Makalah: Dualisme Ekonomi Menghambat Pembangunan
PENDAHULUAN
Negara
berkembang merupakan negara yang pada pertengahan abad yang lalu memiliki taraf
pembangunan dan kemakmuran yang sangat rendah. Pada tahun 1950-an sebagian
negara berkembang-menurut pengamatan bebrapa ahli ekonomi Barat-taraf hidupnya
masih di bawah taraf negara maju pada saat negara-negara maju tersebut baru
memulai pembangunan ekonominya di permulaan abad ke-19. Negara berkembang
terutama terdiri dari negara yang berada di tiga benua yaitu Afrika, Asia dan
Amerika Latin. Negara-negara di Afrika tergolong sebagai negara berkembang yang
sangat miskin, sementara negara-negara di Amerika Latin tergolong sebagai
negara berkembang yang relatif kaya.
Dikebanyakan
negara Asia-Afrika yang pada periode 1820 hingga perang dunia II sebagai
merupakan daerah terjajah (seperti India, Indonesia dan Ghana) dan sebagian
lainnya mempunyai pemerintahan sendiri seperti (China dan Thailand) pembangunan
ekonomi hampir tidak ada. Perekonomian berkembang dengan sangat lambat dan
taraf hidup masyarakatnya tidak berkembang. Dikebanyakan Amerika Latin,
pertumbuhan ekonominya lebih pesat dari Asia dan Afrika, tetapi tidak secepat
di negara maju. Keadaan ini yang menyebabkan taraf hidup di negara Amerika
Latin tidak banyak berbeda seperti yang dicapai Asia atau Afrika yang relatif
kaya.
PERMASALAHAN
Hampir
semua Negara menghadapi sistem dualisme, kita perlu mengetahui tentang system
dualisme sosial menurut J.H. Boeke dan yang paling penting terutama di
Indonesia. Indonesia menurut J.H. Boeke mengalami dualisme ekonomi atau dua
sistem ekonomi yang berbeda dan berdampingan kuat. Dua sistem tersebut bukan
sistem ekonomi transisi dimana sifat dan ciri-ciri yang lama makin melemah dan
yang baru makin menguat melainkan kedua-duanya sama kuat dan jauh berbeda.
Perbedaan tersebut karena sebagai akibat penjajahan orang-orang Barat.
Apabila
tidak terjadi kedatangan orang-orang Barat mungkin sistem pra-kapitalisme
Indonesia dan dunia Timur pada umunya pada suatu waktu akan berkembang menuju sisitem
atau tahap kapitalisme. Akan tetapi sebelum perkembangan
kelembagaan-kelembagaan ekonomi dan sosial menuju ke arah sama, penjajah dengan
sisitem kapitalismenya (dan sosialismenya serta komunisme) telah masuk ke dunia
Timur. Inilah yang menimbulkan sistem dualisme atau masyarakat dualisme.
Adapaun
ciri-ciri dari negara berkembangan adalah :
- Tingkat kemakmuran yang rendah
- Produktivitas pekerja sangat rendah
- Tingkat pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi
- Kegiatan ekonomi tetap terpusat di sektor pertanian
- Bahan mentah merupakan ekspor terpenting
- Kegiatan ekonomi bersifat “dualistis”
Permasalahan-permasalahan
yang dialami negara berkembang adalah terhambatnya pembangunan ekonomi yang
menjadikan negara berkembang tidak mencapai tingkatan seperti negara maju.
Salah satu faktor penghambatnya adalah dualisme ekonomi yang menyebabkan
mekanisme pasar tidak berjalan seperti seharusnya yang menjadikan pembangunan
ekonomi di negara berkembang salah satunya di Indonesia.
Maka
dari itu paper ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai bagaimana dualisme
ekonomi itu menjadi salah satu faktor penghambat pembangunan ekonomi di negara
berkembang secara khususnya di Indonesia.
