Samakah Pola Sosialisasi Dalam Keluarga dulu dan Sekarang?
A. Pengertian Sosialisasi
Dalam
membahas mengenai sosialisasi keluarga kita harus mengtahui terlebih dahulu
pengertian dari sosialisasi. Sosialisasi ialah proses belajar individu untuk
mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai social sehingga terjadi
pembentukan sikap untuk berprilaku sesuai dengan tuntutan atau perilaku
masyarakatnya. Menurut David A. Goslin sosialisasi adalah proses belajar yang
dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan keterampilan, nilai-nilai dan
norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok masyarakat
(Goslin, 1969:2, dalam bunga rampai sosiologi keluarga).
Sosialisasi
dialami individu sebagai makhluk social sepanjang kehidupannya, soialisasi
berlangsung dengan adanya interaksi secara langsung atau tatap muka, tapi bias
juga dilakukan dalam jarak tertentu melalui sarana media, bias berlangsung
secara formal ataupun informal, baik sengaja ataupun tidak sengaja. Sosialisasi
dapat dilakukan demi kepentingan orang yang disosialisasikan ataupun orang yang
melakukan sosialisasi, sehingga kedua kepentingan tersebut bisa sepadan atau
bertentangan. Menurut tahapannya sosialisasi dibedakan menjadi dua tahap,
yakni:
1. Sosialisasi
primer, sebagai sosialisasi yang pertama dijalani individu semasa kecil,
melalui nama ia menjadi anggota masyarakat dalam tahapini proses sosialisasi
primer membentuk kepribadian anak ke dalam dunia umum, dan keluargalah yang
berperan sebagai agen sosialisasi.
2. Sosialisasi
sekunder, proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah
disosialisasikan ke dalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya; dalam
tahapan ini proses sosialisasi mengarah pada terwujudnya sikap profesionalisme
di dalam hal ini yang menjadi agen sosialisasi adalah lembaga pendidikan, peer
group, lembaga pekerjaan, dan lingkunagan yang lebih luas dari (Berber dan
Luckman, 1967:130)
Setiap
kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda, perbedaan standar
dan nilai tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Kedua tipe tersebut
sebagai berikut :
1. Formal.
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga yang berwenang menurut ketentuan
yang beralaku dalam Negara.
2. Informal.
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat
kekeluargaan.
B.
Pengertian Keluarga
Dalam masyarakat luas terdapat
berbagai lembaga-lembaga (pranata-pranata) seperti lembaga keluarga, lembaga
pendidikan, lembaga ekonomi, lembaga agama, dan lembaga lainnya. Dwi dan Bagong
(2004:227), keluarga adalah lembaga sosial dasar darimana semua lembaga atau
pranata sosialnya berkembang. Di masyarakat manapun di dunia, keluarga
merupakan kebutuhan manusia yang universal dan menjadi pusat terpenting dari
kegiatan dalam kehidupan individu. Keluarga dapat digolongkan ke dalam kelompok
penting, selain karena para anggotanya saling mengadakan kontak langsung juga
karena adanya keintiman dari para anggotanya.
Pranata
keluarga merupakan sistem norma dan tata cara yang diterima untuk menyesuaikan
beberapa tugas penting. Keluarga berperan membina anggota-anggotanya untuk
beradaptasi dengan lingkungan fisik maupun lingkungan budaya di mana ia berada.
Bila semua anggota sudah lampu untuk beradaptasi dengan lingkungan di mana ia
tinggal, maka kehidupan masyarakat akan tercipta menjadi kehidupan yang tenang,
aman dan tenteram.
Dengan demikian, keluarga pun
berfungsi sebagai pusat sosialisasi pertama dalam kehidupan setiap individu
sebelum memasuki dunia masyarakat yang lebih luas. Tentunya proses sosialisasi
dalam keluarga adalah sesuatu yang sifatnya sangat penting dalam mendukung
proses-proses sosial yang akan terjadi pada individu (anggota keluarga)
tersebut.
C.
Media
sosialisasi
Dalam
proses sosialisasi dibutuhkan agen sosialisasi, adapun agen sosialisasi adalah
sebagai berikut:
1. Keluarga
2. Teman bermain
3. Sekolah
4. Lingkungan kerja
5. Media Massa
6. Organisasi
Keluarga
merupakan unit social terkecil yang ada dalam sebuah masyarakat. dalamkeluarga
proses sosialisi pertama kali dilakukan. Apa yang dianggap baik dan benar dalam
sebuah masyarakat akan diajarkan oleh orang tua kepada anaknya sehingga akan
mempengaruhi kepribadiannya di masa yang akan datang, begitu seorang bayi
dilahirkan ia sudah berhubungan dengan kedua orang tuanya, kakaknya, dan
mungkin saudaranya yang lain. Sebagai anggota keluarga yang baru dilahirkan, ia
sangat tergantung pada perlindungan dan bantuan anggota keluarganya. Proses
sosialisasi awal ini dimulai dengan proses belajar menyesuaikan diri dan
mengikuti setiap apa yang diajarkan oleh orang di sekitarnya, seperti cara
makan, berbicara, berjalan, hingga belajar bertindak dan berperilaku. Melalui
lingkungan keluarga itulah anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan
sehari-hari.
