dan Weberian pada era 1970-an serta
perkembangan sejak 1980-an hingga selanjutnya mengenai apa yang disebut sebagai
new economy sociology (NES, sosiologi
ekonomi baru). Sosiologi ekonomi ialah wilayah yang luas meliputi banyak
fenomena ekonomi yang subtantif. Sosiologi ini meliputi: semua aspek aktivitas
ekonomi baik individu maupun kelompok; sosiologi organisasi, pasar lembaga dan
ekonomi lainnya; komsumsi dan waktu luang; isu-isu makro seperti perkembangan
kapitalisme, analisis komparatif sistem-sistem perekonomian dan dampak
perekonomian terhadap kebudayaan dan agama. Pada wilayah ini banyak tradisi
sosiologi teoretis bekerja sehingga tidak ada ‘mazhab’ tunggal sosiologi
ekonomi (Bryan. S. Tunner:2011)
Namun
aspek utama dari semua bentuk sosiologi ekonomi adalah keterkaitannya dengan
ilmu ekonomi. Dimulai dengan utilitarisme pada abad ke-19, sebagian besar
ekonom menganut model tindakan individulistik yang mana individu memaksimalkan
kepentingan materialnya sendiri secara rasional dan di mana masyarakat dapat
dianggap sebagai agregrat dari individu-individu yang berkumpul bersama karena
kepentingan diri. Marx, Weber dan Durkheim menentang pemikiran ini dan kemudian
sifat sosial ekonomi itu sendiri. Gagasan bahwa ekonomi itu sendiri adalah
sistem sosial pun terus menjadi sentral semua bentuk sosiologi ekonomi. Secara
historis, para pemikir sosiologi cenderung menyerahkan wilayah murni ekonomi
kepada para ekonom.
Mereka berfokus pada aspek-aspek kehidupan ekonomi di mana
dimensi sosial tampak nyata, misalnya bagaimana perilaku kelompok sosial di
dalam sebuah birokrasi dapat memengaruhi efisiensinya.Mereka menyakini hubungan
antara ekonomi dan bagian lain dari masyarakat. Dua contoh analisis kelas dan
hubungan antara etika Protestanisme terhadap kapitalis modern. Namun para
pemikir sosiologi ekonomi komtemporer memperjuangkan analisis sosiologi bagi
semua isu perekonomian, termasuk yang tadinya dianggap wilayah ekonomi murni.
Perbandingan antara sosiologi ekonomi dan ilmu ekonomi membantu mendefenisikan
pendekatan sosiologi.
Mula-mula,
sosiologi beramsumsi bahwa pelaku ekonomi adalah entitas sosial. Menurut banyak
sosiolog, pelaku yang relevan adalah kelompok dan lembaga. Namun, aspek sosial
tetap dominan bahkan ketika pelaku ekonomi didefenisikan sebagai individu,
seperti dalam konsep Weber. Hal ini karena pelaku individu menghuni jejaring
hubungan sosial dengan orang lain yang mempengaruhi, juga karena sosialisasi
berpengaruh pada bagaimana pelaku mendefenisikan dirinya. Para sosiolog
bertentangan dengan pandangan ilmu ekonomi mengenai aktor ekonomi individu.
Selain itu, pertentangan juga dalam hal asumsi bahwa saat bertindak sebagai
agen ekonomi, individu tidak terpengaruh oleh ikatan sosial.
Sosiologi memiliki tiga pandangan
yang berbeda-beda mengenai sifat tindakan ekonomi yaitu:
1.
Ekonomi makro
neo-klasik berasumsi bahwa individu bertindak secara rasional untuk
memaksimalkan kepentingan diri sendiri. Akibat sumber daya yang langka
digunakan secara efektif. Namun, para sosiolog melihat bahwa tipe pengambilan
keputusan secara rasional ini hanyalah satu bentuk tindakan ekonomi. Dengan
menggunakan pembedaan Weber pada tipe-tipe tindakan, teori tindakan menunjukkan
bahwa banyak keputusan ekonomi mungkin hanya berdasarkan pada tradisi dan bahwa
ada lebih dari satu tipe rasionalitas. Pandangan bahwa motif dan rasionalitas
itu bervariasi didukung oleh teori pilihan rasional. Walaupun cukup simpatik
kepada ilmu ekonomi, cabang teori ilmu sosial ini menunjukkan bahwa asumsi
mengenai motif egoistik serta bentuk rasionalitas tertentu tidak dapat
dipertahankan.
