BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI PERSUASI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Persuasi adalah kenyataan yang tak bisa
dinafikan dalam kehidupan seahri-hari, “demikian kata Joseph A. Hardo ketika mengantarkan bukunya, Speaking Persuasively, 1981. Untuk menyakinkan pembacanya, Hardo
menjelaskan sebagai berikut:
“
Anda hidup dalam sebuah dunia yang sarat dengan kata. Anda digempur oleh
pesan-pesan yang dirancang untuk
mempengaruhi Anda. Para komunikator menganjurkan agar Anda mengikuti apa yang
dia inginkan. Para pemasang iklan menginginkan agar Anda membeli
produk-produknya. Para pengkhotbah menekankan perlunya mengubah cara hidup
Anda. Para instruktur berusaha membujuk Anda untuk memilih studi yang sesuai
dengan keahliannya. Para pengusaha menjajakan untuk memilih jasa dan produk
mereka. Sebaliknya, Anda juga berusaha sebisa mungkin membentuk kepercayaan dan
mencoba memahami apa yang disampaikan oleh komunikator. Sehingga Anda akan
berpikir untuk melakukan hal yang diinginkan yang disampaikan oleh komunikator.”
Sehubungan dengan hal itu, makalah
ini disusun untuk memberikan pemahaman kepada pembaca tentang seluk beluk
komunikasi, baik segi proses, bentuk persuasi. Dengan maksud semacam ini,
komunikasi, khususnya persuasi tidak saja tampil sebagai science yang dibutuhkan para
pelajar, mahasiswa,dosen para pengamat
komunikasi dan para opinion parkers.
Dengan demikian masalah yang selama ini kita hadapi bisa dituntaskan sebaik
mungkin, terutama dalam komunikasi persuasi. Memahami metode persuasi, teori
mengenai persuasi dan bisa mempraktekan dalam kehidupan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari komunikasi persuasi?
2. Apa tujuan dari komunikasi persuasi?
3. Bagaimana bentuk - bentuk, teori, dan metode persuasi?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Komunikasi persuasi adalah bagian dari
kehidupan manusia sehari-hari dan merupakan suatu kegiatan kejiwaan, yang
menyangkut kepada suatu pergerakan jiwa untuk melakukan sesuatu dengan kerelaan
dan kehendak sendiri. Harapan dan tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan
pemahaman kepada pembaca apakah yang dimaksud dengan komunikasi persuasi,
tujuan komunikasi persuasi dan juga metode apa yang digunakan dalam komunikasi
persuasi.
Untuk
mencapai tingkat keberhasilan dalam komunikasi persuasi, tentunya kita tak akan
bisa berkomunikasi persuasi tanpa memahami dan mempraktekkannya dalam kehidupan.
Sehingga kita dapat mengubah pendapat-pendapat yang menentang dan mengarahkan
pembentukan pendapat yang menguntungkan atau mendukung sesuatu pendapat.
Persuasi
itu adalah pesan yang diterima yang
berarti, bukan hanya pesan yang dikirimkan dan persuasi suatu proses
belajar sikap, kepercayaan, dan nilai
dipelajari melalui aktivitas pemrosesan-informasi yang kompleks, belajar dari
suatu respon sikap yang diharapkan dipermudah ketika respon itu diberikan
ganjaran.
Dengan demikian komunikasi persuasi itu
adalah bagian dari kehidupan kita. Terutama jika kita ingin menjadi seorang
komunikator ataupun komunikan yang tak mudah dipengaruhi begitu saja. Semua itu
harus dipelajari dan dipraktekkan dalam kehidupan.
BAB II PEMBAHASAN
BAB II
2.1 PENGERTIAN KOMUNIKASI PERSUASI
Untuk memahami apa
itu persuasi, kita terlebih dahulu mengartikannya secara epistemologi. Persuasi
berasal dari bahasa Latin yaitu persuadeo
yakni per memiliki arti bersifat
efektif atau efectively dan suadeo berarti menasehati, mempengaruhi, mendesak, dan menyakinkan. Tetapi dalam bahasa Inggris persuasi adalah persuasion
(kata kerja) yang berarti “the art of the
power to persuade” atau seni,
kekuatan untuk mempengaruhi dan meyakinkan secara efektif. Dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan sebagai meyakinkan, membujuk, atau merayu.
