Makalah : Pemikian Harold Garfinkel dan Etnometodologi
Biografi Harold Garfinkel
Harold Garfinkel dilahirkan di Newark, New Jersey,
pada 29 Oktober 1917. Ayahnya adalah pengusaha kecil yang menjual barang-barang
rumah tangga untuk keluarga imigran. Ayahnya ingin Garfinkel belajar dagang,
namun Garfinkel ingin masuk kuliah.Garfinkel kemudian mengikuti kemauan
ayahnya, tetapi dia juga ikut kuliah di Universitas Newark.
Ia pernah bergabung dengan angkatan perang AS ketika
perang dunia ke dua, namun kemudian dia mendapatkan gelar doktor pada tahun
1952 di Harvard University. Setelah lulus pada 1939 Garfinkel menghabiskan
musim panas di kamp kerja Quaker di Georgia. Sementara sebagian besar mahasiswa
di North Carolina pada saat itu tertarik pada statistika dan “sosiologi ilmiah”,
Garfinkel lebih tertarik pada teori, khususnya teori Florian Znaniecki tentang
tindakan sosial dan arti penting dari sudut pandang aktor. Garfinkel pada 1942
ikut wajib militer dan bergabung dengan angkatan udara. Dia akhirnya diberi
tugas pelatihan pasukan untuk berperang dengan tank di Miami Beach. Ketika
perang berakhir, Garfinkel melanjutkan studi ke Harvard dan belajar kepada
Talcott Parson.
![]() |
Harold Garfinkel |
Saat masih menempuh studi di Harvard, Garfinkel
mengajar selama dua tahun di Princeton dan setelah memperoleh gelar doktornya
dia pindah ke Ohio State, dimana dia mendapat tugas proyek studi kepemimpinan
di penerbangan dan kapal selam. Riset itu diperpendek karena dananya dikurangi,
tetapi kemudian Garfinkel bergabung dengan proyek riset juri di Wichita,
Kansas. Dalam persiapan untuk pertemuan proyek pada pertemuan American
Sociologial Association tahun 1954, Garfinkel memakai istilah etnometodologi
untuk mendeskripsikan hal-hal yang menarik baginya tentang pertimbangan juri
dan kehidupan sosial pada umumnya. Pada musim gugur 1954 Garfinkel mendapat
posisi di UCLA, posisi yang dipegangnya sampai dia pensiun pada 1987. Sejak
awal dia menggunakan istilah etnometodologi dalam seminar-seminarnya. Sejumlah
mahasiswa tertarik dengan pendekatan Garfinkel dan menyebarluaskannya ke
seluruh Amerika Serikat dan akhirnya ke seluruh dunia. Yang paling menonjol
adalah kelompok sosiolog, terutama Harvey Sacks, Emanuel Schegloff dan Gail
Jefferson, yang karena terilhami oleh pendekatan Garfinkel, mengembangkan
variasi etnometodologi yang terpenting analisis percakapan (Ritzer, 2008).
Sejarah Lahirnya Etnometodologi
Pemikiran Garfinkel lahir pada
awal abad 20, yaitu sekitar tahun 1940-an dan baru dibukukan tahun 1967 dalam
bukunya yang berjudul Studies in
Ethnometodology. Saat itu Amerika Serikat sedang gencar melakukan industrialisasi, tetapi saat
itu juga dunia sedang dilanda Perang Dunia ke satu (1914-1918) dan Perang
Dunia kedua (1941-1945). Pemikirannya tidak bisa
dilepaskan dari kondisi sosial pada saat itu.
Konsep itu
muncul tatkala Garfinkel yang juga
murid Parson dan Szuhtz melihat waktu
itu dunia sedang dilanda perang besar.
Setelah selesai Perang Dunia Pertama,
Amerika Serikat mengalami depresi ekonomi yang sangat berat. Pada saat
itu di Amerika Serikat banyak terjadi persoalan sosial. Dari masalah
pengangguran, tingginya kriminalitas, prostitusi, munculnya kasus-kasus perceraian di
masyarakat, hingga banyaknya orang yang mengidap depresi dan persoalan sosial
lain yang mengidab masyarakat urban yang sekular. Itulah problema masyarakat
modern yang menjadi perhatian ilmuwan sosial pada
masa itu. Dia yang juga pada tahun 1942
mengikuti wajib militer begitu mengamati
kehidupan pribadi teman-temannya bagaimana mereka menentukan hidup dan mati dan ini sesuai dengan apa yang
dipelajarinya dan dijelaskan pada
tindakan dan akuntabilitas yang pernah ia pelajari di North Carolina sebagai
isu teoritis. Di sini ia benar-benar melihat secara empiris segala kehidupan
nyata.
Keadaan itu nampaknya mendorong Garfinkel mengamati kehidupan sehari-hari manusia,
terutama mengenai bagaimana individu itu
melakukan percakapan. Ia mulai memusatkan pemikirinnya pada persoalan bagaimana berbagai struktur itu tercipta dalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya dia percaya bahwa ilmu pengetahuan
bisa memberikan solusi terhadap berbagai persoalan. Saat itu Garfinkel
berasumsi bahwa dunia nyata penuh dengan
masalah (sesuai dengan keadaan saat itu) dan individu mempunyai metode sendiri
dalam menyelesaikan kehidupan sehari-harinya. Pada kondisi saat itu Amerika
yang pasca perang dunia II memasuki masa urbanisasi dan industrialisasi banyak
membawa masalah dalam kehidupan berbagai individu. Tapi ia melihat bahwa
dunia sebagai penyelesaian masalah secara praktis secara terus
menerus. Menurutnya, individu berusaha
dengan akal sehatnya untuk terus menciptakan jalan keluar dari permasalahan
yang ada. Hal inilah yang melatarbelakangi lahirnya studi Etnometodologi.
