-->

Agustus 11, 2016

Makalah: Dualisme Ekonomi Menghambat Pembangunan


PENDAHULUAN

Negara berkembang merupakan negara yang pada pertengahan abad yang lalu memiliki taraf pembangunan dan kemakmuran yang sangat rendah. Pada tahun 1950-an sebagian negara berkembang-menurut pengamatan bebrapa ahli ekonomi Barat-taraf hidupnya masih di bawah taraf negara maju pada saat negara-negara maju tersebut baru memulai pembangunan ekonominya di permulaan abad ke-19. Negara berkembang terutama terdiri dari negara yang berada di tiga benua yaitu Afrika, Asia dan Amerika Latin. Negara-negara di Afrika tergolong sebagai negara berkembang yang sangat miskin, sementara negara-negara di Amerika Latin tergolong sebagai negara berkembang yang relatif kaya.
Dikebanyakan negara Asia-Afrika yang pada periode 1820 hingga perang dunia II sebagai merupakan daerah terjajah (seperti India, Indonesia dan Ghana) dan sebagian lainnya mempunyai pemerintahan sendiri seperti (China dan Thailand) pembangunan ekonomi hampir tidak ada. Perekonomian berkembang dengan sangat lambat dan taraf hidup masyarakatnya tidak berkembang. Dikebanyakan Amerika Latin, pertumbuhan ekonominya lebih pesat dari Asia dan Afrika, tetapi tidak secepat di negara maju. Keadaan ini yang menyebabkan taraf hidup di negara Amerika Latin tidak banyak berbeda seperti yang dicapai Asia atau Afrika yang relatif kaya.

PERMASALAHAN

Hampir semua Negara menghadapi sistem dualisme, kita perlu mengetahui tentang system dualisme sosial menurut J.H. Boeke dan yang paling penting terutama di Indonesia. Indonesia menurut J.H. Boeke mengalami dualisme ekonomi atau dua sistem ekonomi yang berbeda dan berdampingan kuat. Dua sistem tersebut bukan sistem ekonomi transisi dimana sifat dan ciri-ciri yang lama makin melemah dan yang baru makin menguat melainkan kedua-duanya sama kuat dan jauh berbeda. Perbedaan tersebut karena sebagai akibat penjajahan orang-orang Barat.
Apabila tidak terjadi kedatangan orang-orang Barat mungkin sistem pra-kapitalisme Indonesia dan dunia Timur pada umunya pada suatu waktu akan berkembang menuju sisitem atau tahap kapitalisme. Akan tetapi sebelum perkembangan kelembagaan-kelembagaan ekonomi dan sosial menuju ke arah sama, penjajah dengan sisitem kapitalismenya (dan sosialismenya serta komunisme) telah masuk ke dunia Timur. Inilah yang menimbulkan sistem dualisme atau masyarakat dualisme.

Adapaun ciri-ciri dari negara berkembangan adalah :
  • Tingkat kemakmuran yang rendah
  • Produktivitas pekerja sangat rendah
  • Tingkat pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi
  • Kegiatan ekonomi tetap terpusat di sektor pertanian
  • Bahan mentah merupakan ekspor terpenting
  • Kegiatan ekonomi bersifat “dualistis”
Permasalahan-permasalahan yang dialami negara berkembang adalah terhambatnya pembangunan ekonomi yang menjadikan negara berkembang tidak mencapai tingkatan seperti negara maju. Salah satu faktor penghambatnya adalah dualisme ekonomi yang menyebabkan mekanisme pasar tidak berjalan seperti seharusnya yang menjadikan pembangunan ekonomi di negara berkembang salah satunya di Indonesia.
Maka dari itu paper ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai bagaimana dualisme ekonomi itu menjadi salah satu faktor penghambat pembangunan ekonomi di negara berkembang secara khususnya di Indonesia.