Seacara terminologis ada beberapa
ahli yang memberikan apa itu komunikasi persuasif. Untuk lebih memahaminya lagi
biasanya orang akan melihat defenisi yang disampaikan oleh beberapa ahli.
Persuasi, kata Ronald L. Applbaum dan
Karl W.E Anatol (1974: 12),” complext process of communication by which
one individual our group elicist by verbal or non verbal means a specific respons from another individual our group”
(persuasi adalah proses komunikasi yang kompleks ketika individu atau kelompok
mengungkapkan pesan melalui cara-cara verbal dan non verbal untuk memperoleh
respons tertentu dari individu atau kelompok lain). Sementara itu, Bettinghous merumuskan persuasi
sebagai: “komunikasi manusia yang dirancang untuk mempengaruhi orang lain
dengan usaha mengubah keyakinan, nilai, atau sikap mereka.”
Winston
Brembeck dan William Howell
dalam persuasion: A means of spocial
change (1952), mendefenisikan persuasi sebagai usaha sadar untuk mengubah
pikiran dan tindakan dengan memanipulasi
motif-motif orang ke arah tujuan yang sudah ditetapkan.” Pada 1970, kedua
profesor komunikasi ini mengubah pendapatnya, dengan merumuskan persuasi
seabagi: “ Communication intended to
influence choise.” (komunikasi yang dimaksud untuk mempengaruhi pilihan orang).
Defenisi yang cukup menarik, dirumuskan Burke
yang dikutip Larson dalam
Persuasion, 1986, bahwa persuasi dipandang sebagai: “The cocreation of a state of identifically or alignment between a
source and a reciever that results from the use a symbols.” (Penciptaan bersama
dari suatu pernyataan identifikasi atau kerja sama di antara sumber pesaan
dengan penerima pesan yang diakibatkan oleh penggunaan simbol-simbol).
Dari beberapa defenisi yang dikutip
di atas, tampaknya terdapat dua orientasi paradigmatis yang cukup menonjol
diamati. Pertama ada rumusan-rumusan persuasi yang menitikberatkan pada
orientasi sumber atau persuader.
Orientasi ini memandang persuasi yang linier
dan satu arah. Kecenderunangan orientasi ini melihat khalayak yang dipersuasi
sebagai benda yang tak berdaya yang siap
menerima pesan. Sedangkan orientasi kedua, cenderung melihat komunikasi sebagai
hasil dinamika aktif dari sumber pesan. Komunikasi ini tidak dipandang sebagai
sesuatu yang satu arah tetapi bersifat circular,
yang sangat memperhatikan umpan balik, konteks dan aktivitas si penerima pesan.
Antara pemberi pesan dan penerima pesan terjadi proses saling memngaruhi
melalui interaksi dan interrelasi antarsesama.
Agar lebih memahami lagi, selain yang di
atas ada juga beberapa ahli yang memberikan pengartian tentang komunikasi,
diantaranya:
Menurut K. Anderson
Komunikasi persuasif didefinisikan sebagai
perilaku komunikasi yang mempunyai tujuan mengubah keyakinan, sikap atau
perilaku individu atau kelompok lain melalui transmisi beberapa pesan.
Menurut R. Bostrom
Komunikasi persuasif adalah perilaku
komunikasi yang bertujuan mengubah, memodifikasi atau membentuk respon (sikap
atau perilaku) dari penerima.
Hovland
Mendefinisikan
komunikasi persuasif sebagai suatu proses dimana individu (komunikator)
memberikan rangsangan (secara verbal) untuk mengubah individu lainnya (audien).
Burgon Huffer
Meringkas
beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai definisi komunikasi persuasi
sebagai berikut:
- Proses komunikasi yang bertujuan mempengaruhi pemikiran dan pendapat orang lain agar menyesuaikan pendapat dan keinginan komunikator.
- Proses komunikasi yang bertujuan mempengaruhi pemikiran dan pendapat orang lain agar menyesuaikan pendapat dan keinginan komunikator.
- Proses komunikasi yang mengajak atau membujuk orang lain dengan tujuan mengubah sikap, keyakinan dan pendapat sesuai keinginan komunikator. Pada definisi ini ‘ajakan’ atau ‘bujukan’ adalah tanpa unsur ancaman/ paksaan.