Teori Garfinkel
lahir dari latar belakang konteks sosial pada masa itu dimana Blumer
ingin membantu merasionalkan
eksploitasi, imperialisme domestik dan internasional, serta ketimpangan sosial
yang dipandang dari segi aktor sebagi aktor yang bertindak atas dasar
kesadarannya sendiri. Dengan demikian,
liberalisme politik sosiolog awal ini mengandung implikasi konservatif yang
sangat besar.
Beberapa faktor yang berperan penting dalam
perkembangan teori Garfinkel adalah pada
konteks sosial industrialisasi dan urbanisasi yang banyak dialami masyarakat
Amerika pada masa itu. Ia melukiskan beberapa konteks dasar yang mendorong
bangunan teori yang menyangkut perubahan sosial. Menurutnya, sosiologi
merupakan respon moral dan intelektual terhadap masalah kehidupan dan terhadap
pemikiran lembaga dan keyakinan orang Amerika. Garfinkel seperti juga
Blumer sebagai Sosiolog Amerika lebih cenderung mengarah
pada upaya studi ilmiah terhadap proses-proses sosial jangka pendek daripada
membuat interpretasi perubahan historis jangka panjang.
Teorinya bersifat menerangkan bagi masyarakat yang
tengah menjalani proses industrialisasi dan juga urbanisasi dimana hubungan
antar subyek menjadi penuh makna. Interaksi yang terjadi diantara mereka penuh
dengan makna simbol. Perubahan sosial terjadi sangat cepat . Komunikasi antar
individu juga intens sehingga juga
membutuhkan pemecahan berdasarkan kajian
tertentu secara tepat . Urbanisasi dan industrialisasi membawa dampak
pada individu secara mendalam dalam berbagai konteks kehidupannya, dimana
manusia sebagai individu menjadi sangat dinamis dalam berinteraksi sesamanya
ataupun dengan struktur makro masyarakat.
Pemikiran yang Mempengaruhi Teori Garfinkel
Sebagai suatu pendekatan, etnometodologi bermula dari filsafat fenomenologi
yang dikembangkan oleh Husserl.
v Pada
dasarnya, usaha fenomenologi adalah menggambarkan kesadaran manusia serta
bagaimana kesadaran tersebut terbentuk atau muncul, tanpa memperhatikan benar
atau salahnya kesadaran tersebut. Pandangan ini sekaligus menjadi salah satu
landasan etnometodologi. Garfinkel
disaat awal memunculkan atau mengembangkan studi ini sedang mendalami
fenomenologi Alfred Schutz pada New School For Social Research. Terdapat
dugaan kuat bahwa fenomenologi Schutz sangat mempengaruhi etnometodologi
Grafinkel. Ini terbukti dari asumsi sekaligus pendirian dari etnometodologi
itu sendiri.
v Landasan
kedua dari etnometodologi adalah konsepnya tentang natural attitude. Oleh Husserl, natural attitude disebut juga commonsense
reality. Melalui konsep ini, individu berada dalam situasi tertentu
menggunakan penalaran yang bersifat praktis, seperti dalam kehidupan
sehari-hari.
v Sementara
pengaruh Parsons dalam etnometodologi adalah teori aksi/tindakan yang
diperkenalkan oleh Parsons. Dalam teori tindakannya, Parson berpendapat bahwa
motivasi yang mendorong suatu tindakan individu selalu berdasarkan pada
aturan atau norma yang ada dalam masyarakat dimana seorang individu hidup.
Motivasi aktor tersebut menyatu dengan model model normatif yang ditetapkan
dalam sebuah masyarakat yang ditujukan untuk mempertahankan stabilitas sosial
itu sendiri. Asumsi Parsons ini senada dengan pendirian etnometodologi,
terutama dari Garfinkel dan Douglas yang mengatakan bahwa seseorang di dalam
menetapkan sesuatu apakah tindakan/perilaku, bahasa, respon atau reaksi
selalu didasarkan pada apa yang sudah diterima sebagai suatu kebenaran
bersama dalam masyarakat (common sense).
|
Istilah
etnometodologi menjadi populer ditahun 1960 sampai dengan 1970-an dan sekarang
semakin meluas diterima sebagai metode ilmiah. Para peneliti dari aliran ini
mulai memperlihatkan praktik interpretif guna membuktikan bahwa objektivitas
dunia dicapai dan dikelola secara lokal dengan merujuk kepada sumber daya
sosial secara luas yang menghubungkan apa yang disebut oleh Garfinkel sebagai
‘seni’ dengan struktur interpretif yang sudah mapan.
Akar-Akar
Intelektual Etnometodolog
Interaksionisme
Simbolik dengan Etnometodologi
a. Interaksionisme Simbolik dengan
Etnometodologi
Keprihatianan utama interaksionisme
simbolik adalah bagaimana makna-makna atau definisi-definisi diciptakan oleh aktor-aktor yang sedang
berinteraksi. Penekanannya terletak pada proses interaksi dan bagaimana
aktor-aktor menciptakan arti-arti yang sama dalam berhbungan satu sama lain.