PEMBAHASAN

Pengertian Mengenai Dualisme Mmemberikan Kejelasan 
  • Drs. Irawan M.B.A (2002)
Dualisme ekonomi yaitu kegiatan ekonomi dan keadaan ekonomi serta keadaan yang lain dalam suatu masa tertentu, atau dalam suatu sektor ekonomi tertentu yang memiliki sifat tidak seragam. Dualisme ekonomi  ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu ekonomi tradisional dan ekonomi modern. 
  • Pakar ekonomi Myint (1967) dan Higgins (1968)
Bahwa dualisme teknologi adalah suatu keadaan dimana didalam suatu bidang kegiatan ekonomi digunakan teknologi dan organisasi produksi yang mengkutup. Artinya pada sektor ekonomi yang lebih maju dan modern diginakan teknologi canggih, dan organisasi produksi yang efisien. Ini dapat dapat kita temukan pada bidang-bidang kegiatan ekonomi seperti: industri tambang  dan minyak, industri pengolahan, industri jasa angkut modern, dunia perbankan dan jasa lembaga keuangan lain, dan sebagainya. Sedangkan pada bidang kegiatan ekonomi seperti : kegiatan ekonomi sub sektor bahan makanan, dan pertanian tradisional secara umum, dan jasa pelayanan tradisional, menggunakan teknologi dan organisasi produksi yang konfensional, atau lebih rendah dari pada kelompok pertama.
  • Arthur Lewis (1970) kemudian John fei dan Gustaf Ranis (1975)
Mengemukakan dualitas sosial ekonomi dalam pembangunan dan pertumbuhan di Negara-negara yang kelebihan tenaga kerja. Menurut konsep ini, kelebihan tenaga kerja bisa dialihkan dari sektor tradisional yang subsisten untuk untuk meningkatkan produksi non pertanian. Mereka memandang kota dengan industri moderennya sebagai pusat dinamika yang secara lambat laun mengubah sifat status tatanan pedesaan dengan cirri pertanian yang lamban dan produktivitas tenaga kerjanya yang sangat rendah . 
  • Todarto (1978)
Mengatakan bahwa konsepsi dualisme semacam ini telah menjadi bahan pembicaraan secara luas dalam ekonomika pembangunan menunjukan adanya empat elemen dalam ekonomika pembangunan, yaitu sampaii berikut.
Pertama,bahwa kendatipun ada perbedaan dari yang merasa lebih dalam banyak hal, ternyata dalam waktu-waktu tertentu dapat melakukan kerja sama.
Kedua, bahwa kerja sama (ko-eksistensi) bukanlah semata-mata transisi.
Ketiga, bahwa  tingkat superioritas dan inferioritas antar kelompok daalm suatu Negara dalam antarnegara, bukannya makin meyempit, tetapi ada tendensi meningkat.
Keempat,interrelasi antara elemen superior dan inferior sedemikian rupa sehinggaa dapat dikatakan elemen-elemen kelompok superior tidak menarik keatas elemen-elemen pada kelompok inferior.
  • Bruce herrick /Charles P.
Bahwa hampir semua Negara menghadapi sistem dualisme ini. Di kota-kota atau di dekatnya, perekonomian sudah bersifat industri dan uang digunakan secara luas. Sedangkan diluar kota yaitu di desa-desa,perekonomian masi pada tingakat rendah (subsisten). 

Dualistis Ekonomi di Negara Berkembang

Menurut KBBI pengertian dualistis adalah du·a·lis·tis  mempunyai sifat dua (hal, pikiran, dsb); bersifat ganda, apabila dikaitkan dengan ekonomi berarti Kegiatan ekonomi yang bersifat dualistis adalah suatu kegiatan ekonomi tertentu atau dalam sektor tertentu yang menggunakan dua teknologi yang sangat berbeda. Sebagai contoh, dalam menanam karet di negara produsen karet terdapat dua macam kegiatan yaitu yang dilakukan para petani tradisional dan yang dilakukan oleh perkebunan. Para petani tradisional menggunakan cara penanaman, pembersihan ladang, penggunaan input (pupuk dan bibit) yang masih sederhana. Pada waktu yang sama terdapat perkebunan yang mengusahakan penanaman karet dengan management modern dan cara bercocok tanam dengan menggunakan teknologi dan input yang kontemporer. Perbedaan ini menyebabkan produktivitas per faktor dalam kedua cara penanaman tersebut sangat berbeda.