5. Astrid Susanto
Komunikasi
persuasif adalah suatu komunikasi dikatakan berhasil apabila komunikasi itu
mampu mengubah sikap dan tindakan sesorang atau berhasil memperoleh persetujuan
dari komunikan terhadap apa yang dimaksudkan oleh komunikator.
Secara umum, komunikasi persuasi adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau memperngaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Pada umumnya sikap-sikap individu/kelompok yang dipengaruhi ini terdiri dari tiga komponen :
Secara umum, komunikasi persuasi adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau memperngaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Pada umumnya sikap-sikap individu/kelompok yang dipengaruhi ini terdiri dari tiga komponen :
1.
Kognitif-
perilaku di mana individu mencapai tingkat “tahu” pada objek yang
diperkenalkan.
2. Afektif-
perilaku di mana individu mempunyai kecenderungan untuk suka atau tidak suka
pada objek.
3. Konatif-
perilaku yang sudah sampai pada tahap hingga individu melakukan sesuatu
(perbuatan) terhadap objek.
Kepercayaan/ pengetahuan
seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat mempengaruhi sikap mereka dan pada
akhirnya mempengaruhi perilaku dan tindakan mereka terhadap sesuatu. Ada pun
kaitan antara kognitif, afektif dan konatif keterkaitan itu tidak saling
berlaku lurus atau langsung.
Contoh :
Rudi tahu/ percaya(kognitif) bahwa mobil
BMW itu adalah mobil yang bagus. Rudi juga senang (afektif) melihat bentuk
mobil itu melenggang di jalan. Tetapi Rudi tidak akan membeli mobil BMW
(konatif), karena ia tidak mempunyai uang.
2.2
TUJUAN KOMUNIKASI PERSUASI
1. Mengubah Tanggapan (Changing
Responses)
Pengubahan
tanggapan sekelompok khalayak untuk mengubah perilaku mereka terhadap sesuatu
produk, konsep atau gagasan. Pembicara persuasif berupaya untuk mengubah
tanggapan sambil meminta kepada khalayak untuk mewakili atau menghentikan
beberapa perilaku: berhenti merokok, memanfaatkan transportasi, memanfaatkan
akupuntur, menjalani operasi kecantikan, menyantap makanan berkolesterol
rendah, atau minum teh putih. Dalan banyak cara, pengubahan tanggapan dapat
menjadi sebuah tugas yang sulit. Anda dapat membentuk kesan terhadap yang baru
tanpa terlampau membingungkan kehidupan mereka. Anda dapat memanfaatkan
ketakberdayaan kehidupan sehari-hari saat meneguhkan respons, tetapi perubahan
sering datang dengan kuat pada diri umat manusia apabila mereka membutuhkan
kebutuhan serius apa saja dari gagasan dan kebiasaan baik yang tak bisa
dipungkiri.
2.
Penguatan
Tanggapan (Reinforcing Responses)
Penguatan
tanggapan bagi sekelompok khalayak untuk mengharapkan kesinambungan perilaku
yang sedang berlangsung saat ini terhadap beberapa produk, gagasan atau isu. Wallace Fotheringham, dalam bukunya
mengenai persuasi, mendeskripsikan tujuan kegiatan persuasi ini sebagai
kontinuitas dangan harapan agar khalayak melakukan apa yang telah mereka
lakukan. Misalnya, pakaian, kosmetika, temabakau dan peruasahaan lainnya.
3. Pembentukan Tanggapan (Shaping
Responses)
Salah satu tujuan persuasif adalah membentuk cara
khalayak memeberikan tanggapan. Pemebentukan dapat dilakukan baik khalayak
menegetahui banyak tentang suatu topik maupun tidak.
2.3 PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI
Ada lima prinsip komunikasi persuasif, antara lain:
1.Membujuk
Demi Konsistensi (Consistency Persuades)
Pada prinsip ini
khalayak lebih memungkinkan untuk mengubah perilaku mereka apabila perubahan
yang dianjurkan sejalan dengan
kepercayaan, sikap, dan nilai mereka saat ini.
