Makalah : Pemikiran Herbert George Blumer dalam Sosiologi
Profil Herbert
George Blumer
Blumer lahir 7 Maret 1900 di St Louis, Missouri. Ia dibesarkan di Webster
Groves, Missouri, bersama orang tuanya dan ia bersekolah di Webster Groves High
School dan kemudian melanjutkan diperguruan tinggi University of Missouri 1918
sampai 1922. Setelah lulus, dia mendapatkan posisi mengajar di University of
Missouri, tapi pada tahun 1925 ia pindah ke Universitas Chicago di mana ia
sangat dipengaruhi oleh psikolog sosial George Herbert Mead, dan sosiolog
Thomas dan Robert Park. Pada 1928 ia menerima
gelar doktor dari University of Chicago, di mana ia datang di bawah pengaruh
akademik George Herbert Mead, WI Thomas, dan Robert Park. Setelah lulus ia
menerima posisi mengajar di Universitas Chicago, di mana ia tetap sebagai
profesor sampai 1952. Ia menghabiskan dua puluh tahun terakhir karir mengajar,
1952-72, sebagai Ketua Sosiologi di University of California di Berkeley.
Blumer aktif di sepak bola profesional selama tujuh tahun, dianggap sangat
sebagai penengah dalam negosiasi tenaga kerja, dan dilaporkan memiliki banyak
hubungan dengan anggota adegan kejahatan terorganisir Chicago.
Herbert George Blumer adalah seorang sosiolog Amerika yang
kepentingan ilmiah utama adalah interaksionisme simbolik dan metode penelitian
sosial. Dimana ia berpendapat bahwa individu menciptakan realitas sosial mereka
sendiri melalui tindakan kolektif dan individual, Blumer adalah seorang
penerjemah avid dan pendukung kerja George Herbert Mead pada interaksionisme
simbolik. Dari seluruh karyanya, ia berpendapat
bahwa penciptaan realitas sosial merupakan proses yang berkesinambungan.
Blumer merupakan seorang wakil utama dari perspektif interaksi
simbol yang berlawanan dengan pendekatan yang menekankan pada kategori-kategori
stuktur sosial. Blumer, murid Mead itu berpegang dan mengembangkan tekana Mead
yang fundamental pada proses interaksi yang terus menerus, melalui proses ini
individu menginterpretasikan lingkungannya. Saling menginterpretasikan dan
berembuk tentang arti-arti bersama atau definisi tentang situasi yang dimiliki
bersama.
Pemikiran Herbert Blumer
Premis-Premis Interaksionisme Blumer
Sebagaimana
dinyatakan oleh Margareth M. Poloma bahwa Blumer mengidentifikasi tiga
premis interaksionisme simbolik, yakni :
- Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna - makna yang ada pada suatu.
- Makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain,
- Makna - makna tersebut disempurnakan pada saat proses sosial sedang berlangsung.
Premis
pertama menunjukkan bahwa tindakan individu sangat bergantung kepada pemaknaan
terhadap sesuatu objek. Makna berasal dari pikiran individu bukan melekat pada
objek.
Premis
pertama menunjukkan bahwa tindakan individu sangat bergantung kepada
pemaknaan terhadap sesuatu objek. Makna berasal dari pikiran individu bukan
melekat pada objek.
Contoh :
Warna Merah berarti
sosialis-komunis, tetapi juga berarti keberanian. Bagi ummat Kristen tanda
salib justru sesuatu yang disakralkan, tetapi bagi orang-orang muslim hal itu
tidak bermakna sakral. Sekali lagi, hal ini menunjukkan bahwa makna bukan
sesuatu yang inheren dalam objek tetapi diciptakan oleh individu.
|
Premis
kedua menunjukkan bahwa makna muncul dengan adanya interaksi dengan orang
lain. Walaupun makna muncul dari pikiran masing-masing orang, tetapi hal itu
tidak ada atau muncul begitu saja, tetapi melalui pengamatan kepada
individu-individu lain yang sudah lebih dulu mengetahui. Blumer menjelaskan bahwa “bagi seseorang,
makna sesuatu berasal dari cara-cara orang lain bertindak terhadapnya dalam
kaitannya dengan sesuatu itu”.
Contoh :
Orang kampung yang baru sampai di kota, tentu
mengalami banyak hal yang baru dalam hal simbol tindakan yang berlaku di
masyarakat. Karena itu, dia harus banyak mengamati perilaku orang-orang yang
telah lebih dulu atau penduduk asli kota itu untuk mengetahui simbol-simbol
asing itu.
|
Yang
terakhir, bahwa makna bukan sesuatu yang final tetapi selalu dalam proses
pemaknaan yang terus-menerus. Dalam hal ini, individu harus jeli dalam
menilai symbol yang diperlihatkan orang lain. Hal ini agar mampu
mengantisipasi tindakan orang lain.