     Beberapa pendapat telah dikemukakan tentang akibat yang kurang menguntungkan dari adanya dualisme tersebut terhadap kemungkinan untuk mengembangkan perekonomian, terutama masih menjalamkan kegiatan ekonominya secara tradisional. Analisis-analisis tersebut pada dasarnya menunjukkan bahwa ciriekonomi yang bersifat dulistis itu terutama dualisme sosial dan dualisme teknologi, menimbulkan keadaan-keadaan yang menyebabkan mekanisme pasar tidak berfungsi secara semestinya. Dan ketidaksempurnaan mekanisme pasar ini selanjutnya mengakibatkan sumber daya yang tersedia tidak digunakan secara efisien

Jadi, ada dualisme ekonomi yang berjalan dengan dinamika masing-masing yakni modern dan tradisional. Sudah tentu dalam dualisme itu, sektor modern lebih canggih dan cepat bergerak ketimbang sektor tradisional yang statis dan marginal.

Konsep dualisme adalah perbedaan antara bangsa kaya dan miskin, perbedaan antara berbagai golongan masyarakat yang semakin meningkat.

Konsep dualisme mempunyai empat unsur pokok, yaitu :
1. Dua keadaan bersifat superior dan keadaan bersifat inferior yang bisa hidup berdampingan pada ruang dan waktu yang sama.
2. Kenyataan hidup berdampingannya dua keadaan yang berbeda bersifat kronis dan bukan tradisional.
3. Derajat superioritas dan inferioritas tidak menunjukkan kecenderungan yang menurut, bahkan terus meningkat.
4. Keterkaitan antar unsur berpengaruh kecil
Dualisme tersebut dapat dibedakan antara lain :
  • Dualisme sosial
Seorang ekonom Belanda yaitu JH. Boeke, tentang sebab – sebab kegagalan dari kebijaksanaan dalam upaya memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat.
  • Dualisme Ekologis
Clifford Geertz tahun 1963 mengenalkan konsep ini, menggambarkan pola-pola sosial dan ekonomi yang membentuk keseimbangan internal.
  • Dualisme Teknologi
Higgins ( 1956 ) mempertanyakan kesahihan dan observasi yang lebih khusus kegunaan kerangka analisis ekonomi barat yang dikemukakan oleh Boeke. Sedangkan Higgins menemukan bahwa asal mula dualisme adalah perbedaan teknologi antara sektor modern dan sektor tradisional.