2.Prinsip Pemaparan yang Selektif ( The
Selective Exposure Principle )
Prinsip ini menyatakan bahwa pada dasarnya audiens akan mengikuti hukum pemaparan selektif ( the law of selective exposure ), yang menegaskan bahwa audiens (pendengar) akan secara aktif mencari informasi yang sesuai dan mendukung opini, keyakinan, nilai, keputusan dan perilaku mereka, dan sebaliknya audiens akan menolak atau menghindari informasi-informasi yang berlawanan dengan opini, kepercayaan, sikap, nilai, dan perilaku mereka.
Prinsip ini menyatakan bahwa pada dasarnya audiens akan mengikuti hukum pemaparan selektif ( the law of selective exposure ), yang menegaskan bahwa audiens (pendengar) akan secara aktif mencari informasi yang sesuai dan mendukung opini, keyakinan, nilai, keputusan dan perilaku mereka, dan sebaliknya audiens akan menolak atau menghindari informasi-informasi yang berlawanan dengan opini, kepercayaan, sikap, nilai, dan perilaku mereka.
3.Prinsip
Partisipasi Audiens ( The Audience Participation Principle )
Prinsip ini menyatakan bahwa daya persuasif suatu komunikasi akan semakin besar manakala audiens berpartisipasi secara aktif dalam proses komunikasi tersebut. Bentuk partisipasi bisa dalam berbagai bentuk dan aktivitas, seperti dalam menentukan tema, dalam presentasi, membuat slogan, dan lain-lain.
Prinsip ini menyatakan bahwa daya persuasif suatu komunikasi akan semakin besar manakala audiens berpartisipasi secara aktif dalam proses komunikasi tersebut. Bentuk partisipasi bisa dalam berbagai bentuk dan aktivitas, seperti dalam menentukan tema, dalam presentasi, membuat slogan, dan lain-lain.
4.Prinsip
Suntikan (The Inoculation Principle )
Audiens telah memiliki pendapat dan keyakinan tertentu, maka pembicaraan komunikasipersuasif biasanya dimulai dengan memberi pembenaran dan dukungan atas keyakinan dan pengetahuan yang dimiliki audiens.
5.Prinsip Perubahan yang Besar ( The Magnitude of Change Principle)
Audiens telah memiliki pendapat dan keyakinan tertentu, maka pembicaraan komunikasipersuasif biasanya dimulai dengan memberi pembenaran dan dukungan atas keyakinan dan pengetahuan yang dimiliki audiens.
5.Prinsip Perubahan yang Besar ( The Magnitude of Change Principle)
Prinsip ini menyatakan bahwa semakin
besar, semakin cepat dan semakin penting perubahan yang ingin dicapai, maka
seorang da’i mempunyai tugas dan kerja yang lebih besar, serta komunikasi yang
dilakukan membutuhkan perjuangan yang lebih besar.
2.4 TEKNIK KOMUNIKASI
Untuk menguasai teknik
persuasi, faktor-faktor yang diperlukan antara lain sebagai berikut. (1) Mampu
berpikir dalam kerangka acuan yang lebih besar untuk penggunaan teknik yang
tepat dalam suatu keadaan tertentu. (2) Mampu menegakkan kredibilitas. (3) Mampu
berempati. (4) Mampu menunjukkan perbedaan dengan sasaran. (5) Mampu mengetahui
saat-saat yang tepat untuk menggiring audiens pada pesan yang diberikan. (6)
Mampu mengetahui kapan alat bantu komunikasi digunakan, dan lain-lain. Adapun
teknik-teknik komunikasai adalah sebagai berikut :
1. Tehnik Asosiasi
Tehnik ini merupakan tehnik yang menyajikan pesan dengan cara
menumpangkannya pada suatu objek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian
khalayak. Tehnik ini secara umum
sering dilakukan oleh kalangan pebisnis atau para politikus. Popularitas
figur-figur tertentu dimanfaatkan dalam kerangka pencapaian tujuan-tujuan
tertentu.
2. Tehnik Integrasi
Tehnik ini adalah
menyatukan diri komunikator dengan diri komunikan. Penggunaan kata kata
verbal yang menyatakan satu dengan komunikan. Contoh pada
penggunaan kata kita bukan kata saya atau kami.
Kata kita berarti saya dan anda. Hal
ini mengandung makna bahwa yang diperjuangkan komunikator bukan kepentingan
diri sendiri melainkan juga kepentingan komunikan.