PEMBAHASAN
Pengertian
Mengenai Dualisme Mmemberikan Kejelasan
- Drs. Irawan M.B.A (2002)
Dualisme
ekonomi yaitu kegiatan ekonomi dan keadaan ekonomi serta keadaan yang lain
dalam suatu masa tertentu, atau dalam suatu sektor ekonomi tertentu yang
memiliki sifat tidak seragam. Dualisme ekonomi ini dapat dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu ekonomi tradisional dan ekonomi modern.
- Pakar ekonomi Myint (1967) dan Higgins (1968)
Bahwa
dualisme teknologi adalah suatu keadaan dimana didalam suatu bidang kegiatan
ekonomi digunakan teknologi dan organisasi produksi yang mengkutup. Artinya
pada sektor ekonomi yang lebih maju dan modern diginakan teknologi canggih, dan
organisasi produksi yang efisien. Ini dapat dapat kita temukan pada
bidang-bidang kegiatan ekonomi seperti: industri tambang dan minyak,
industri pengolahan, industri jasa angkut modern, dunia perbankan dan jasa
lembaga keuangan lain, dan sebagainya. Sedangkan pada bidang kegiatan ekonomi
seperti : kegiatan ekonomi sub sektor bahan makanan, dan pertanian tradisional
secara umum, dan jasa pelayanan tradisional, menggunakan teknologi dan organisasi
produksi yang konfensional, atau lebih rendah dari pada kelompok pertama.
- Arthur Lewis (1970) kemudian John fei dan Gustaf Ranis (1975)
Mengemukakan
dualitas sosial ekonomi dalam pembangunan dan pertumbuhan di Negara-negara yang
kelebihan tenaga kerja. Menurut konsep ini, kelebihan tenaga kerja bisa
dialihkan dari sektor tradisional yang subsisten untuk untuk meningkatkan
produksi non pertanian. Mereka memandang kota dengan industri moderennya
sebagai pusat dinamika yang secara lambat laun mengubah sifat status tatanan
pedesaan dengan cirri pertanian yang lamban dan produktivitas tenaga kerjanya
yang sangat rendah .
- Todarto (1978)
Mengatakan
bahwa konsepsi dualisme semacam ini telah menjadi bahan pembicaraan secara luas
dalam ekonomika pembangunan menunjukan adanya empat elemen dalam ekonomika
pembangunan, yaitu sampaii berikut.
Pertama,bahwa
kendatipun ada perbedaan dari yang merasa lebih dalam banyak hal, ternyata
dalam waktu-waktu tertentu dapat melakukan kerja sama.
Kedua,
bahwa kerja sama (ko-eksistensi) bukanlah semata-mata transisi.
Ketiga,
bahwa tingkat superioritas dan inferioritas antar kelompok daalm suatu
Negara dalam antarnegara, bukannya makin meyempit, tetapi ada tendensi
meningkat.
Keempat,interrelasi
antara elemen superior dan inferior sedemikian rupa sehinggaa dapat dikatakan
elemen-elemen kelompok superior tidak menarik keatas elemen-elemen pada
kelompok inferior.
- Bruce herrick /Charles P.
Bahwa
hampir semua Negara menghadapi sistem dualisme ini. Di kota-kota atau di
dekatnya, perekonomian sudah bersifat industri dan uang digunakan secara luas.
Sedangkan diluar kota yaitu di desa-desa,perekonomian masi pada tingakat rendah
(subsisten).
Dualistis Ekonomi di
Negara Berkembang
Menurut
KBBI pengertian dualistis adalah du·a·lis·tis mempunyai sifat dua (hal,
pikiran, dsb); bersifat ganda, apabila dikaitkan dengan ekonomi berarti
Kegiatan ekonomi yang bersifat dualistis adalah suatu kegiatan ekonomi tertentu
atau dalam sektor tertentu yang menggunakan dua teknologi yang sangat berbeda. Sebagai
contoh, dalam menanam karet di negara produsen karet terdapat dua macam
kegiatan yaitu yang dilakukan para petani tradisional dan yang dilakukan oleh
perkebunan. Para petani tradisional menggunakan cara penanaman, pembersihan
ladang, penggunaan input (pupuk dan bibit) yang masih sederhana. Pada waktu
yang sama terdapat perkebunan yang mengusahakan penanaman karet dengan
management modern dan cara bercocok tanam dengan menggunakan teknologi dan
input yang kontemporer. Perbedaan ini menyebabkan produktivitas per faktor
dalam kedua cara penanaman tersebut sangat berbeda.