  • Dualisme Finansial
Hla Myint ( 1967 ) meneruskan studi Higgins tentang peranan pasar modal dalam proses terjadinya dualisme. Pengertian dualisme finansia lmenunjukkan bahwa pasar uang dapat dipisahkan ke dalam 2 kelompk yaitu pasar uang yang terorganisir dengan baik (organized money market)dan pasar uang yang tidakterorganisir (unorganized money market).
  • Dualisme Regional
Dualisme Regional ada dua jenis yaitu :
v Dualisme antar daerah perkotaan dan pedesaan.
v Dualisme antar pusat negara, pusat industri dan perdangangan dengan daerah daerah lainnya dalam negara tersebut.
Boeke menjelaskan teori dualisme ekonomi sebagai suatu kondisi dimana kedua sektor yaitu pertanian dan industri tumbuh bersamaan dan parallel. Tak ada satu sektor pun yang mendominasi sektor lain. dengan kata lain, baik sektor industri maupun pertanian tetap tumbuh bersamaan dalam berjalannya proses ekonomi. Dalam kerangka dualistik ini terdapat hipotesis bahwa aktivitas ekonomi disektor modern (barat) dipicu oleh kebutuhan ekonomis, sedangkan aktivitas ekonomi disektor tradisional (timur) hanya dipicu oleh kebutuhan sosial yang hanya memenuhi kebutuhan subsisten.
Boeke mengelompokkan dualisme ekonomi menjadi dua bagian besar yaitu :
1. Firm Type Economy ( Modern Economy )
a. Produk distandardisasikan
b. Harga pas, tidak bisa ditawar
c. Persaingan muncul antara penjual dengan penjual
2. Bazar Type Economy ( Traditional Economy )
a. Tak ada produk yang standar
b. Harga tergantung atau bisa ditawar
c. Persaingan muncul antara penjual dan pembeli
Namun diantara berbagai jenis dualisme tersebut yang paling berpotensi untuk menghambat pembangunan adalah deualisme sosial dan teknologi seperti yang dituliskan sebelumnya.
            Disamping itu, analisis-analisis tersebut menunjukkan pula bahwa penggunaan teknologi yang terlalu tinggi di sektor modern menimbulkan kesulitan bagi negara untuk mempercepat perkembangan kesempatan kerja di sektor modern. Hal ini menambah kerumitan masalah pengangguran yang dihadapi dan membesarnya jurang antara tingkat pendapatan di sektor-sektor ekonomi yang moderen dengan sektor ekonomi yang tradisional.

Dualisme Sosial dan Masyarakat Tradisional

Dualisme Sosial menurut J.H. BOEKE  (Ekonom Belanda) adalah Suatu pertentangan sistim sosial yang diimpor dengan  sistim sosial pribumi yg memiliki corak berbeda. Interaksi di dalam sebuah ekonomi dengan dua sektor itu berbeda, pembagian antara kedua bagian itu ditandai dengan sejumlah cara, yang masing-masing mempunyai keuntungan, disamping kemungkinan yang menyebabkan timbulnya kesalahan. Hampir semua negara menghadapi system dualisme ini. Dikota-kota, perekonomian sudah bersifat industri dan uang digunakan secara luas. Sedangkan di luar kota yaitu di desa-desa, perekonomian masih tingakat rendah (subsistem). Lagi pula di beberapa negara terdapat daerah kantong bagi industri asing (foreign enclave industry) yang dapat menciptakan triplisme di daerah itu.

Dalam suatu masyarakat tradisional pada umumnya terdapat sifat-sifat berikut :

Taraf pendidikan sebagian masyarakat masih sangat rendah
Cara hidup dan befikir masih dipengaruhi oleh nilai-nilai agama, adat istiadat yang telah dipraktikkan secara turun-temurun, dan pandangan hidup fatalis yang menyerahkan diri kepada kekuasaan alam semesta dan Tuhan
Hubungan sosial di antara berbagai golongan masyarakat masih bersifat feodal.

Berbagai ciri ini sangat mempengaruhi prospek pembangunan ekonomi suatu negara. Ciri-ciri dari kehidupanmasyarakat tradisional seperti ini menimbulkan bebrapa macam ketidaksempurnaan pasar. Dalam pasar yang sempurna faktor-faktor produksi mempunyai mobilitas tinggi dan dapat saling menggantikan. Dalam keadaan seperti itu produksi marjinal akan menentukan tingkat upah,dan tinmgklat upah tersebut akan sama di semua sektor.  Hal ini tidak terdapat di banyak negara miskin. Antara sektor modern dan sektor tradisional terdapat tingkat perbedaaan upah yang cukup tinggi yang bersumber dari perbedaan tingkat produktivitas yang besar antara kedua sektor tersebut. Perbedaan tingkat pendidikan dan keteranpilan pekerja merupakan faktor penting menyebabkan keadaan demikian.