Etnometodologi juga memusatkan perhatiannya pada interaksi dan pembentukan
arti-arti didalam situasi-situasi itu.
b. Analisis Dramaturgi Goffman dengan
Etnometodologi
Disebut dramaturgi karena dia
memusatkan perhatiannya pada cara-cara bagaimana aktor memanipulasi gerak
isyarat untuk menciptakan kesan didalam sebuah panggung pertunjukan. Goffman
menekankan pentingnya proses manejemen pesan itu sendiri dan tidak peduli
dengan tujuan atau sasaran yang mau dicapai dari aksi tersebut.
c. Fenomenologi dan Etnometodologi
Fenomenologi Alfred Schutz membebaskan
fenomenologi dari proyek filosofis Husserl, dia menekankan pentingnya studi
tentang bagaimana interaksi menciptakan dan mempertahankan realitas sosial
tertentu. Fenomenologi menaruh perhatian khusus pada bagaimana
aktor-aktor mencapai perspektif timbal balik dan membangun dunia kehidupan
sehari-hari. Etnometodologi menyesuaikan analisis fenomenologi dengan isu
tentang bagaimana keteraturan sosial diperthankan dengan praktek-praktek yang biasa dilakukan aktor
untuk menciptakan rasa
bahwa mereka menghayati dunia kehidupan yang sama.
d.
Interaksionisme
Simbolik dengan Etnometodologi
Keprihatianan utama interaksionisme
simbolik adalah bagaimana makna-makna atau definisi-definisi diciptakan oleh aktor-aktor yang sedang berinteraksi.
Penekanannya terletak pada proses interaksi dan bagaimana aktor-aktor
menciptakan arti-arti yang sama dalam berhbungan satu sama lain. Etnometodologi
juga memusatkan perhatiannya pada interaksi dan pembentukan arti-arti didalam
situasi-situasi itu.
e.
Analisis
Dramaturgi Goffman dengan Etnometodologi
Disebut dramaturgi karena dia memusatkan
perhatiannya pada cara-cara bagaimana aktor memanipulasi gerak isyarat untuk
menciptakan kesan didalam sebuah panggung pertunjukan. Goffman menekankan
pentingnya proses manejemen pesan itu sendiri dan tidak peduli dengan tujuan
atau sasaran yang mau dicapai dari aksi tersebut.
f.
Fenomenologi
dan Etnometodologi
Fenomenologi Alfred Schutz membebaskan
fenomenologi dari proyek filosofis Husserl, dia menekankan pentingnya studi
tentang bagaimana interaksi menciptakan dan mempertahankan realitas sosial
tertentu. Fenomenologi menaruh perhatian khusus pada bagaimana
aktor-aktor mencapai perspektif timbal balik dan membangun dunia kehidupan
sehari-hari. Etnometodologi menyesuaikan analisis fenomenologi dengan isu
tentang bagaimana keteraturan sosial diperthankan dengan praktek-praktek yang biasa dilakukan aktor
untuk menciptakan rasa
bahwa mereka menghayati dunia kehidupan yang sama.
|
Konsep
Etnometodologi
Etnometodologi berasal tiga kata
Yunani, Etnos yang
berarti orang, Metodos yang
berarti metode, dan Logos yang
berarti ilmu. Jadi secara harfiah etnometodologi adalah sebuah studi atau ilmu
tentang metode yang digunakan oleh orang awam atau masyarakat biasa untuk
menciptakan perasaan keteraturan atau keseimbangan didalam situasi dimana
mereka berinteraksi.
Etnometodologi merupakan kumpulan
pengetahuan berdasarkan akal sehat dan rangkaian prosedur dan pertimbangan
(metode) yang dengannya masyarakat biasa dapat memahami, mencari tahu, dan
bertindak berdasarkan situasi dimana mereka menemukan dirinya sendiri
(Heritage, 1984:4). Teori
ini lahir pada masa modernitas atau zaman keemasan perkembangan penelitian
kualitatif, sebagai kritik terhadap aliran-aliran utama sosiologi yang
menurutnya terlalu memaksakan kategori-kategori sosial kepada orang-orang
biasa.
Teori etnometodolgi ialah suatu teori
dalam ilmu sosiologi yang berisikan sekumpulan pengetahuan, serangkaian prosedur
dan sejumlah pertimbangan atau metode tentang kehidupan alamiah masyarakat
sehari-hari, yang ditandai dengan bahasa yang digunakan, di mana
masalah-masalah kemasyarakatan ini diartikan sebagai masalah yang diselesaikan
secara rutin, praktis dan kontiniu tanpa banyak menggunakan pikiran.
Dalam kehidupan sehari-hari dengan teori etnometodologi anggota masyarakat
menggunakan penalaran praktis, logika sendiri dan sifatnya abstrak teoritis,
hidup dan berkembang dalam suatu tatanan masyarakat alamiah yang merupakan
produk masyarakat setempat.
Aliran
etnometodologi mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut :
|
Perkembangan etnometodologi sebenarnya relatif baru bila
dibandingkan dengan pendekatan struktural fungsional dan interaksionisme
simbolis yang sudah mapan. Etnometodologi dengan analisis percakapannya, juga
tidak dapat dipungkiri memberi pengaruh besar dalam agenda penelitian
komunikasi. Khususnya menyangkut konsep percakapan sebagai suatu bentuk
interaksi.