Beberapa pendapat telah dikemukakan tentang akibat yang kurang menguntungkan
dari adanya dualisme tersebut terhadap kemungkinan untuk mengembangkan
perekonomian, terutama masih menjalamkan kegiatan ekonominya secara
tradisional. Analisis-analisis tersebut pada dasarnya menunjukkan bahwa
ciriekonomi yang bersifat dulistis itu terutama dualisme sosial dan dualisme
teknologi, menimbulkan keadaan-keadaan yang menyebabkan mekanisme pasar tidak
berfungsi secara semestinya. Dan ketidaksempurnaan mekanisme pasar ini
selanjutnya mengakibatkan sumber daya yang tersedia tidak digunakan secara
efisien
Jadi,
ada dualisme ekonomi yang berjalan dengan dinamika masing-masing yakni modern dan
tradisional. Sudah tentu dalam dualisme itu, sektor modern lebih canggih dan
cepat bergerak ketimbang sektor tradisional yang statis dan marginal.
Konsep
dualisme adalah perbedaan antara bangsa kaya dan miskin, perbedaan antara
berbagai golongan masyarakat yang semakin meningkat.
Konsep
dualisme mempunyai empat unsur pokok, yaitu :
1.
Dua keadaan bersifat superior dan keadaan bersifat inferior yang bisa hidup
berdampingan pada ruang dan waktu yang sama.
2.
Kenyataan hidup berdampingannya dua keadaan yang berbeda bersifat kronis dan
bukan tradisional.
3.
Derajat superioritas dan inferioritas tidak menunjukkan kecenderungan yang
menurut, bahkan terus meningkat.
4.
Keterkaitan antar unsur berpengaruh kecil
Dualisme
tersebut dapat dibedakan antara lain :
- Dualisme sosial
Seorang
ekonom Belanda yaitu JH. Boeke, tentang sebab – sebab kegagalan dari
kebijaksanaan dalam upaya memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat.
- Dualisme Ekologis
Clifford
Geertz tahun 1963 mengenalkan konsep ini, menggambarkan pola-pola sosial dan
ekonomi yang membentuk keseimbangan internal.
- Dualisme Teknologi
Higgins
( 1956 ) mempertanyakan kesahihan dan observasi yang lebih khusus kegunaan
kerangka analisis ekonomi barat yang dikemukakan oleh Boeke. Sedangkan Higgins
menemukan bahwa asal mula dualisme adalah perbedaan teknologi antara sektor
modern dan sektor tradisional.
- Dualisme Finansial
Hla
Myint ( 1967 ) meneruskan studi Higgins tentang peranan pasar modal dalam
proses terjadinya dualisme. Pengertian dualisme finansia lmenunjukkan bahwa
pasar uang dapat dipisahkan ke dalam 2 kelompk yaitu pasar uang yang
terorganisir dengan baik (organized money market)dan pasar uang yang
tidakterorganisir (unorganized money market).
- Dualisme Regional
Dualisme
Regional ada dua jenis yaitu :
v
Dualisme antar daerah perkotaan dan pedesaan.
v
Dualisme antar pusat negara, pusat industri dan perdangangan dengan daerah
daerah lainnya dalam negara tersebut.
Boeke
menjelaskan teori dualisme ekonomi sebagai suatu kondisi dimana kedua sektor
yaitu pertanian dan industri tumbuh bersamaan dan parallel. Tak ada satu sektor
pun yang mendominasi sektor lain. dengan kata lain, baik sektor industri maupun
pertanian tetap tumbuh bersamaan dalam berjalannya proses ekonomi. Dalam
kerangka dualistik ini terdapat hipotesis bahwa aktivitas ekonomi disektor
modern (barat) dipicu oleh kebutuhan ekonomis, sedangkan aktivitas ekonomi
disektor tradisional (timur) hanya dipicu oleh kebutuhan sosial yang hanya
memenuhi kebutuhan subsisten.