Ketidak sempurnaan pasar ditimbulkan pula oleh kekurangan pengetahuan masyarakat tentang keadaan pasar. Para pekerja tidak mengetahui adanya kesempatan kerja yang lebih baik di sektor atau di daerah lain, para petani tidak mengetahui adanya cara-cara berproduksi yang lebih baik dan para pengusaha tidak tahu adanya kemungkinan untuk mengembangkan pasar di dalam negeri maupun diluar negeri.

Indonesia menurut J.H. Boeke mengalami dualisme ekonomi atau dua sistem ekonomi yang berbeda dan berdampingan kuat. Dua sistem tersebut bukan sistem ekonomi transisi dimana sifat dan ciri-ciri yang lama makin melemah dan yang baru makin menguat melainkan kedua-duanya sama kuat dan jauh berbeda. Perbedaan tersebut karena sebagai akibat penjajahan orang-orang Barat. Apabila tidak terjadi kedatangan orang-orang Barat mungkin sistem pra-kapitalisme Indonesia dan dunia Timur pada umunya pada suatu waktu akan berkembang menuju sisitem atau tahap kapitalisme.

Akan tetapi sebelum perkembangan kelembagaan-kelembagaan ekonomi dan sosial menuju ke arah sama, penjajah dengan sisitem kapitalismenya (dan sosialismenya serta komunisme) telah masuk ke dunia Timur. Inilah yang menimbulkan sistem dualisme atau masyarakat dualisme. Telah diuraikan bahwa ekonomi dualistik atau lengkapnya sistem ekonomi dualistik adalah suatu masyarakat yang mengalami 2 macam sistem ekonomi yang saling berbeda dan berdampingan sama kuatnya dimana sistem ekonomi yang satu adalah sistem ekonomi yang masih bersifat pra-kapitalistik yang dianut oleh penduduk asli dan sistem ekonomi yang diimpor dari Barat yang telah bersifat kapitalistik atau mungkin telah dalam bentuk sosialisme atau komunisme. Kedua sistem ekonomi tersebut saling hidup berdampingan secara kuat dan bukan dalam bentuk transisional.

Oleh karena kedua sistem ekonomi tersebut lebih menyangkut dua bentuk masyarakat yaitu masyarakat asli Indonesia dan masyarakat Barat dan atau yang telah dipengaruhi oleh Barat maka lebih tepat disebut masyarakat yang bersifat dualistik atau dual society. Masyarakat yang bersifat dualistik membutuhkan ilmu ekonomi yang berbeda untuk yang satu dengan yang lainnya. Ciri-ciri khusus masyarakat asli Indonesia dari segi ekonomi dikemukakan oleh J.H. Boeke sebagai berikut:


Mobilitas faktor-faktor produksi adalah rendah. Mobilitas faktor produksi rendah disebabkan karena sangat terpengaruh oleh tradisi. Masyarakat yang bersifat tradisional tingkah lakunya telah terikat dalam pola-pola tertentu. Penentuan upah, pembagian pekerjaan dan tugas, jam kerja, penggunaan peralatan modal, dan lain-lain bersifat tradisional.

Pemisahan yang tajam antara kota dan pedesaan. Ketajaman tersebut sejajar dengan sifat masyarakat Timurnya sendiri. Karena peredaran uang dan ekonomi pasar belum menyusup ke masyarakat pedesaan, masyarakat pedesaan mempunyai sifat utama yaitu haus akan kredit. Pertentangan antara kota dan desa sekaligus merupakan pertentangan antara perdagangan dan industri dengan pertanian dengan kerajinan tangan. 

Pertentangan antara rumah tangga atau perekonomian uang dengan perekonomian barang. Karena perbedaan ini maka pajak yang dikenakan terhadap masyarakat pedesaan yang harus dibayar dalam bentuk uang bersifat sangat memberatkan. 

