Defences (Pertahanan) dalam Ilmu Psikologi
Konseptulisasi
mengenai pertahanan diri sendiri merupakan sumbangan paling berharga yang telah
diberikan oleh Sigmund Freud dana aliran psikoanalisis (analisis-jiwa) bagi
psikologi alias ilmu jiwa. Par ahli jiwa modern, termasuk mereka yang tidak
menganut aliran Freud, mengartikan mekanisme pertahanan internal dalam diri seseorang secara lebih luas
sebagai cara mengatasi masalah, yang secara otomatis memungkinkan individu yang
bersangkutan untuk memperkecil perubahan internal atau eksternal yang datang
mendadak untuk menyelesaikan masalah kejiwaan sendiri (konflik psikologis).
Pertahanan
tidak dibentuk secara sadar melainkan
cenderung muncul dengan sendirinya, dan ini kontras dengan apa yang
disebut sebagai startegis menghadapi sesuatu. Bukti-bukti yang terkumpul
menunjukkan bahwa perbedaan mekanisme pertahanan yang dibentuk oleh individ
dengan gaya dalam menyelesaikan masalah secara otomatis merupakan salah satu
pertimbangan utnuk memahami perbedaan respon terhadap stress/tekanan mental.
Sebagai contoh, ada sementara orang yang menghadap stress dengan sikap tenang,
rasional, sementara orang lain justru ketakutan atau menarik diri ke dalam
dunia khayal. Perbedaan tanggapan tersebut sebetulnya merupakan perbedaan
mekanisme pertahanan.
Sigmund
Freud berpendapat penyakit kejiwaan lebih cenderung merupakan akibat dari
kekecewaan, atau emosi, daripada ide-ide yang mengejutkan. Freud melihat
mekanisme pertahan diri dapat mengakibatkan kekacauan atau perubahan ide
tertentu melalui proses yang disebut disosiasi (pemisahan), represi (penekanan)
atau isolasi (penekanan). Selanjutnya akibat yang muncul akan dapat
ditanggulangi melalui proses yang disebut pengganian, proyeksi dan sublimasi
(penguapan).
Freud
mengindikasikan empat sifat mekanisme pertahanan: cenderung mendukung insting
dan afektif, tidak disadari dinamis dan tidak dapat dibalik. Sekalipun hal-hal
ini merupakan ciri dari sindron kejiwaan
utama, pada kebanyakan orang, semua mekanisme itu mencerminkan proses
penyesuaian.
Penggunaan
mekanisme pertahanan biasanya mengubah persepsi individu mengenai kenyataan di
dalam dan di luar dirinya. Kesadaran akan keinginan instingtif seringkali
dikurangi, sedangkan keinginan pilihan yang terkadang bertentangan malahan
disertakan. Ketika mekanisme pertahanan diri berkait dengan proses psikologi
yang intgratif dan dinamis, manusa lebih analogis terhadap seekor binatang yang
berpura-pura mati dalam mengahadapi bahaya daripada kedipan mata yang
mengandung arti atau taktik nyata dari manipulasi antar-personal.
Beberapa
kesimpulan mengenai tujuan mekanisme pertahanan ini adalah:
- Menjaga sikap dalam batas-batas yang memungkinkan guna menghadapi perubahan tiba-tiba dalam kehidupan emosi manusia (misalnya sehubungan dengan kematian seseorang yang disayangi),
- Mengembalikan keseimbangan psikologis dengan menunda atau mengalihkan kenaikan tiba-tiba dorongan bioogis seksual atau agresi selama masa dewasa,
- Menciptakan penundaan guna menguasai perubahan kritis dalam hidup,
- Menangani konflik yang tidak terselesaikan dengan seseorang yang penting yang masih hidup atau yang sudah meninggal.
Refrensi:
Freud, S. (1964) (1894) The Neuro-Psychoses of
Defence, Standart Edition of the Complete Psychological Work of Sigmund Freud,
ed. J. Strachey, Vo. London.
Tags : Jurnal Sosiologi
bonarsitumorang
- Bonar Situmorang
- Medan
- Jakarta Selatan
- bonarsos@gmail.com
- +62852-6969-9009