Boeke
mengelompokkan dualisme ekonomi menjadi dua bagian besar yaitu :
1. Firm Type Economy ( Modern Economy )
1. Firm Type Economy ( Modern Economy )
a. Produk distandardisasikan
b. Harga pas, tidak bisa ditawar
c. Persaingan muncul antara penjual dengan penjual
2.
Bazar Type Economy ( Traditional Economy )
a. Tak ada produk yang standar
b. Harga tergantung atau bisa ditawar
c. Persaingan muncul antara penjual dan pembeli
Namun
diantara berbagai jenis dualisme tersebut yang paling berpotensi untuk
menghambat pembangunan adalah deualisme sosial dan teknologi seperti yang
dituliskan sebelumnya.
Disamping itu, analisis-analisis tersebut menunjukkan pula bahwa penggunaan
teknologi yang terlalu tinggi di sektor modern menimbulkan kesulitan bagi
negara untuk mempercepat perkembangan kesempatan kerja di sektor modern. Hal
ini menambah kerumitan masalah pengangguran yang dihadapi dan membesarnya
jurang antara tingkat pendapatan di sektor-sektor ekonomi yang moderen dengan
sektor ekonomi yang tradisional.
Dualisme
Sosial dan Masyarakat Tradisional
Dualisme
Sosial menurut J.H. BOEKE (Ekonom Belanda) adalah Suatu pertentangan
sistim sosial yang diimpor dengan sistim sosial pribumi yg memiliki corak
berbeda. Interaksi di dalam sebuah ekonomi dengan dua sektor itu berbeda,
pembagian antara kedua bagian itu ditandai dengan sejumlah cara, yang
masing-masing mempunyai keuntungan, disamping kemungkinan yang menyebabkan
timbulnya kesalahan. Hampir semua negara menghadapi system dualisme ini.
Dikota-kota, perekonomian sudah bersifat industri dan uang digunakan secara
luas. Sedangkan di luar kota yaitu di desa-desa, perekonomian masih tingakat
rendah (subsistem). Lagi pula di beberapa negara terdapat daerah kantong bagi
industri asing (foreign enclave industry) yang dapat menciptakan triplisme di
daerah itu.
Dalam suatu masyarakat tradisional pada umumnya terdapat sifat-sifat berikut :
Taraf
pendidikan sebagian masyarakat masih sangat rendah
Cara
hidup dan befikir masih dipengaruhi oleh nilai-nilai agama, adat istiadat yang
telah dipraktikkan secara turun-temurun, dan pandangan hidup fatalis yang
menyerahkan diri kepada kekuasaan alam semesta dan Tuhan
Hubungan
sosial di antara berbagai golongan masyarakat masih bersifat feodal.
Berbagai
ciri ini sangat mempengaruhi prospek pembangunan ekonomi suatu negara.
Ciri-ciri dari kehidupanmasyarakat tradisional seperti ini menimbulkan bebrapa
macam ketidaksempurnaan pasar. Dalam pasar yang sempurna faktor-faktor produksi
mempunyai mobilitas tinggi dan dapat saling menggantikan. Dalam keadaan seperti
itu produksi marjinal akan menentukan tingkat upah,dan tinmgklat upah tersebut
akan sama di semua sektor. Hal ini tidak terdapat di banyak negara
miskin. Antara sektor modern dan sektor tradisional terdapat tingkat perbedaaan
upah yang cukup tinggi yang bersumber dari perbedaan tingkat produktivitas yang
besar antara kedua sektor tersebut. Perbedaan tingkat pendidikan dan
keteranpilan pekerja merupakan faktor penting menyebabkan keadaan demikian.