Yang satu bersifat mekanistik dan masyarakat pedesaan bersifat organik. Prinsipnya kehidupan masyarakat Barat sangat bersifat mekanistik dalam arti rasional zakelijk atau bersifat pamrih, obyektif dalam arti terutama melihat objek yang hendak dicapai dan kurang perhatian terhadap unsur-unsur subyektif, kenyatan-kenyataan yang bersifat metafisik, faktor berbagai macam perasaan dan lain-lain. Irama kehidupan masyarakat Timur sangat ditentukan oleh lingkungan fisik, lingkungan metafisik, maupun lingkungan sosialnya. Kepuasan bertindak dan kepuasan batiniah sangat ditentukan oleh lingkungan-lingkungan tersebut. Maka dari itu masyarakat Timur lebih mementingkan kebutuhan masyarakat, kebutuhan yang bersifat tradisional, membatasi kebutuhan dan nafsu pribadi dan lainnya. Individu sebagai suatu bagian dari organisme masyarakat, fungsi dan kedudukannya, kebtuhan dan kepuasannya sangat ditentukan oleh organismenya sebagai keseluruhan, baik organisme alam (fisik dan metafisik) maupun organisme sosial serta institusional. Banyak tuduhan tentang indolens, fatalisme, dan kemalasan bersumber pada tiadanya pengertian dan penghargaan itu. 

Masyarakat Barat, perekonomiannya bersifat produsen dan masyarakat Timur berperekonomian konsumen. Azas perusahaan modern belum meresap dalam masyarakat Jawa (masyarakat Timur) dan konsumen dikuasai oleh alasan non ekonomi. Seluruh kehidupan dikuasai oleh agama, kebiasaan dan tradisi sesuai agama, tingkah laku terutama ditentukan oleh kebutuhan untuk merasa senang dan kepuasannya secara ekonomis mutlak adalah hal yang sekunder.Dalam masyarakat yang mempunyai ciri-ciri seperti itu, ilmu ekonomi (yang bersal dari Barat) tidak akan berlaku atau paling tidak, berlakunya sangat terbatas. Teori ekonomi yang berasal dari Barat berlakunya harus dipenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

Kebutuhan subyek ekonominya tidak terbatas
Masyarakat telah bersifat rumah tangga uang
Individualisme.

Dualisme Teknologi Menghambat Keharmonisan Proses Pembangunan

Disamping pengaruh dualisme sosial yang menghambat pertumbuhan ekonomi di atas, selanjutnya sering dinyatakan pula tentang dualisme teknologi yang dapat menimbulkan dua keadaan yang dapat mempengaruhi lanjunya tingkat pertumbuhan ekonomi.

Dualisme teknologi adalah suatu keadaan di mana di dalam suatukegiatan ekonomi tertentu digunakan teknik produksi dan organisasi produksi yang modern yang sangat berbeda dengan kegiatan ekonomi lainnya dan pada akhirnya akan mengakibatkan timbulnya perbedaan tingkat produktifitas yang sangat besar.

Keadaan pertama, didalam keadaan dimana dualisme teknologi sebagai akibat dominannya modal asing atas sektor modern, sebagian besar keuntungan yang diperoleh akan dibawa ke luar negeri. Ini akan mengurangi potensi tabungan yang dapat dikerahkan untuk penanaman modal di Indonesia dan memperlambat lajunya pembangunan ekonomi.
   
