Herbert Marcuse: Otomatisasi dan Mekanisasi
Pemanfaatan
teknologi secara gencar di segala bidang kehidupan merupakan realitas harian. Dewasa
ini, hampir tidak ada lagi daerah yang tertutup atau menutup diri dari pengaruh
teknologi. Penduduk yang hidup di belantaran Amazon sekalipun, di tengah hutan
Kalimantan dan Papua maupun di Padang Gurun Sahara dan di pedalaman Afrika
ditemani radio, televisi, berkomunikasi dengan telepon seluler dan internet
serta mengambil alih nilai yang ditawarkan oleh media komunikasi tanpa banyak
tanya. Pikiran teknologi berhasil meluas di seluruh dunia.
Dampak
langsung yang bisa kita terima secara realitas ada pembentukan realitas
teknologi dalam masyarakat. Teknologi menjadi bagian integral dari hidup warga
dan berperan sebagai ukuran dan rujukan dalam menjalin hubungan, pergaulan,
pekerjaan. Kelengkatan dengan teknologi menciptakan sikap tergantung yang
sengaja dibuat. Layaknya seperti narkoba,
semakin lama semakin candu. Tanpa semua perangkap teknis, hidup individu
seakan tanpa daya dan makna. Teknologi menguasasi makna secara mutlak dan
menyeluruh.
Persoalan
hakiki yang muncul adalah ketergantungan dan kecanduan terhadap teknologi itu
mengungkapkan apa? Realitas teknologi membawa serta prinsip, hukum, dan ukuran
nilai yang berciri teknis. Dari sekian prinsip, hukum dan ukuran nilai
teknologi yang dipaksakan adalah otomatisasi dan mekanisasi.
Otomatisasi
merujuk pada kerja mesin yang bergerak sendiri tanpa campur tangan manusia
(otomatis). Otomatisasi merupakan prinsip kerja mesin yang berlangsung manidiri
ke dalam kesadaran manusia supaya menghasilkan tindak-tanduk dan aktivitas yang
spontan atau mengalir begitu saja.
Secara
sederhana, mekanisasi mengacu pada hukum gerak dari berbagai elemen yang
menyusun benda atau organisme sebagai keseluruhan (mekanika) dalam ruang dan
waktu. Mekanisasi merupakan pengalihan pola gerak yang menghubungkan bagian
yang lain dalam benda atau organisme secara seirama dan serentak ke dalam
pikiran individu guna menghasilkan rasa ketergantungan pada sistem secara
keseluruhan.
Otomatisasi
dan mekanisasi dapat dijumpai dalam bidang kehidupan manusia. Mulai dari pesawat
terbang sampai kepada industri rumah tangga. Misalkan, bila seorang ingin
berpergian dengan pesawat terbang atau kereta api, cukup menyalakan komputer
dan membuka jaringan internet, mengetik nama maskapai, membayar tiket dan
memilih tempat duduk. Untuk industri rumah tangga sudah ada mesin cuci. Bersusah
payah untuk menggosok dan basah kuyup, pergi ke biro perjalanan dan mengantre
kini sudah menjadi cerita masa lalu di banyak negara. Individu cukup
menginstruksi yang tertera di mesin, buku petunjuk dan pemakaian dan perintah
di layar komputer, mesin akan bekerja sendiri. Semua telah disetel dan
diprogram.
![]() |
Salah Satu Karya Hebert Marcuse |
Sejalan
dengan proses, waktu dan jalinan gerak mesin kemudian dibawa dan dialihkan pada
proses hidup dan aktivitas manusia mulai dari tingkat individu, masyarakat
hingga teta kelola negara. Awalnya, alasan dan tujuan otomatisasi dan
mekanisasi bersifat ekonomis semata. Kalangan pengusaha, yang mengontrol
produksi seminimal mungkin dan mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Jangan
heran bila otomatisasi dan mekanisasi merupakan faktor dominan dalam dunia
industri.
Ketika
kaum pemilik modal mulai bersinggungan dengan aktivitas sosial, politik, dan
kekuasaan, otomatisasi dan mekanisasi yang menjadi bukti ampuh kesuksesan di
bidang ekonomi dan finansial diterapkan dalam kehidupan
sosial-politik-budaya-pertahanan-keamanan dan kenegaraan. Dunia hidup bersama
mesti ditata dan dikelola seturut prinsip mekanis supaya dapat berhasil guna
bagi kemakmuran dan kesejahteraan bersama.
Tentu
ada perbedaan yang hakiki antara cara berpikir manusia dan pola pikir mesin,
proses kerja manusia dan proses operasioanal mesin, perilaku manusia dan tingkah
pola mesin. Mesin adalah sebuah benda mesin yang tunduk buta pada kaidah dan
sistem kerja yang sudah diprogramkan. Sementara manusia adalah mesin hidup yang
dibekali akal budi dan berkat kemampuan berpikir ia mampu bertanya dan
mempertanyakan, menerima dan menolak, turut dan melawan perintah.
Untuk
membuat cara kerja, hubungan dan pergaulan, pola bertindak dan bertingkah laku,
cara proses bepikir, pola beraksi-bereaksi individu cocok dan sejalan menurut
kaidah dan ukuran nilai yang berlaku dalam dunia mesin, diadakanlah kursus dan
pelatihan teknis tanpa henti. Apa yang menjadi mesti dikhawatirkan dari
pelatihan teknis demikian dan mengapa wajib diwaspadai seara kritis?
Hal hakiki
dan seluruh realitas teknologi adalah kenyataan bahwa proses senantiasa menuntut
pelatihan yang berkelanjutan dalam pemahaman mekanis terhadap benda. Titik krusial
dan mentalitas manusia dengan alat teknik-mekanik. Penyesuaian akan berujung
pada keseragaman jadwal hidup dan pola berpikir manusia.
Individu
dididik supaya hidup teratur dan tepat waktu, siap bekerja kapan saja dan
dengan siapapun, tanpa banyak tanya, sigap menjawab dalam waktu yang singkat,
penuh pertimbangan dalam bertindak, memiliki pola hidup dan pola berpikir yang
seragam dan terkontrol. Dalam pemikiran kritis, pelatihan merupakan proses
pemasukan dan pengendapatan sistem kerja mesin dalam pemikiran dan kesadaran
pribadi supaya terbentuk sikap dan pola hidup yang sama dengan mesin. Otomatisasi
dan mekanisasi individu berarti robotisasi manusia.
Tags : Jurnal Sosiologi