Ketidak
sempurnaan pasar ditimbulkan pula oleh kekurangan pengetahuan masyarakat
tentang keadaan pasar. Para pekerja tidak mengetahui adanya kesempatan kerja
yang lebih baik di sektor atau di daerah lain, para petani tidak mengetahui
adanya cara-cara berproduksi yang lebih baik dan para pengusaha tidak tahu
adanya kemungkinan untuk mengembangkan pasar di dalam negeri maupun diluar
negeri.
Indonesia
menurut J.H. Boeke mengalami dualisme ekonomi atau dua sistem ekonomi yang
berbeda dan berdampingan kuat. Dua sistem tersebut bukan sistem ekonomi
transisi dimana sifat dan ciri-ciri yang lama makin melemah dan yang baru makin
menguat melainkan kedua-duanya sama kuat dan jauh berbeda. Perbedaan tersebut
karena sebagai akibat penjajahan orang-orang Barat. Apabila tidak terjadi
kedatangan orang-orang Barat mungkin sistem pra-kapitalisme Indonesia dan dunia
Timur pada umunya pada suatu waktu akan berkembang menuju sisitem atau tahap
kapitalisme.
Akan
tetapi sebelum perkembangan kelembagaan-kelembagaan ekonomi dan sosial menuju
ke arah sama, penjajah dengan sisitem kapitalismenya (dan sosialismenya serta
komunisme) telah masuk ke dunia Timur. Inilah yang menimbulkan sistem dualisme
atau masyarakat dualisme. Telah diuraikan bahwa ekonomi dualistik atau
lengkapnya sistem ekonomi dualistik adalah suatu masyarakat yang mengalami 2
macam sistem ekonomi yang saling berbeda dan berdampingan sama kuatnya dimana
sistem ekonomi yang satu adalah sistem ekonomi yang masih bersifat
pra-kapitalistik yang dianut oleh penduduk asli dan sistem ekonomi yang diimpor
dari Barat yang telah bersifat kapitalistik atau mungkin telah dalam bentuk sosialisme
atau komunisme. Kedua sistem ekonomi tersebut saling hidup berdampingan secara
kuat dan bukan dalam bentuk transisional.
Oleh
karena kedua sistem ekonomi tersebut lebih menyangkut dua bentuk masyarakat
yaitu masyarakat asli Indonesia dan masyarakat Barat dan atau yang telah
dipengaruhi oleh Barat maka lebih tepat disebut masyarakat yang bersifat
dualistik atau dual society. Masyarakat yang bersifat dualistik membutuhkan
ilmu ekonomi yang berbeda untuk yang satu dengan yang lainnya. Ciri-ciri khusus
masyarakat asli Indonesia dari segi ekonomi dikemukakan oleh J.H. Boeke sebagai
berikut:
Mobilitas
faktor-faktor produksi adalah rendah. Mobilitas faktor produksi rendah
disebabkan karena sangat terpengaruh oleh tradisi. Masyarakat yang bersifat
tradisional tingkah lakunya telah terikat dalam pola-pola tertentu. Penentuan
upah, pembagian pekerjaan dan tugas, jam kerja, penggunaan peralatan modal, dan
lain-lain bersifat tradisional.
Pemisahan
yang tajam antara kota dan pedesaan. Ketajaman tersebut sejajar dengan sifat
masyarakat Timurnya sendiri. Karena peredaran uang dan ekonomi pasar belum
menyusup ke masyarakat pedesaan, masyarakat pedesaan mempunyai sifat utama
yaitu haus akan kredit. Pertentangan antara kota dan desa sekaligus merupakan
pertentangan antara perdagangan dan industri dengan pertanian dengan kerajinan
tangan.
Pertentangan
antara rumah tangga atau perekonomian uang dengan perekonomian barang. Karena
perbedaan ini maka pajak yang dikenakan terhadap masyarakat pedesaan yang harus
dibayar dalam bentuk uang bersifat sangat memberatkan.