2.
Tindakan ekonomi
menjadi tindakan bermakna tetapi makna itu dikontruk secara sosial alih-alih
muncul dari kesadaran individu. Proses kontruksi sosial itu biasanya merupakan kombinasi antara sosialisasi
sebelumnya dengan interasksi yang sedang terjadi.
3.
Sosiologi memandang
bahwa tindakan ekonomi memuat kekuasaan dan berasumsi bahwa, sebagai
konsekuensi, hubungan pertukarann biasanya tidak setara. Walaupun pasar
mungkin tampaknya bebas, dalam kenyataannya pertukaran berpihak kepada mereka
yang berkuasa seperti yang dulu dikemukakan Marx dan Weber. Namun, dalam
ekonomi, pada prinsipnya pertukaran diasumsikan bebas dan tidak ada paksaan
(asalkan pasar beroperasi dalam kondisi persaingan sempurna).
Menurut
sosiologi, tindakan ekonomi terjadi dalam konteks sosial. Jadi, fenomena
ekonomi tidak dapat dijelaskan dalam hal motif individu dan kelangkaan sumber
daya secara terpisah dari struktur sosial dan kebudayaan seperti kecenderungan
ilmu ekonomi.
Sosiologi
ekonomi didefenisikan sebagai studi tentang bagaimana cara orang atau
masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap jasa dan barang langka,
dengan mengunakan pendekatan sosiologi (Damsar, 1997). Dari defenisi yang
dijelaskan tersebut, sosiologi ekonomi berhubungan dengan dua hal yaitu:
Fenomena
ekonomi yaitu gejala bagaimana orang atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup
mereka terhadap jasa dan barang langka. Cara yang dimaksud di sini berkaitan
dengan semua aktivitas orang dan masyarakat yang berhubungan dengan produksi,
distribusi dan komsumsi barang dan jasa yang langka. Secara lebih terperinci,
Swedberg (1987:5) mengusulkan hal-hal yang termasuk dalam fenomena ekonomi
Bidang
kajian antara sosiologi dan ekonomi telah lama menjadi agenda pembicaraan
ilmiah antara para sosiolog dan ekonom.
Dari pihak sosiologi Max Weber
juga dikenal sebagai ekonom, telah memberikan garis batasnya dengan
menekankan bahwa sosiologi ekonomi memperhatikan tindakan ekonomi sejauh ia
mempunyai dimensi sosial dan selalu melibatkan makna serta berhubungan dengn
kekuasaan.
Sedangkan
dari pihak ekonom Joseph Schumpeter juga dipandang sebagai sosiolog, membuat
pembagian kerja di antara kedua bidang ilmu tersebut dengan memberikan batasan
bahwa sosiolog ekonomi berkaitan dengan konteks institusional dari ekonomi,
sedangkan ekonomi berkaitan dengan ekonomi itu sendiri.
2.6. Sosiologi
Ekonomi Dewasa Ini
Perekembangan sosiologi
ekonomi dewasa ini tidak terlepas dari lebat lama antara sosiolog dan ekonom
tentang pendekatan terhadap masyarakat dan ekonomi. Debat teresebut berlangsung
sepanjang dekade 1950-an, 1960-an dan 1970-an yang ditandai dengan perluasan
model-model ekonomi terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan ilmu
politik, sejarah, hukumdan demografi. Sekitar pertengahan 1970-an istilah
‘imperealisme ekonomi’ dikenakan pada ekonom dan sosiolog yang melakukan
perluasan dan penggunaan model-model ekonomi pada analisis sosial dan masalah
sosial.