Orang sering mengira etnometodologi adalah suatu metodologi
baru dari etnologi, sering juga dipertukarkan dengan etnografi. Etnometodologi
yang diperkenalkan oleh Harold Garfinkel adalah suatu ranah ilmiah yang unik,
sekaligus radikal dalam kajian ilmu sosial. Dikatakan radikal karena dikenal
keras dalam mengkritik cara-cara yang dilakukan para sosiolog sebelumnya.
Kemunculan metode etnometodologi sebagai bentuk
ketidaksetujuan terhadap pendekatan-pendekatan sosiologi konvensional yang
dianggapnya mengekang kebebasan peneliti. Peneliti konvensional selalu
dilengkapi asumsi, teori proposisi dan kategori yang membuat peneliti tidak
bebas di dalam memahami kenyataan sosial menurut situasi dimana kenyataan sosial
tersebut berlangsung. Etnometodologi ditujukan untuk meneliti aturan interaksi
sosial sehari-hari yang berdasarkan akal sehat, yaitu sesuatu yang biasanya
diterima begitu saja, asumsi asumsi yang berada di baliknya dan arti yang
dimengerti bersama. Subjek etnometodologi bukanlah anggota suku-suku terasing
melainkan orang-orang dalam berbagai macam situasi pada masyarakat kita. Etnometodologi
berusaha memahami bagaimana orang-orang melihat, menerangkan, dan menguraikan
keteraturan dunia tempat mereka.
Etnometodologi sebagaimana halnya dengan interaksionisme simbolik dan
fenomenologi adalah sebuah teori yang bernaung di bawah paradigma definisi
sosial. Dalam bentuk aslinya, teori ini sebetulnya merupakan kritik terhadap
aliran-aliran utama sosiologi yang
menurut Garfinkel terlalu memaksakan kategori-kategori sosial kepada orang
biasa. Sosiologi konvensional melukiskan kembali apa yang dilakukan oleh
orang-orang biasa dan menganggap penjelasan mereka tidak sempurna.
Hal-hal yang
dikaji dalam etnometodologi adalah studi institusional analisis percakapan.
Tujuan studi institusional etnometodologi adalah memahami cara orang dalam setting
institusional. Studi ini
memusatkan perhatian pada struktur, aturan formal, dan prosedur resmi untuk
menerangkan apa yang dilakukan orang di dalamnya. Dalam hal ini orang
menggunakan prosedur yang berguna bukan hanya untuk kehidupan sehari-hari, tetapi
juga untuk menghasilkan produk institusi. Hal yang dikaji etnometodologi
berikutnya adalah analisis percakapan. Tujuan analisis percakapan adalah untuk
untuk memahami secara rinci struktur fundamental interaksi melalui percakapan,
dan mempelajari
cara menata percakapan yang dianggap benar. Analisis percakapan lebih
memusatkan pada hubungan antara ucapan dalam percakapan ketimbang hubungan
pembicara dan pendengar. Percakapan
sebagai unsur dasar dalam etnometodologi adalah aktivitas interaksi yang menunjukkan
aktivitas yang stabil dan teratur yang merupakan kegiatan yang dapat
dianalisis. Sasaran analisis percakapan terbatas pada apa yang dikatakan dalam
percakapan itu sendiri.
Etnometodologi
menganjurkan sebuah pendekatan yang mengajak sosiolog untuk membuat investigasi atau menemukan bagaimana
orang-orang biasa sebagai bagian dari anggota masyarakat mengkonstruksi dunia sosial mereka. Harold
Garfinkel dapat dimasukkan pada sosiolog humanis seperti halnya Blumer yang
sangat menjunjung tinggi kemanusiaan sebagai subyek. Namun Garfinkel lebih
menekankan pada studi tentang etnometodologi, yaitu metode studi yang digunakan
untuk menguraikan dan meneliti aktifitas mereka sendiri tanpa reduksi subyektif
peneliti. Etnometodologi berusaha menemukan esensi pengalaman-pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari, karena itu metode yang dipakai adalah partisipan
observasi.
Etnometodologi
adalah suatu studi atas realitas kehidupan manusia atau masyarakat yang secara
radikal menolak pendekatan-pendekatan sosiologi konvensional sebagaimana yang
telah disentil di bagian pengantar di atas. Dalam etnometodologi, bahasa dikaji
bukan berdasarkan aspek kegramatikalannya, melainkan berdasarkan cara para
peserta interaksi saling memahami apa yang mereka ujarkan. Dengan kata lain,
kajian bahasa dalam etnometodologi lebih ditekankan pada komunikasi, bukan tata
bahasa.