Yang
satu bersifat mekanistik dan masyarakat pedesaan bersifat organik. Prinsipnya
kehidupan masyarakat Barat sangat bersifat mekanistik dalam arti
rasional zakelijk atau bersifat pamrih, obyektif dalam arti terutama
melihat objek yang hendak dicapai dan kurang perhatian terhadap unsur-unsur
subyektif, kenyatan-kenyataan yang bersifat metafisik, faktor berbagai macam
perasaan dan lain-lain. Irama kehidupan masyarakat Timur sangat ditentukan oleh
lingkungan fisik, lingkungan metafisik, maupun lingkungan sosialnya. Kepuasan
bertindak dan kepuasan batiniah sangat ditentukan oleh lingkungan-lingkungan
tersebut. Maka dari itu masyarakat Timur lebih mementingkan kebutuhan
masyarakat, kebutuhan yang bersifat tradisional, membatasi kebutuhan dan nafsu
pribadi dan lainnya. Individu sebagai suatu bagian dari organisme masyarakat,
fungsi dan kedudukannya, kebtuhan dan kepuasannya sangat ditentukan oleh
organismenya sebagai keseluruhan, baik organisme alam (fisik dan metafisik) maupun
organisme sosial serta institusional. Banyak tuduhan tentang indolens,
fatalisme, dan kemalasan bersumber pada tiadanya pengertian dan penghargaan
itu.
Masyarakat
Barat, perekonomiannya bersifat produsen dan masyarakat Timur berperekonomian
konsumen. Azas perusahaan modern belum meresap dalam masyarakat Jawa
(masyarakat Timur) dan konsumen dikuasai oleh alasan non ekonomi. Seluruh
kehidupan dikuasai oleh agama, kebiasaan dan tradisi sesuai agama, tingkah laku
terutama ditentukan oleh kebutuhan untuk merasa senang dan kepuasannya secara
ekonomis mutlak adalah hal yang sekunder.Dalam masyarakat yang mempunyai
ciri-ciri seperti itu, ilmu ekonomi (yang bersal dari Barat) tidak akan berlaku
atau paling tidak, berlakunya sangat terbatas. Teori ekonomi yang berasal dari
Barat berlakunya harus dipenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
Kebutuhan
subyek ekonominya tidak terbatas
Masyarakat
telah bersifat rumah tangga uang
Individualisme.
Dualisme
Teknologi Menghambat Keharmonisan Proses Pembangunan
Disamping
pengaruh dualisme sosial yang menghambat pertumbuhan ekonomi di atas,
selanjutnya sering dinyatakan pula tentang dualisme teknologi yang dapat
menimbulkan dua keadaan yang dapat mempengaruhi lanjunya tingkat pertumbuhan
ekonomi.
Dualisme
teknologi adalah suatu keadaan di mana di dalam suatukegiatan ekonomi tertentu
digunakan teknik produksi dan organisasi produksi yang modern yang sangat
berbeda dengan kegiatan ekonomi lainnya dan pada akhirnya akan mengakibatkan
timbulnya perbedaan tingkat produktifitas yang sangat besar.
Keadaan
pertama, didalam keadaan dimana dualisme teknologi sebagai akibat dominannya
modal asing atas sektor modern, sebagian besar keuntungan yang diperoleh akan
dibawa ke luar negeri. Ini akan mengurangi potensi tabungan yang dapat
dikerahkan untuk penanaman modal di Indonesia dan memperlambat lajunya
pembangunan ekonomi.