Keadaan kedua, dan yang lebih serius akibat dari yang pertama, dualisme teknologi akan :

  • Membatasi kemampuan sektor modern untuk membuka kesempatan kerja
  • Mengurangi kesempatan sektor pertanian untuk berkembang
  • Memperburuk masalah pengangguran
Sektor modern terutama terdiri dari sektor industri dan dalam sektor ini teknik-teknik berproduksi bersifat padat modal. Dalam teknik produksi yang demikian sifatnya, proporsi antara faktor-faktor produksi relatif tetap. Berarti terdapat perbandingan tertentu, dan yang tetap besarnya, di antara jumlah modal dan kesempatan kerja yang diciptakannya. Pertamabahn dalam kesempatan kerja hanya dapat dilakukan dengan penciptaan modal yang baru, jadi dengan melakukan penanaman modal yang baru. Sampai dimana kesanggupan sejumlah penanam modal menciptakan kesempatan kerja tergantung kepada teknologi yang digunakan. Makin tinggi tingkat teknologi makin terbatas kemampuannya untuk menyerap tenaga kerja dan mempertinggi kesempatan kerja. Dan selanjutnya, terbatasnya kemampuan sektor industri modern untuk meningkatkan kesempatan kerja akan menghambat perkembangan di sektor pertanian. Telah diketahui bahwa sektor industri dan sektor modern lainnya tidak mempunyai kemampuan untuk menampung pertambahan tenga kerja yang berasal dari sektor pertanian. Dari tahun ketahun keadaan pengangguran di kota-kota maupun di daerah pedesaan menjadi semakin serius. Di sektor pertanian keadaan ini menyebabkan perbandingan antara tanah dan tenaga kerja menjadi kecil dan menimbulkan kesulitan untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian.

Selain perlu disadari implikasi buruk yang mungkin ditimbulkan oleh adanya dualisme teknologi terhadap penciptaan kesempatan kerja dan pengembangan sektor pertanian, harus pula disadari bahwa teknologi modern mempercepat pertumbuhan ekonomi. Di banyak negara sektor industri merupakan sektor yang perkembangannya jauh lebih pesat dari pada perkembangan keseluruhan perekonomian. Tambahan pula, dari analisis teoritis dan penyelidikan empiris telah dibuktikan bahwa kemajuan teknologi merupakan penentu utama laju pertumbuhan ekonomi.

Kalau kedua aspek dari akibat dualisme teknologi terhadap pembangunan yang baru dijelaskan yaitu :

   
 Akhir-akhir ini disadari pula adanya implikasi yang tidak menguntungkan dari adanya dualisme teknologi. Kegiatan-kegiatan dalam sektor4 modern pada umumnya mengalami perkembangan yang jauh lebih pesat dari sektor tradisional, dengan demikian jurang tingkat kesejahteraan antara kedua sektor tersebut makin lama makin bertambah lebar. Sehingga, walaupun dicita-citakan bahwa pembangunan itu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat, pada kenyataannya manfaat pembangunan dinikmati hanya oleh segolongan kecil penduduk. Dapat disimpulakn bahwa sebenarnya dualisme teknologi tidak berdampak buruk terhadap lajunya pembangunan, akan tetapi terhadap keharmonisan proses pembangunan.




KESIMPULAN

            Permasalahan-permasalahan yang dialami negara berkembang adalah terhambatnya pembangunan ekonomi yang menjadikan negara berkembang tidak mencapai tingkatan seperti negara maju. Salah satu faktor penghambatnya adalah dualisme ekonomi yang menyebabkan mekanisme pasar tidak berjalan seperti seharusnya yang menjadikan pembangunan ekonomi di negara berkembang salah satunya di Indonesia.  Apabila tidak ditindak lanjut pemerintah contoh kasis nyata akan terjadi seperti alenia dibawah ini.
Di usianya yang mendekati 69 tahun, Indonesia hingga kini masih menghadapi kondisi ekonomi yang paradoksial (dualistic economy). Secara makroekonomi, kinerja Indonesia tergolong baik di tengah-tengah penurunan laju pertumbuhan ekonomi global (global economy slowdown) yang dipicu krisis keuangan AS pada awal 2008 dan krisis ekonomi Eropa sejak awal 2010. Indonesia termasuk sedikit negara di dunia yang perekonomiannya tetap tumbuh positif, rata-rata 5,4 persen per tahun dari 2002 - 2012.
Pada 2012 pertumbuhan ekonominya mencapai 6,3 persen, hanya kalah dari Cina yang tumbuh 8,2 persen (World Bank, 2012).  Inflasi relatif rendah dan terkendali, cadangan devisa mencapai 119 miliar dolar AS (terbesar sepanjang sejarah negeri ini), dan untuk pertama kalinya sejak awal Reformasi 1998 pada 2011 Indonesia dinilai lembaga pemeringkat dunia (Fitch Rating, 2011) sebagai negara yang layak investasi (investment grad/). 