Menurut Raho (2007), bahwa dalam mengembangkan dan
memperluas ide-ide, etnometodologi
mengemukakan pandangan yang berbeda tentang dunia. Sehingga, ia bisa
menjadi paradigma alternatif dalam sosiologi. Namun untuk melihat pandangan
yang berbeda tersebut dari konsep yang telah ada perlu menghubungkan antara
etnometodologi dengan akar-akar intelektualnya.
a. Jika interaksionisme simbolik menekankan proses
penciptaan makna, namun mengakui adanya keberadaan dunia eksternal yang
bersifat obyektif dalam bentuk norma, nilai, peran, dan struktur sosial. Akan
tetapi etnometodologi memusatkan perhatian pada bagaimana interaksi
menciptakan diantara para aktor perasaan akan dunia faktual yang berada di
luar sana.
b. Analisis
dramaturgi yang digagas oleh Erving Goffman, menekankan betapa pentingnya
proses manajemen kesan dan tidak peduli dengan tujuan atau sasaran yang
hendak dicapai dari aksi tersebut. Analisis ini berpusat pada bentuk
interaksi itu sendiri dan bukannya pada struktur-struktur yang diciptakan,
dipertahankan, atau diubah. Contohnya, Goffman tertarik membuat analisa
tentang bagaimana aktor mengesahkan konsep tentang dirinya, membenarkan
tindakan-tindakannya melalui isyarat, bagaimana mereka menjaga jarak dengan
penonton, atau bagaimana memanipulasi untuk memperlancar keadaan. Meskipun
etnometodologi setuju dengan konsep Goffman tentang teknik yang dilakukan
aktor untuk menciptakan kesan dalam dunia sosial, tetapi minat etnometodologi
bukanlah tentang manajemen kesan individu, melainkan bagaimana aktor-aktor
menciptakan perasaan akan realitas yang sama.
c. Harus diakui bahwa banyak konsep etnometodologi yang
diambil dari fenomenologi konsep Husserl dan Schutz. Namun etnometodologi
menyesuaikan analisis fenomenologi dengan isu tentang bagaimana keteraturan
sosial dipertahankan dengan praktek-praktek yang biasa dilakukan aktor untuk
menciptakan sense bahwa mereka menghayati dunia kehidupan sehari-hari yang
sama.
|
Etnometodologi
sebagai Metode Penelitian Kualitatif
Etnometodologi
sebagai metode penelitian kualitatif menggunakan metode intepretatif. Etnometodologi
memiliki kekuatan sebagai metode yang otonom terutama untuk mengupas berbagai masalah sosial. Metode ini
merupakan model penelitian kualitatif yang menempatkan penghampiran induktif
sebagai acuan utama. Beberapa
prasyarat untuk menjadikan etnometodologi sebagai model penelitian kualitatif :
a.
Etnometodologi memusatkan kajian pada realitas yang
memiliki penafsiran praktis. Ia merupakan pendekatan pada sifat kemanusiaan
yang meliputi pemaknaan pada prilaku nyata. Setiap masyarakat dalam konsep
ini memiliki situasi yang bersifat lokal, terorganisir, memiliki stereotipe
dan ideologi khusus,
termasuk ras, kelas sosial dan gender.
b. Merupakan strategi yang dapat dilakukan melalui
analisis wacana (discourse analysis). Paradigma
yang dianut adalah semiotic, sehingga metode yang paling tepat adalah
dialog. Sumber data dapat diungkap melalui observasi-partisipasi dengan
pencatatan data yang teratur menggunakan field note. Pengembangan
pertanyaan dilakukan dengan bentuk verbal, sosial interaktif dan dialog.
c. Etnometodologi memiliki keunggulan dalam mendekati kehidupan
empiris, dalam hal ini ada program penekanan yang diberikan. Melakukan
pengambilan data langsung dari lapangan melalui model interaktif antara
peneliti dan aktor.
d.
Sosial (observasi partisipasi).
e. Menitikberatkan pada pemahaman diri dan pengalaman hidup
sehari-hari. Pengambilan data dengan in-depth interview, akan
menggali semua masalah kehidupan sehari-hari dalam bentuk wacana percakapan
terbuka. Setiap wacana percakapam dianalisis, dikembangkan sesuai dengan
konteks kehidupan sehari-hari di kalangan masyarakat lokal.
|
Di dalam etnometodologi, peneliti yang ‘berasal dari
luar’ harus dapat bersatu dan terlibat langsung dalam proses penelitian
bersama-sama dengan ‘para aktor sosial setempat’. Peneliti harus bisa melebur
di dalam komunitas masyarakat yang diteliti, dan karenannya harus sanggup
berada bersama-sama dengan masyarakat yang diteliti dalam satu bejana sosial
yang kompleks. Hal yang lebih ditekankan dalam etnometodologi adalah peristiwa
terjadi secara wajar di masyarakat. Dalam peristiwa itu berlangsung pola
interaksi yang dapat dibaca dan diinterpretasi secara eksplisit.Pola interaksi
yang dimaksud adalah interaksi orang-perorang (aktor sosial) dan interaksi
antara orang dengan lingkungannya (institusi dan alam). Peneliti dan para aktor
sosial akan terlibat didalam interaksi dan diskusi yang intens untuk merumuskan
masalah yang dihadapi (Ritzer, 2008).