Keadaan kedua, dan yang lebih serius akibat dari yang pertama, dualisme teknologi akan :
- Membatasi kemampuan sektor modern untuk membuka kesempatan kerja
- Mengurangi kesempatan sektor pertanian untuk berkembang
- Memperburuk masalah pengangguran
Sektor
modern terutama terdiri dari sektor industri dan dalam sektor ini teknik-teknik
berproduksi bersifat padat modal. Dalam teknik produksi yang demikian sifatnya,
proporsi antara faktor-faktor produksi relatif tetap. Berarti terdapat
perbandingan tertentu, dan yang tetap besarnya, di antara jumlah modal dan
kesempatan kerja yang diciptakannya. Pertamabahn dalam kesempatan kerja hanya
dapat dilakukan dengan penciptaan modal yang baru, jadi dengan melakukan
penanaman modal yang baru. Sampai dimana kesanggupan sejumlah penanam modal
menciptakan kesempatan kerja tergantung kepada teknologi yang digunakan. Makin
tinggi tingkat teknologi makin terbatas kemampuannya untuk menyerap tenaga
kerja dan mempertinggi kesempatan kerja. Dan selanjutnya, terbatasnya kemampuan
sektor industri modern untuk meningkatkan kesempatan kerja akan menghambat
perkembangan di sektor pertanian. Telah diketahui bahwa sektor industri dan sektor
modern lainnya tidak mempunyai kemampuan untuk menampung pertambahan tenga
kerja yang berasal dari sektor pertanian. Dari tahun ketahun keadaan
pengangguran di kota-kota maupun di daerah pedesaan menjadi semakin serius. Di
sektor pertanian keadaan ini menyebabkan perbandingan antara tanah dan tenaga
kerja menjadi kecil dan menimbulkan kesulitan untuk meningkatkan produktivitas
sektor pertanian.
Selain perlu disadari implikasi buruk yang mungkin ditimbulkan oleh adanya
dualisme teknologi terhadap penciptaan kesempatan kerja dan pengembangan sektor
pertanian, harus pula disadari bahwa teknologi modern mempercepat pertumbuhan
ekonomi. Di banyak negara sektor industri merupakan sektor yang perkembangannya
jauh lebih pesat dari pada perkembangan keseluruhan perekonomian. Tambahan
pula, dari analisis teoritis dan penyelidikan empiris telah dibuktikan bahwa
kemajuan teknologi merupakan penentu utama laju pertumbuhan ekonomi.
Kalau kedua aspek dari akibat dualisme teknologi terhadap pembangunan yang baru dijelaskan yaitu :
Akhir-akhir ini disadari pula adanya implikasi yang tidak menguntungkan dari
adanya dualisme teknologi. Kegiatan-kegiatan dalam sektor4 modern pada umumnya
mengalami perkembangan yang jauh lebih pesat dari sektor tradisional, dengan
demikian jurang tingkat kesejahteraan antara kedua sektor tersebut makin lama
makin bertambah lebar. Sehingga, walaupun dicita-citakan bahwa pembangunan itu
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat, pada
kenyataannya manfaat pembangunan dinikmati hanya oleh segolongan kecil
penduduk. Dapat disimpulakn bahwa sebenarnya dualisme teknologi tidak berdampak
buruk terhadap lajunya pembangunan, akan tetapi terhadap keharmonisan proses
pembangunan.
KESIMPULAN
Permasalahan-permasalahan yang dialami negara berkembang adalah terhambatnya
pembangunan ekonomi yang menjadikan negara berkembang tidak mencapai tingkatan
seperti negara maju. Salah satu faktor penghambatnya adalah dualisme ekonomi
yang menyebabkan mekanisme pasar tidak berjalan seperti seharusnya yang
menjadikan pembangunan ekonomi di negara berkembang salah satunya di
Indonesia. Apabila tidak ditindak lanjut pemerintah contoh kasis nyata
akan terjadi seperti alenia dibawah ini.
Di usianya yang mendekati 69 tahun, Indonesia
hingga kini masih menghadapi kondisi ekonomi yang paradoksial (dualistic
economy). Secara makroekonomi, kinerja Indonesia tergolong baik di
tengah-tengah penurunan laju pertumbuhan ekonomi global (global economy
slowdown) yang dipicu krisis keuangan AS pada awal 2008 dan krisis ekonomi
Eropa sejak awal 2010. Indonesia termasuk sedikit negara di dunia yang
perekonomiannya tetap tumbuh positif, rata-rata 5,4 persen per tahun dari 2002
- 2012.