D. Proses Sosialisasi
Ada beberapa defenisi proses
sosialisasi menurut para ahli, seperti:
1. Havighurst dan Neuggarten
mengatakan bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar.
2. Thomas Ford Hoult, proses
sosialisasi adalah proses belajar individu untuk bertingkah laku sesuai dengan
standar yang terdapat dalam kebudayaan.
3. Mead berpendapat, proses
sosialisasi adalah proses individu dalam mengadopsi kebiasaan, sikap dan
ide-ide dari orang lain dan menyusunnya kembali sebagaimana suatu sistem dalam
diri pribadinya.
Dapat disimpulkan, proses
sosialisasi adalah proses belajar yang dilakukan individu dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya agar dirinya dapat berperan dalam lingkungannya
tersebut. Sosialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses sosial yang
dilakukan oleh seseorang dalam menghayati norma-norma kelompok tempat ia hidup
sehingga menjadi bagian dari kelompoknya. Peranan keluarga bukan saja berupa
peranan-peranan yang bersifat intern antara orang tua dan anak, serta antara
yang anak satu dengan anak yang lain. Keluarga juga merupakan medium untuk
menghubungkan kehidupan anak dengan kehidupan di masyarakat, dengan
kelompok-kelompok sepermainan, lembaga-lembaga sosial seperti lembaga agama,
sekolah dan masyarakat yang lebih luas.
Cara-Cara Sosialisasi
Dalam proses sosialisasi terjadi
hubungan timbal balik antara kedua orang tua dengan anaknya. Hubungan timbal
balik ini kita sebut interaksi sosial. Dalam interaksi ini ada beberapa metode
yang memberikan pengaruh terhadap hasil interaksi sosial yaitu:
1. Imitasi (meniru). kecenderungan meniru merupakan naluri
yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial.
Dampak positif dari imitasi ialah mendorong seseorang untuk mengetahui norma
dan nilai yang berlaku. Misalnya, Seorang ayah yang memberikan contoh bagaimana
cara makan yang baik dalam keluarga hal itu akan ditiru oleh anggota keluarga
lainnya.
2. Sugesti. Faktor sugesti berlangsung bila seseorang
memberi pandangan atau sikap yang berasal dari dirinya kemudian sikap itu
diterima pihak lain. Misalnya, orangtua yang menceritakan keberhasilannya dalam
studi dengan menggunakan metode belajar tertentu akan memberikan motivasi langsung
pada anaknya.
3. Identifikasi. Identifikasi merupakan kecenderungan atau
keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Misalnya,
seseorang yang ingin menjadi seperti tokoh idolanya yang dihormati dan
dikaguminya karena kedudukannya yang lebih tinggi atau mungkin tipe-tipe ideal
yang mempunyai kelebihan yang dapat dijadikan panutan dan teladan untuk
dirinya.
4. Simpati. Simpati ialah kesenangan seseorang untuk
langsung merasakan sesuatu dengan orang lain. Perasaan simpati ini banyak
timbul dari hubungan antar manusia dan manusia lain. Misalnya, kerja sama atau
tolong-menolong.
5. Ganjaran dan hukuman. Tingkah laku anak yang salah, tidak
baik dan kurang pantas harus mendapat hukuman, sedangkan tingkah laku yang
sebaliknya mendapatkan ganjaran. Dengan hukuman anak menjadi sadar bahwa
tingkah lakunya salah, tidak baik bahkan tidak pantas di masyarakat.
Sebaliknya, dengan ganjaran anak menjadi sadar bahwa tingkah lakunya baik,
terpuji dan diterima oang lain. Melalui proses hukuman dan ganjaran ini secara
perlahan-lahan dalam diri anak berkembang kesadaran akan norma-norma sosial.
E. Pola Sosialisasi di Lingkungan
Keluarga
Dalam
lingkungan keluarga kita mengenal dua macam pola sosialisasi, yaitu pertama,
cara represif (repressive socialization) yang mengutamakan adanya
ketaatan anak pada orang tua,Sosialisasi represif (repressive socialization)
menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari
sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan
imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi
yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi
terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant
other.