Ketegangan
dan Tekanan dalam Etnometodologi
Selagi etnometodologi membuat langkah sehat dalam
sosiologi terutama di bidang analisis percakapan, dan mampu menghimpun
pengetahaun tentang dunia kehidupan sehari-hari, ada beberapa masalah yang
patut diperhatikan
a. Etnometodologi kini jauh lebih diterima dibanding
lalu, namun oleh kebanyakan sosiolog, etnometodologi masih dipandang dengan
penuh kecurigaan. Para sosiolog memandang etnometodologi terlalu memusatkan
perhatian pada masalah sepele dan mengabaikan masalah yang sangat penting
yang dihadapi masyarakat kini. Jawaban pakar etnometodologi adalah bahwa
mereka menganalisis masalah penting karena masalah kehidupan sehari-hari
itulah yang terpenting untuk dikaji.
b. Ada orang yang yakin bahwa etnometodologi telah
melupakan akar fenomenologisnya dan mengurangi perhatiannya terhadap
kesadaran dan proses kognitif. Pakar etnometodologi terutama pakar analisis
percakapan lebih memusatkan perhatian pada ciri struktur percakapan itu
sendiri.
c. Beberapa pakar etnometodologi telah memikirkan
kaitan antara karya mereka (misalnya percakapan) dan struktur sosial lebih
luas. Pakar etnometodologi cenderung memandang diri mereka menjembatani
pemisahan analisis mikro-makro. Misalnya beberapa tahun yang lalu Zimmerman
melihat perkawinan silang dengan sosiologi makro sebagai sebuah “pertanyaan
terbuka” dan sebagai peluang yang menarik perhatian.
d.
Meski dibahas di bawah judul yang sama, muncul
kekhawatiran dalam hubungan antara etnomotodologi dan analisis
percakapan.
|
Studi Empiris Etnometodologi
Esensi dari etnometodologi tidak hanya terletak pada
pernyataan teoritis, namun pada studi empiris (pengaplikasian). Karena semua
pengetahuan teoritis tentang etnometodologi
itu lahir dari studi empiris. Studi empiris etnometodologi terletak pada
studi (kajian) mengenai “percakapan”
yang dilakukan manusia dalam interaksi sehari-harinya.
Analisis
percakapan lebih memusatkan perhatian pada hubungan antara ucapan dalam
percakapan ketimbang hubungan antara pembicara dan pendengar. Analisis percakapan
merupakan salah satu ranah yang paling berkembang dan paling kaya dalam
etnometodologi. Analisis percakapan dianggap sebagai program yang penting dan
paling sempurna dari etnometodologi.
Percakapan sebagai unsur dasar dalam etnometodologi
adalah aktivitas interaksi yang menunjukkan aktivitas yang stabil dan teratur
yang merupakan kegiatan yang dapat dianalisis. Sasaran analisis percakapan
adalah terbatas pada apa yang dikatakan dalam percakapan itu sendiri.
Dalam
prakteknya, etnometodogi Grafinkel menekankan pada kekuatan pengamatan atau
pendengaran dan eksperimen melalui simulasi. Pengamatan atau pendengaran
digunakan Grafinkel ketika melakukan penelitian pada sebuah toko. Di sana
Grafinkel mengamati setiap pembeli yang keluar dan masuk di toko tersebut serta
mendengar apa yang dipercakapkan orang-orang tersebut. Sementara untuk
eksperimen (simulasi), Grafinkel melakukan beberapa latihan pada beberapa
orang. Latihan ini terdiri dari beberapa sifat, yaitu responsif, provokatif dan
subersif.
v Pada
latihan responsif yang ingin diungkap adalah bagaimana seseorang menanggapi
apa yang pernah dialaminya. Latihan responsif adalah meminta orang-orang
tersebut menuliskan apa yang pernah mereka dengar dari para familinya lalu
membuat tanggapannya.
v Pada
latihan provokatif yang ingin diungkap adalah reaksi orang terhadap suatu
situasi atau bahasa. Latihanprovokatif dilakukan dengan meminta orang-orang
bercakap-cakap dengan lawannya dan memperhatikan setiap reaksi yang diberikan
oleh lawan mereka tersebut.
v Sementara
latihan subersif menekankan pada perubahan status atau peran yang biasa
dimainkan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-harinya. Pada latihan
subersif, seseorang diminta untuk bertindak secara berlainan dari apa yang
seharusnya dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara latihan subersif
adalah menyuruh mahasiswanya untuk tinggal di rumah mereka masing-masing
dengan berprilaku sebagai seorang indekos.
|
Lewat latihan-latihan ini orang menjadi sadar akan
kejadian sehari-hari yang tidak pernah disadarinya. Latihan ini adalah strategi
dari Grafinkel untuk mengungkapkan dunia akan sehat, sebuah dunia yang dihidupi
oleh masing-masing orang tanpa pernah mempertanyakan mengapa hal tersebut harus
terjadi sedemikia. Menurut Zimmerman, tujuan dari analisis percakapan
adalah untuk memahami secara mendetail struktur fundamental dari interaksi
percakapan. Lebih lanjut Zimmerman, merangkum dasar-dasar analisis percakapan
dalam empat premis.
a. Analisis percakapan mensyaratkan adanya kumpulan dan
analisis data yang mendetail. Data ini meliputi tidak hanya kata-kata tetapi
juga keragu-raguan, desah nafas, sedu sedan, gelak tawa, perilaku non verbal
dan berbagai aktivitas lain. Semua itu menggambarkan perbuatan percakapan
aktor yang terlibat.
b. Detail percakapan harus dianggap sebagai suatu
prestasi. Aspek-aspek percakapan tidak diatur oleh etnometodologi, aspek tadi
diatur oleh aktivitas metodis dari para aktor itu sendiri.
c. Interaksi pada umumnya dan percakapan pada khususnya
mempunyai sifat-sifat yang stabil dan teratur hingga keberhasilan para aktor
akan dilibatkan.
d. Keterikatan bidang interaksi percakapan diatur
dengan dasar lokal atau dengan bergilir.
|
Adapun bentuk analisis percakapan yang dikaji adalah sebagai berikut:
1. Percakapan-percakapan
Telepon: Pengenalan dan Pengakuan
Percakapan dengan
telepon tak berbeda dari percakapan dengan tatap muka, namun pihak-pihak yang
berbicara melalui telepon tak mengalami kontak visual. Schegloff menemukan
bahwa pembukaan percakapan sering sangat terus terang dan terkesan baku.