Konsekuensi logis dari perkembangan
ini adalah munculnya pembagian kerja baru antara sosiolog dan ekonomi. Yang
pada akhirnya memberi dampak terhadap perkembangan pemikiran yang muncul pada
saat ini dalam memahami hubungan antara ekonomi dan masyarakat. Adapun aliran
pemikiran tersebut adalah sebagai berikut:
2.6.1. Sosiologi
pilihan rasional
Aliran pemikiran ini
dimotori oleh ekonom seperti Hirschaman yang menulis tentang Exit, Voice, and
Loyalty: Responden to Decline in Firm, Organization, and State (1970); Arrow
tentang The Limit of Organization; Becker tentang The Economics of
Discrimination (1957) dan Downs tentang; An Economic Theory of Democracy. Ide
dasar dari aliran ini adalah memasukkan konsepsi pilihan rasional dan
individualisme metodologis ke dalam sosiologi.
Contoh:
Pilihan rasional
dalam memenuhi kebutuhan hidup individu. Itu didasari dari kebutuhan primer,
kemudian sekunder dan setelah pemenuhan kebutuhan kudua-duanya ini kemudian
menuju pemenuhan kebutuhan tersier. Realita yang bisa kita lihat bahwa
pilihan rasional merupakan salah satu alasan individu untuk lebih selektif
dan penuh pertimbangan sehingga pemenuhan kebutuhan didasari oleh kemampuan
dan jenjang kebutuhan. Misalnya, berbelanja di pasar. Penuh dengan pilihan
dan kita menyesuaikan pilihan tersebut, sebelum memilih barang yang ingin
kita beli.
|
2.6.2.
Sosio-Ekonomi
Teoritisi sosio-ekonomi
memperingatkan bahwa pendekatan neo-klasik tidak cukup memecahkan masalah
ekonomi. Oleh karena itu, perlu menggunakan perspektif yang lebih luas, yang
mencakup penggunaan sosiologi, psikologi, ilmu politik dan ilmu sosial lainnya.
2.6.3.
PSA-Ekonomi
Ide dasarnya adalah
dengan menggunakan penemuan-penemuan dari psikologi, sosiologi dan antropologi
secara langsung ke dalam model-model ekonomi, maka banyak masalah yang selama
ini membingungkan para ekonom mungkin dapat dipecahkan.
2.6.4.
Biaya Transaksi Ekonomi
Aliran pemikiran ini
muncul ketika Oliver Williamson mempublikasikan karya-karyanya terutama tentang
Market and Hierarchies (1957). Ide
dasarnya adalah bahwa masalah-masalah yang terjadi pada titik simpul antara
ekonomi, hukum dan organisasi dapat dipecahkan dengan asumsi bahwa
institusi-institusi tersebut cenderung kepada kondisi-kondisi yang secara
efisien mengurangi biaya transaksi.
2.6.5.
Sosiologi Ekonomi Baru
Ide dasar dalam aliran
ini adalah merujuk pada proposisi utama yang diajukan oleh Swedberg dan
Granovetter (1992:6-9): (1)Tindakan ekonomi adalah suatu bentuk dari tindakan
sosial (2) Tindakan ekonomi disituasikan secara sosial (3) Institusi-institusi
ekonomi dikontruksi secara sosial
Perkembangan sosiologi
ekonomi ini bisa dilihat dari pilihan rasional sampai kepada sosiologi ekonomi
baru atau New Economy Sociology (NES) merupakan perkembangan yang sangat
signifikan untuk menjadikan sebuah sosiologi ekonomi bisa memiliki kekuatan
yang lebih dalam lagi dan perlunya masukan dari bidang ilmu lainnya. Artinya
sosiologi tidak bisa memecahkan masalahnya sendiri, demikian juga ekonomi tidak
bisa memecahkan masalahnya sendiri. Arti singkatnya adalah baik sosiologi dan
ekonomi membutuhkan kajian bidang ilmu lain untuk penyelesaiaan masalah yang
lain.