Saat ini, PDB Indonesia mencapai satu triliun dolar AS, terbesar ke-16 di dunia. Jumlah kelas menengah mencapai 45 juta orang. Pada 2030 jumlah kelas menengah itu akan bertambah 95 juta orang dan ekonomi Indonesia diprediksi akan menempati posisi ketujuh terbesar di dunia, mengungguli Jerman dan Inggris. (McKinsey Global Institute, 2012).

Namun, di balik gemilangnya prestasi makroekonomi itu, kehidupan keseharian mayoritas rakyat masih didera beragam penderitaan fisik maupun kejiwaan. Dengan garis kemiskinan Rp 270 ribu per orang tiap bulan, BPS mencatat, banyaknya penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan pada September 2012 sebesar 28,59 juta orang atau 11,6 persen dari total penduduk (BPS, 2012). 
Dan, bila mengacu pada garis kemiskinan versi Bank Dunia, yakni dua dolar AS per orang tiap hari (sekitar Rp 600 ribu per orang tiap bulan), jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai 120 juta orang. Artinya, hampir separuh rakyat Indonesia masih hidup dalam kubangan kemiskinan. 



Bukan hanya semakin membeludaknya jumlah pengangguran, kian terpuruknya industri (produksi) nasional akibat liberalisasi perdagangan pun menyebabkan neraca perdagangan dan transaksi berjalan mengalami defisit sejak dua tahun lalu. 

Sebagian besar ekspor Indonesia hingga kini masih didominasi komoditas primer atau bahan mentah (seperti gas alam, CPO, batu bara dan bahan tambang lain, rumput laut, udang, dan ikan) yang kecil sekali nilai tambahnya dan kurang menghasilkan multiplier effects (efek pengganda) bagi ekonomi nasional.
Bila daya saing ekonomi tetap rendah dan impor dibuka selebar-lebarnya seperti ini terus dibiarkan, Indonesia tidak akan mampu menjadi bangsa produsen. Sebaliknya, kita akan menjadi bangsa konsumen terbesar yang sangat bergantung pada bangsa-bangsa lain, alias tidak berdaulat. Yang lebih mencemaskan, sektor-sektor ekonomi strategis (seperti pertambangan, perkebunan, perbankan, dan telekomunikasi) pun saham mayoritasnya sebagian besar dimiliki korporasi asing.

Angka pengangguran dan kemiskinan yang tinggi serta kesenjangan kaya versus miskin diyakini telah mengakibatkan tekanan hidup yang sangat berat bagi kebanyakan saudara-saudara kita sebangsa dan se-Tanah Air. Sehingga, membuat mereka banyak yang menderita kecemburuan sosial (social jelousy).

Kondisi sosio-antropologis semacam inilah yang mengakibatkan kian marak dan masifnya premanisme, perampokan, perkelahian antarkelompok masyarakat, konsumsi narkoba, bunuh diri, dan beragam penyakit sosial (social pathology) lainnya.
Muara dari segenap permasalahan sosial-ekonomi di atas adalah rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) Indonesia yang hanya menempati urutan ke-121 dari 187 negara.



DAFTAR PUSTAKA



Sukirno,Sadono.2006.Ekonomi Pembangunan. Kencana. Jakarta
/* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Calibri",sans-serif;}

Tags :

bonarsitumorang