2. Membuat
Tertawa
Glenn (1989) meneliti
prakarsa tertawa bersama dalam percakapan yang banyak orang. Meski Jefferson
memusatkan perhatian pada interaksi dua orang, keberadaan sejumlah orang
menyebabkan masalah tertawa menjadi kompleks. Glenn menyatakan bahwa bila dalam
interaksi dua orang pembicara biasanya tertawa duluan, dalam interaksi banyak
orang biasanya seseorang selain pembicaralah yang tertawa duluan. Dalam
interaksi dua orang, pembicara sebenarnya terpaksa tertawa duluan karena hanya
ada satu orang dapat melaksanakan fungsi itu. Dalam interaksi banyak pihak,
banyak orang lain yang dapat tertawa duluan, berarti pembicara lebih baik
mengambil risiko untuk tidak menjadi pemrakarsa tertawa duluan.
3. Merangsang
Tepuk Tangan
Heritage dan Davia
Greatbatch (1986) mempelajari kepandaian berpidato politisi Inggris (berasal
dari karya yang dikembangkan Z. Maxwell Atkinson, 1984a, 1984b) dan menemukan
muslihat dasar yang digunakan cara untuk menimbulkan tepuk tangan pendengarnya.
Mereka menyatakan, tepuk tangan ditimbulkan oleh pernyataan yang secara lisan
(a) untuk menekankan dan dengan demikian membunga-bungai isinya
melatarbelakangi materi pembicaraan dan (b) untuk memproyeksikan kejelasan
pendirian yang disampaikan. Penekanan
menerangkan kepada pendengar bahwa tepuk tangan adalah tepat dan peringatan
sebelumnya memungkinkan pendengar mulai bertepuk tangan serentak.
Mereka menyimpulkan bahwa muslihat ini berakar dan dapat
ditemukan di dalam interaksi sehari-hari, dalam percakapan biasa sekalipun.
Implikasinya adalah bahwa kita semua menggunakan muslihat ini sehari-hari
membangkitkan reaksi positif dari orang yang berinteraksi dengan kita.
4. Mengolok-olok
atau ejekan (booing)
Steven Clayman (1993)
meneliti ejekan sebagai pengungkapan celaan dalam pidato di depan publik. Bila
tepuk tangan memungkinkan pendengar menggabungkan diri dengan pembicara, ejekan
adalah tindakan sebaliknya. Dengan mengejek, pendengar memisahkan diri dari
pembicara. Ada dua cara mendasar
yang dapat menimbulkan tanggapan berupa tepuk tangan dan ejekan sebagai akibat
kebebasan pembuatan keputusan secara individual, atau sebagai produk saling
memonitor perilaku anggota sebuah kumpulan pendengar. Ejekan lebih disebabkan
saling memonitor di antara anggota pendengar ketimbang hasil pengambilan
keputusan secara individual.
5. Munculnya
Interaksi dari Kalimat dan Kisah
Para pembicara memberi perhatian
yang teliti kepada para pendengar ketika mereka sedang berbicara. Ketika para
pendengar bereaksi secara verbal, raut muka, atau dengan bahasa tubuh.
Berdasarkan reaksi-reaksi itu, sang pembicara menyesuaikan kalimat yang ia
keluarkan. Reaksi-reaksi itu memberikan informasi apakah maksudnya tercapai
atau tidak, jika tidak tercapai, ia mengubah struktur kalimatnya.
6. Integrasi
pembicaraan dan aktivitas nonvokal
Seseorang menyampaikan sesuatu
kepada orang lainnya tidak hanya melalui omongan, tetapi juga dengan bahasa
tubuhnya yaitu dalam cara mengatur tubuh dan kegiatan-kagiatannya selama
bercerita.
7. Malu (dan
percaya diri)
Ada prosedur khas yang kita gunakan
untuk berkenalan dengan orang yang tidak kita kenal. Orang yang malu dan
percaya diri memodifikasi prosedur-prosedur itu. Oleh karena itu, orang yang
malu dan percaya diri menggunakan strategi-strategi percakapan yang berbeda.
Etnometodologi menekankan bahwa setiap situasi sosial
itu unik. Kata-kata yang diucapkan adalah indeksial. Artinya bahwa kata-kata
itu hanya masuk akal pada kesempatan atau waktu tertentu ketika mereka
menggunakannya. Tetapi mereka juga menekankan bahwa para anggota yang secara
tidak disadari terlibat dalam mengidentifikasi keteraturan dan realitas
objektif memandang segala sesuatu secara berbeda. Mereka mengidentifikasi
kesamaan suatu kejadian dengan kejadian lain. Mereka memilih dari semua hal
yang terjadi disekitar mereka bukti yang mendukung pandangan bahwa hal-hal yang
eksis atau yang terjadi adalah tipikal dunia. Bagi mereka, suatu situasi sosial
adalah sebuah pelajaran, dan suatu pola dibangun padanya dengan menggunakan
pengetahuan akal sehat.