Contoh :
Seseorang memberi hadiah kepada
kita bisa dimaknai sebagai “bentuk kebaikan” dia kepada kita. Apabila hal itu
dilakukan terus-menerus dan di luar kewajaran, maka kita harus mempertanyakan
kebaikan itu dalam arti “mencoba memaknai perilaku itu dengan makna yang
berbeda”, ada apa dengan kebaikan itu?
Blumer
mengutarakan tentang tiga prinsip utama interaksionisme simbolik, yaitu
tentang pemaknaan (meaning), bahasa (language), dan pikiran
(thought).
|
Ide-Ide Dasar Interaksionisme Simbolik Blumer
Menurut Blumer manusia merupakan aktor yang sadar dan
refleksi, yang menyatukan objek-objek yang diketahuinya melalui apa yang
disebut Blumer sebagai proses
self-indication. Self-indication adalah proses komunikasi yang sedang
berjalan dimana individu mengetahui
sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan memutuskan untuk bertindak
berdasarkan makna itu. Proses self-indication ini terjadi dalam konteks sosial dimana individu
mencoba mengantisipasi tindakan-tindakan orang lain dan menyesuaikan tindakannya sebagaimana ia
menafsirkan tindakannya itu. Tindakan manusia penuh dengan penafsiran dan
pengertian. Tindakan-tindakan mana saling diselaraskan dan menjadi apa yang
disebut kaum fungsionalis sebagai struktur sosial. Blumer lebih senang menyebut fenomena
ini sebagai tindakan bersama, atau
pengorganisasian secara sosial tindakan-tindakan yang berbeda dari partisipan
yang berbeda pula.
Blumer menegaskan prioritas interaksi kepada struktur
dengan menyatakan bahwa proses sosial
dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan menghancurkan aturan-aturan,
bukan aturan-aturan yang menciptakan dan menghancurkan kehidupan kelompok.
Individu bertindak selaras demi menyanggah norma-norma
atau aturan perilaku. Kaum struktural
fungsional mengatakan bahwa manusia merupakan produk
dari masing-masing masyarakatnya; kaum interaksi simbolis menekankan sisi yang
lain yaitu bahwa struktur sosial
merupakan hasil interaksi manusia.
Interaksionisme
simbolik yang diketengahkan Blumer mengandung beberapa ide dasar yang dapat
diringkas sebagai berikut :
1. Masyarakat
terdiri dari manusia yang berinteraksi. Kegiatan tersebut saling bersesuaian
melalui tindakan bersama, membentuk apa yang dikenal sebagai organisasi atau
struktur sosial
2. Interaksi
terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan kegiatan manusia
lain.
3. Objek-objek,
tidak mempunyai makna yang intrinsik,
makna lebih merupakan produk interaksi simbolis. Objek-objek dapat
diklasifikasikan dalam tiga kategori yang luas:
a. Objek
fisik seperti meja atau mobil
b. Objek
sosial seperti ibu,guru
c. Objek
abstrak seperti nilai-nilai, hak,peraturan
4. Manusia
tidak hanya mengenal objek eksternal, mereka dapat melihat dirinya sebagai
objek. Jadi, seorang pemuda dapat melihat dirinya sebagai mahasiswa , suami,
dan seorang yang baru saja sebagai ayah.
5. Tindakan
manusia adalah tindakan interpretatif yang dibuat oleh manusia itu sendiri.
6. Tindakan
tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh anggota-anggota kelompok ; hal
ini disebut sebagai tindakan bersama yang dibatasi sebagai organisasi sosial dari perilaku
tindakan-tindakan.
Blumer dan pengikutnya menghindarkan kuantitatif dan pendekatan
ilmiah dan menekankan riwayat hidup, autobiografi, studi kasus, buku harian,
surat, dan nondirective interviews. Blumer
sangat
menekankan pentingnya pengamatan peserta di dalam studi komunikasi.
Interaksi simbolik, menurut Herbert Blumer, merujuk pada karakter
interaksi khusus yang berlangsung antar manusia. Aktor tidak
semata-mata bereaksi terhadap tindakan yang lain tetapi dia menafsirkan dan
mendefinisikan setiap tindakan orang lain. Respon aktor baik secara langsung
maupun tidak langsung, selalu didasarkan atas makna penilaian tersebut. Oleh
karenanya, interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol
penafsiran atau dengan menemukan makna tindakan orang lain. Dalam konteks itu,
menurut Blumer, aktor akan memilih, memeriksa, berpikir, mengelompokan, dan
mentransformasikan makna dalam kaitannya dengan situasi di mana dan ke arah
mana tindakannya.