Kedua,
cara partisipasi (participatory socialization) yang mengutamakan adanya
partisipasi dari anak. Sosialisasi partisipatoris (participatory
socialization) merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku
baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses
sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat
sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized
other.
1. Sosialisasi represif (repressive
socialization) antara lain:
a.
Menghukum perilaku yang keliru,
b.
Hukuman dan imbalan material
c.
Kepatuhan anak.
2. Sosialisasi partisipasi (participatory
socialization) antara lain:
a.
Otonomi anak
b.
Komunikasi sebagai interaksi
c.
Komunikasi verbal.
Keseluruhan
sistem belajar mengajar berbagai bentuk sosialisasi dalam keluarga bisa disebut
sistem pendidikan keluarga. Sistem pendidikan keluarga dilaksanakan melalui
pola asuh yaitu suatu pola untuk menjaga,merawat, dan membesarkan anak. Pola
ini tentu saja tidak dimaksudkan pola mengasuh anak yang dilakukan oleh perawat
atau baby sitter, seperti yang sering dilakukan oleh kalangan keluarga
elit/kaya di kota-kota besar.
Pola
mengasuh anak di dalam keluarga sangat dipengaruhi oleh sistem nilai, norma,
dan adat istiadat yang berlaku pada masyarakat tempat keluarga itu tinggal.
Jadi, kepribadian dan pola perilaku yang terdapat pada berbagai masyarakat suku
bangsa sangat beragam coraknya.
F. Tujuan Sosialisasi Dalam Keluarga
Secara mendasar terdapat tiga tujuan
sosialisasi di dalam keluarga, yakni sebagai berikut:
a. Penguasaan diri
Masyarakat menuntut penguasaan diri
pada anggota-anggotanya. Proses mengajar anak untuk menguasai diri ini dimulai
pada waktu orang tua melatih anak untuk memelihara kebersihan dirinya. Ini
merupakan tuntutan sosial pertama yang dialami oleh anak untuk latihan
penguasaan diri. Tuntutan penguasaan diri ini berkembang, dari yang bersifat
fisik kepada penguasaan diri secara emosional. Anak harus belajar menahan
kemarahannya terhadap orang tua atau saudarasaudaranya. Tuntutan sosial yang
menuntut agar anak menguasai diri merupakan pelajaran yang berat bagi anak.
b. Nilai-nilai
Bersama-sama dengan proses berlatih
penguasaan diri ini kepada anak diajarkan nilai-nilai. Penelitian-penelitian
menunjukkan bahwa nilai-nilai dasar dalam diri seseorang terbentuk pada usia
enam tahun. Di dalam perkembangan usia tersebut keluarga memegang peranan
terpenting dalam menanamkan nilai-nilai. Sebagai contoh melatih anak menguasai
diri agar permainannya dapat dpinjamkan kepada temannya, maka di situ dapat
muncul suatu makna tentang arti dari kerja sama. Mengajarkan anak menguasai
diri agar tidak bermain-main dahulu sebelum menyelesaikan pekerjaan rumahnya,
maka disitu mengandung ajaran tentang nilai sukses dalam pekerjaan.
c. Peran-peran sosial
Mempelajari peran-peran sosial ini terjadi
melalui interaksi sosial dalam keluarga. Setelah dalam diri anak berkembang
kesadaran diri sendiri yang membedakan dirinya dengan orang lain, dia mulai
mempelajari peranan-peranan sosial yang sesuai dengan gambaran tentang dirinya.
Dia mempelajari peranannya sebagai anak, sebagai saudara (kakak/adik), sebagai
laki-laki/perempuan, dan sebagainya. Proses mempelajari peran-peran sosial ini
kemudian dilanjutkan di lingkungan kelompok sebaya, sekolah,
perkumpulan-perkumpulan dan lain sebagainya.
G. Dampak
Sosialisasi
Keluarga
inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang diikat oleh ikatan darah,
perkawinan, dan adopsi merupakan bagian terkecil dari sebuah kesatuan
masyarakat. Berkualitas tidaknya masyarakat yang akhirnya menentukan kualitas
bangsa, berawal dari kualitas keluarga.
Semua
orang tua menginginkan anaknya menjadi baik, penyejuk mata, mengangkat harkat
dan martabat orang tua serta bangsanya. Semua manusia akan berusaha menjadikan
anaknya baik bahkan kalau bisa lebih baik dari dirinya.