BAB III
KESIMPULAN
Dari berbagai defenisi sosiologi dapat dilihat bahwa
walaupun terdapat berbagai defenisi yang berbeda satu dengan yang lain akan
tetapi dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan yaitu sosiologi ilmu
pengetahuan yang mempelajari; manusia yang hidup dalam kelompok yang disebut
masyarakat, pola-pola hubungan antara manusia baik secara individu maupun
secara kelompok, hubungan manusia dengan lembaga-lembaga sosial, seperti
norma-norma dan kaidah-kaidah sosial dan pola kehidupan manusia dan kaitannya
dengan lingkungannya. Seain itu subtansi yang menjadi batasan sosiologi sebagai
ilmu pengetahuan yaitu mempelajari hubungan antara manusia satu sama dengan
yang lainnya dan ilmu yang berobjek pada pola-pola hubungan antarmanusia.
Ekonomi jika dilihat dari terminologi katanya berasal dari
bahasa Inggris yaitu economy. Sementara
kata economy berasal dari bahasa
Yunani, yaitu oikonomike yang berarti
pengelolaan rumahtangga. Ekonomi sebagai pengelolaan rumahtangga adalah suatu
usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang berhubungan dengan
pengalokasian sumber daya rumah tangga yang terbatas di antara berbagai
anggotanya, dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha dan keinginan
masing-masing. Ekonomi merupakan suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan
pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumberdaya masyarakat yang
terbatas di antara berbagai anggotanya dengan mempertimbangkan kemampuan,
usaha, dan keinginan masing-masing.
Sosiologi ekonomi dapat
didefenisikan sebagai sebuah kajian yang mempelajari hubungan antara
masyarakat, yang di dalamnya terjadi interaksi sosial dan ekonomi dalam hal ini
dapat dilihat bagaimana masyarakat mempengaruhi ekonomi dan sebaliknya
bagaimana ekonomi mempengaruhi masyarakat. Selain itu sosiologi ekonomi juga
berbicara tentang konsep-konsep, variabel-variabel dan teori-teori serta metode
yang digunakan dalam sosiologi untuk memahami kenyataan sosial yang termasuk
kompleksitas aktivitas yang berkaitan dengan eknomi seperti produksi, komsumsi,
dan distribusi. Ada banyak teori-teori, konsep dan metode-metode dalam
sosiologi, seperti teori konflik, teori struktural fungsional, teori
interaksionisme simbol, dan lain-lain. Sedangkan konsep-konsep yang ada pada
Sosiologi yang berkaitan dengan ekonomi seperti stratifikasi sosial, tindakan
rasional, etika protestan dan spirit kapitalisme, dan lain-lain.
Perkembangan sosiologi
ekonomi dewasa. Konsekuensi logis dari perkembangan ini adalah munculnya
pembagian kerja baru antara sosiolog dan ekonomi. Yang pada akhirnya memberi
dampak terhadap perkembangan pemikiran yang muncul pada saat ini dalam memahami
hubungan antara ekonomi dan masyarakat. Adapun aliran pemikiran tersebut adalah
sebagai berikuta: Sosiologi pilihan rasional, Sosio-Ekonomi, PSA-Ekonomi, Biaya
Transaksi Ekonomi dan, Sosiologi Ekonomi Baru.
DAFTAR PUSTAKA
Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.
Suyanto,
Bagong. 2013. Sosiologi Ekonomi:
Kapitalisme dan Komsumsi di Era Masyarakat Post-Modernisme. Jakarta.
Kencana Prenada Media Group.
Giddens,
Anthony.1986. Kapitalisme dan Teori
Sosial Modern: Suatu Analisis Karya Tulis Marx, Durkheim dan Max Weber.
Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia (UI-PRESS).
Setiadi,
Elly. Kolip, Usman. 2011. Pengantar
Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan
Pemecahannya. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Turner.
S. Bryan, dkk. 2010. Kamus Sosiologi.
Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Tags : Jurnal Sosiologi
1 Reviews:
bagus informasinya
Reply