Pada 2012 pertumbuhan
ekonominya mencapai 6,3 persen, hanya kalah dari Cina yang tumbuh 8,2 persen
(World Bank, 2012). Inflasi relatif rendah dan terkendali, cadangan
devisa mencapai 119 miliar dolar AS (terbesar sepanjang sejarah negeri ini),
dan untuk pertama kalinya sejak awal Reformasi 1998 pada 2011 Indonesia dinilai
lembaga pemeringkat dunia (Fitch Rating, 2011) sebagai negara yang layak
investasi (investment grad/).
Saat ini, PDB
Indonesia mencapai satu triliun dolar AS, terbesar ke-16 di dunia. Jumlah kelas
menengah mencapai 45 juta orang. Pada 2030 jumlah kelas menengah itu akan
bertambah 95 juta orang dan ekonomi Indonesia diprediksi akan menempati posisi
ketujuh terbesar di dunia, mengungguli Jerman dan Inggris. (McKinsey Global
Institute, 2012).
Namun, di balik
gemilangnya prestasi makroekonomi itu, kehidupan keseharian mayoritas rakyat
masih didera beragam penderitaan fisik maupun kejiwaan. Dengan garis kemiskinan
Rp 270 ribu per orang tiap bulan, BPS mencatat, banyaknya penduduk yang hidup
di bawah garis kemiskinan pada September 2012 sebesar 28,59 juta orang atau
11,6 persen dari total penduduk (BPS, 2012).
Dan, bila mengacu pada
garis kemiskinan versi Bank Dunia, yakni dua dolar AS per orang tiap hari
(sekitar Rp 600 ribu per orang tiap bulan), jumlah penduduk miskin Indonesia
mencapai 120 juta orang. Artinya, hampir separuh rakyat Indonesia masih hidup
dalam kubangan kemiskinan.


Bukan hanya semakin
membeludaknya jumlah pengangguran, kian terpuruknya industri (produksi)
nasional akibat liberalisasi perdagangan pun menyebabkan neraca perdagangan dan
transaksi berjalan mengalami defisit sejak dua tahun lalu.
Sebagian besar ekspor Indonesia hingga kini
masih didominasi komoditas primer atau bahan mentah (seperti gas alam, CPO,
batu bara dan bahan tambang lain, rumput laut, udang, dan ikan) yang kecil
sekali nilai tambahnya dan kurang menghasilkan multiplier effects (efek
pengganda) bagi ekonomi nasional.
Bila daya saing
ekonomi tetap rendah dan impor dibuka selebar-lebarnya seperti ini terus
dibiarkan, Indonesia tidak akan mampu menjadi bangsa produsen. Sebaliknya, kita
akan menjadi bangsa konsumen terbesar yang sangat bergantung pada bangsa-bangsa
lain, alias tidak berdaulat. Yang lebih mencemaskan, sektor-sektor ekonomi
strategis (seperti pertambangan, perkebunan, perbankan, dan telekomunikasi) pun
saham mayoritasnya sebagian besar dimiliki korporasi asing.
Angka pengangguran dan
kemiskinan yang tinggi serta kesenjangan kaya versus miskin diyakini telah
mengakibatkan tekanan hidup yang sangat berat bagi kebanyakan saudara-saudara
kita sebangsa dan se-Tanah Air. Sehingga, membuat mereka banyak yang menderita
kecemburuan sosial (social jelousy).
Kondisi sosio-antropologis semacam inilah yang
mengakibatkan kian marak dan masifnya premanisme, perampokan, perkelahian
antarkelompok masyarakat, konsumsi narkoba, bunuh diri, dan beragam penyakit
sosial (social pathology) lainnya.
Muara dari segenap permasalahan sosial-ekonomi
di atas adalah rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)
Indonesia yang hanya menempati urutan ke-121 dari 187 negara.
DAFTAR PUSTAKA
Sukirno,Sadono.2006.Ekonomi Pembangunan.
Kencana. Jakarta
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Calibri",sans-serif;}
Tags : Jurnal Sosiologi
bonarsitumorang
- Bonar Situmorang
- Medan
- Jakarta Selatan
- bonarsos@gmail.com
- +62852-6969-9009