Proses
sosialisasi dari keluarga sangat dibutuhkan, agar seorang anak dapat menjalani
hidupnya sesuai dengan yang diajarkan orang tua, tapi pada zaman modern seperti
saat ini banyak dari orang tua di Indonesia yang kurang memperdulikan anaknya,
mereka tidak melakukan proses sosialisasi yang baik hingga akhirnya pola hidup
seorang anak menjadi salah. Berikut ini adalah contoh dampak dari kurangnya
sosialisasi dalam keluarga.
Anak yang menggunakan internet
Di
era globalisasi saat ini internet menjadi sarana yang sangat digemari mulai
dari anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua. Internet menawarkan banyak
fasilitas sebagai sarana komunikasi, refrensi dan hiburan. Dalam pemakaiannya
terhadap anak-anak sebaiknya dalam pengawasan dan batasan orang tua agar lebih
aman. Orang tua juga harus memberitahukan anaknya situs-situs apa saja yang
boleh dilihat dan dimainkan diinternet. Berikan informasi menarik di dunia
internet kepada anak. Namun, tetap bersifat positif. Berikan juga informasi
seputar sisi negatif dari internet agar anak-anak memahami batasan-batasan
dalam memakai internet, sehingga
terhindar dari situs-situs yang dapat merusak pemikiran dan tingkahlaku anak.
Penggunaan televisi
Dalam
memberikan tontonan kepada anak haruslah memberikan tontonan yang sesuai dengan
usianya, yang mendidik sehingga dapat menambah pengetahuan dan merangsang
kecerdasan sang anak. Jangan mengizinkan anak melihat tontonan yang menampilkan
kekerasan seperti smack down karna dikhawatirkan iya akan meniru adegan-adegan
yang ada diacara tersebut dan melakukannya kepada teman sebayanya. Berikan juga
batasan waktu dalam menonton tv agar anak tidak selalu bermalas-malasan dan
tetap mengerjakan tugas belajarnya.
Memberikan makanan yang sehat
Dizaman
modern banyak anak-anak yang tidak menyukai makanan tradisional dan lebih
menyukai makanan junk food atau makanan yang rendah gizi. Hal ini disebabkan
karna orangtua kurang memperdulikan anaknya krna kesibukan kerja sehingga
mereka hanya memberikan anaknya uang dan sang anak mnggunakan uang tersebut
untuk membeli makanan yang berbahya untuk tubuh mereka (junk food). Bahkan
ketika memakan makanan seperti itu menjadi gaya hidup orang-orang yang
dipandang mampu (berada) seperti contohnya; KFC, Mc.Donnal, HokBent, dll.
Banyak orang tua yang membiasakan anaknya atau menyuruh anakanya agar makan
ditempat seperti itu agar keluarganya dipandang mampu dan berada.
Motivasi menabung
Anak-anak
sangat mudah dimotivasi. Dengan memotivasi dan mebiasakan anak untuk
menyisihkan uang jajannya untuk ditabung maka akan tercipta kebiasaan berhemat
sejak kecil. Hasil tabungannya nanti bisa dibelikan buku-buku pelajaran, buku
cerita yang ia sukai.
Melibatkan anak dalam segala kegiatan
dirumah maupun di luar rumah
Denga
melibatkan anak dalam kegiatan dirumah ataupun diluar rumah maka akan tercipta
interaksi yang baik antara anak dengan keluarga maupun dengan orang-orang
dilingkungan sekitar. Contohnya ; mengajak anak memasak bersama walau pun dia
hanya sekedar mencuci sayuran, atau mengajak anak ketika ada acara dilingkungan
sekitar rumah, agar terjadi interaksi dengan lingkungan diluar rumah.
Orang
tua hendaknya melakukan proses sosialisasi dengan baik, memberikan banyak waktu
untuk anaknya, mengawasi perkembangan anaknya, mengawasi tontonannya,
elektronik-elektronik yang ada disekitarnya, mengurangi konsumsi junk food dan
fast food agar hidupnya lebih sehat dan jangan mengorbankan kesehatan anak
hanya demi penilaian orang lain terhadap ekonomi keluarga, mengajarkannya
menabung dan melibatkannya disetiap kegiatan orang tua.
Dampak Sosialisasi dalam Keluarga:
1. '
Dampak
positif
Menjadi agen sosialisasi paling
berpengaruh dalam menentukan kepribadian seorang individu.
2. Dampak
negative
Sosialisasi keluarga akan membawa
pengaruh terburuk ketika dalam keluarga tersebut terjadi konflik . Sehingga
menimbulkan trauma dan depresi pada anak, yang berkelanjutan dengan perilaku menyimpang
dari anak broken home.
Tags : Jurnal Sosiologi
bonarsitumorang
- Bonar Situmorang
- Medan
- Jakarta Selatan
- bonarsos@gmail.com
- +62852-6969-9009