3. Tehnik Ganjaran
Tehnik ganjaran (pay- of technique) adalah kegiatan untuk
mempengaruhi orang lain dengan cara mengiming-imingi hal yang menguntungkan
atau yang menjanjikan harapan tertentu. Tehnik ini sering dipertentangkan
dengan tehnik pembangkitan rasa takut (fear arousing technique) yakni cara-cara
yang bersifat menakut-nakuti atau menggambarkan konsekuensi yang buruk.
Jadi, kalau pay-of technique menjanjikan ganjaran (rewarding),
fear arousing technique menunjukan hukuman (punishment).
4.Tehnik
Red – Herring
Istilah red herring sukar diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia sebab red herring adalah nama ikan yang tersebar di Samudera
Atlantik Utara. Jenis ikan ini terkenal dengan kebiasaanya dalam membuat gerak
tipu daya ketika diburu oleh binatang lain atau manusia. Dalam hubungannya
dengan komunikasi persuasif adalah seni komunikator untuk meraih kemenangan
dalam perdebatan dengan mengelakan argumentasi yang lemah untuk kemudian
mengalihkannya sedikit demi sedikit ke aspek yanng dikuasinya guna dijadikan
senjata ampuh untuk menyerang lawan. Jadi
tehnik ini digunakan komunikator ketika berada dalam posisi yang terdesak.
Untuk
itu, syarat yang tidak boleh dilupakan adalah pada penguasaan materi yang
didiskusikan atau diperdebatkan.
5. Tehnik Tataan
Yang dimaksudkan dengan tataan disini adalah upaya menyusun pesan
komunikasi sedemikian rupa sehingga enak didengar, atau enak dilihat atau enak
dibaca dan orang memiliki kecenderungan untuk mengikuti apa yang disarankan
oleh pesan tersebut.
Tehnik
tataan (icing technique) dalam kegiatan komunikasi persuasif adalah seni
menata pesan dengan imbauan-imbauan sedemikian rupa sehingga menarik.
2.5 HAMBATAN
KOMUNIKASI PERSUASI
Pada umumnya, hambatan komunikasi dapat diselesaikan oleh dua faktor,
yakni faktor mekanistis komunikasi manusia dan faktor psikologis. Selain itu,
hambatan tersebut dapat diselesaikan oleh dogmatisme, stereotipe, dan pengaruh
lingkungan. Kondisi itu pun dapat pula disebabkan oleh faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal dapat berupa persepsi sosial, posisi sosial,
dan proses sosial, sedangkan faktor eksternal dapat disebabkan oleh faktor
penguatan (reinforcement).
BAB III PENUTUP
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Komunikasi persuasi adalah komunikasi yang bertujuan
untuk mengubah atau memperngaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang
sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Komunikasi
memiliki beberapa tujuan yaitu mengubah atau menetralisir pendapat-pendapat
yang bersifat menentang atau bermusuhan. Mengkristalisasikan pendapat yang
masih terpecah-pecah dan belum berbentuk, dan mengrahkan pendapat yang
menguntungkan. Adapun teori yang dapat digunakan dalam komunikasi persuasi adalah
metode partisipasi, metode asosiasi, dan metode pay-of idea. Selain itu, komunikasi persuasif juga memiliki prinsip
serta teknik-teknik yang dapat dilakukan dalam komunikasi persuasif.
3.2
SARAN
Saran dari kelompok kami adalah setelah
membaca dan memahami isi dari makalah ini harapan kami adalah bagi pembaca bisa
mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, perubahan yang konsistensi,
perubahan kecil menjadi perubahan yang besar. Sehingga dalam komunikasi, kita
bisa belajar bagaimana komunikasi yang baik. Dengan demikian kita bisa
membuktikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam lingkungan kampus.
Dengan memahaminya, pada saat diskusi di mana pun bisa diterelesasikan.
DAFTAR ISI
Dedi,
Yosal, 1994. Komunikasi Persuasif,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hafied
Cangara, 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi,Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Tags : Jurnal Sosiologi
bonarsitumorang
- Bonar Situmorang
- Medan
- Jakarta Selatan
- bonarsos@gmail.com
- +62852-6969-9009