Dengan pengetahuan akal sehat itu pula, jarak-jarak
perbedaan persepsi tentang suatu kejadian diisi atau didekatkan dengan cara
yang sama oleh pendengar-pendengar yang berbeda untuk meyakinkan diri mereka
kembali bahwa sesuatu yang terjadi itu adalah sebagaimana nampaknya, dan
merupakan kemampuan praktikal yang dilakuakan individu atas dasar kapasitas
kreasi dan akal sehat.
Kelebihan
dan Kelemahan Etnometodologi
Metode
etnometodologi menurut Heritage (1984), memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
metode lainnya, diantaranya :
v Longitudinal: sebagai suatu metode observasi yang
sedang berlangsung, etnometodologi dapat merekam perubahan perubahan apa yang
terjadi, dan tidak harus menyandarkan diri pada ingatan partisipan seperti
rekaman dalam penelitian survey cross sectional.
v
Baik prilaku nonverbal maupun verbal, keduanya
dipelajari oleh etnometodologi.
v
Etnometodologi memberikan satu pemahaman tentang
bagaimana narasumber menyadari atau merasa benar-benar dalam keadaan sadar
dan mengerti terhadap daftar pertanyaan yang ada dan bagaimana mereka
menjawabnya. Penelitian ini memberikan bukti yang bermanfaat bagi peneliti
dalam menganalisis ‘tidak ada respons’ seperti sering dialami oleh penelitian
survei.
v
Etnometodologi memberikan satu pemahaman tentang
kekonsistenan reliabilitas yang terkadang didapat lewat koder-koder
(penyandi) yang mengikuti aturan akal sehatnya.
|
Akan
tetapi etnometodologi juga memiliki kelemahan diantaranya:
v
Produk etnometodologi bukan merupakan pilihan yang
baik untuk meneliti dan mempelajari produk-produk sosial. Misalnya dalam
melakukan penelitian tidak seharusnya meneliti tentang sikap etnis tertentu
dengan menggunakan etnometodologi, meskipun bias menggunakannya untuk
mempelajari proses terjadinya atau berasalnya sikap tadi.
v
Sikap masyarakat dalam skala luas lebih cocok
diteliti dengan menggunakan metode survey dibandingkan dengan etnometodologi.
Disamping itu, memang sikap adalah produk yang hanya baik jika diteliti
dengan menggunakan metode penelitian survey, atau metode lain yang bukan
etnometodologi.
v Terfokus pada Masalah-masalah yang
sangat elementer, para sosiolog memandang bahwa etnometodologi cenderung
memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah sepele dan mengabaikan isu-isu
yang penting yang ada di masyarkat. Tantangan yang dihadapi etnometodologi
berkaitan dengan isu-isu penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang
didalamnya peristiwa atau permasalahan yang banyak terjadi.
v Etnometodologo kehilangan akar
fenomenologisnya, etnometodologi telah kehilangan akar fenomenologisnya dan
keterkaitannya pada proses kesadaran kognitif, dan sebagai gantinya, ada
upaya untuk mengalihkan pandangan pada proses kesadaran.
v Hubungan pekerjaan etnometodologi
dengan struktur sosial yang besar, para ahli memandang bahwa etnometodologi
cenderung memandang diri mereka sebagai jembatan pembagian mikro dan makro.
v
Enometodologi telah kehilangan pandangan
reflektivitas radikalnya, kritik terhadap etnometodologi yakni, bahwa metode
ini telah telah kehilangan sifat reflektivitas radikal dari bentuknya yang
asli.
v Etnometodologi
menjurus pada pengetahuan yang ajaib, sikap pendekatan etnometodologi untuk
menerima metode yang digunakan oleh orang yang sedang diteliti ketimbang
menerapkan metode universal yang bisa digunakan, ini dianggap sebagai cara
berfikir baru.
|
DAFTAR
PUSTAKA
Giddens,
Anthony. and Jonathan H. Turner (ed). 2008. Social
Theory Today: Panduan Sistematis Tradisi dan Tren Terdepan Teori Sosial.
Terjemahan Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Poloma,
Margaret M, 1994. Sosiologi Kontemporer.
Jakarta: Rajawali Pers.
Ritzer
George, J. Goodman Douglas. 2010. Teori
Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.
Zeitlin, Irving M. 1995. Memahami
Kembali Sosiologi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
https://www.academia.edu/7412229/Aplikasi_Teori_Etnometodologi
http://pinkqu.blogspot.com/2013/05/fenomenologi-dan-etnometodologi-bab-i.html
http://www.pta-jakarta.go.id/component/content/article/31-ruslan-harunar-rasyid/231-teori-etnometodologi-.html
http://resosialita.blogspot.com/2012/05/makalah-teori-sosial-etnometodologi.html
http://al-fikar.blogspot.com/2014/01/etnometodologi.html
http://tarilembayung.blogspot.com/2013/05/anatomi-etnometodologi-harold-garfinkel.html
http://aqmarinatul.blogspot.com/2013/05/teori-sosiologi-modern.html
http://perilakuorganisasi.com/harold-garfinkel-ethno-metodelogy.htmlTags : Jurnal Sosiologi