Teori interaksionisme simbolik sangat menekankan arti
pentingnya “proses mental” atau proses berpikir bagi manusia sebelum mereka
bertindak. Tindakan manusia itu sama sekali bukan stimulus – respon, melainkan stimulus
– proses berpikir – respons. Jadi, terdapat variabel antara atau variabel
yang menjembatani antara stimulus dengan respon, yaitu proses mental atau
proses berpikir, yang tidak lain adalah interpretasi. Teori interaksionisme
simbolik memandang bahwa arti/makna muncul dari proses interaksi sosial yang
telah dilakukan. Arti dari sebuah benda tumbuh dari cara-cara dimana orang lain
bersikap terhadap orang tersebut.
Teori interaksionisme simbolik mempelajari sifat
interaksi yang merupakan kegiatan sosial dinamis manusia. Bagi perspektif ini,
individu bersifat aktif, reflektif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan
perilaku yang rumit dan sulit diramalkan. Paham ini menolak gagasan bahwa
individu adalah organisme pasif yang perilakunya ditentukan oleh
kekuatan-kekuatan struktur yang ada di luar dirinya. Interaksilah yang dianggap
variabel penting yang menentukan perilaku manusia, bukan struktur masyarakat.
Esensi interaksionisme simbolik adalah suatu aktivitas
yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang
diberi makna. Perspektif ini berupaya untuk memahami perilaku manusia dari
sudut pandang subjek. Teori ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus
dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur
perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi
mitra interaksi mereka. Manusia bertindak hanya berdasarkan definisi atau
penafsiran mereka atas objek-objek di sekeliling mereka. Dalam pandangan
perspektif ini, sebagaimana ditegaskan Blumer, proses sosial dalam kehidupan
kelompok yang menciptakan dan menegakkan aturan-aturan, bukan aturan-aturan
yang menciptakan dan menegakkan kehidupan kelompok.
Interaksi
simbolik menunjuk pada karakter interaksi husus yang berlangsung antar
manusia. Herbert Blumer menyatakan, aktor tidak semata-mata bereaksi
terhadap tindakan yang lain, tetapi dia menafsirkan dan mendefinisikan setiap
tindakan orang lain tersebut. Respon individu, baik langsung
maupun tidak langsung, selalu didasarkan atas penilaian tersebut. Dengan
demikian interaksi antar manusia dijembatani oleh penggunanan simbol-simbol penafsiran atau dengan
menemukan makna tindakan orang lain. Blumer
mengatakan, bahwa
manusia itu memiliki kedirian dimana ia membuat dirinya menjadi objek dari
tindakannya sendiri, atau ia bertindak menuju pada tindakan orang lain.
Kedirian itu dijembatani oleh bahasa yang mendorong manusia untuk
mengabstaraksikan sesuatu yang berasal dari lingkunganya.
Dari
dua pernyataan tersebut dapat ditarik
kesimpulan, masyarakat itu terdiri dari individu-individu yang memiliki
kedirian mereka sendiri, tindakan individu merupakan suatu konstruksi dan bukan sesuatu yang lepas begitu saja,
tindakan kolektif itu terdiri ats beberapa sususan tindakan sejumlah individu.
Blumer menegaskan bahwa metodologi
interaksi simbolik merupakan pengkajian fenomena sosial secara langsung.
Tujuannya memperoleh gambaran lebih jelas mengenai apa yang sedang terjadi
dalam lapangan subyek penelitian, dengan sikap yang selalu waspada atas urgensi
menguji dan memperbaiki observasi-observasi. Hasil observasi itu disebut Blumer
sebagai tindakan “pemekaran konsep” (menambah kepekaan konsep yang
digunakan). Sedangkan Prinsip metodologi interaksi simbolik ini sebagai
berikut:
ü Simbol dan interaksi itu menyatu.
Tak cukup bila kita hanya merekam fakta. Kita juga harus mencari yang lebih
jauh dari itu, yakni mencari konteks sehingga dapat ditangkap simbol dan
makna sebenarnya.
ü Karena simbol dan makna itu tak
lepas dari sikap pribadi, maka jati diri subyek perlu “ditangkap”. Pemahaman
mengenai konsep jati diri subyek yang demikian itu adalah penting.
ü Peneliti harus sekaligus
mengkaitkan antara simbol dan jati diri dengan lingkungan yang menjadi
hubungan sosialnya. Konsep jati diri terkait dengan konsep sosiologis tentang
struktur sosial, dan lainnya.
ü Hendaknya direkam situasi yang
menggambarkan simbol dan maknyanya, bukan hanya merekam fakta sensual.
ü Metode-metode yang digunakan
hendaknya mampu merefleksikan brentuk perilaku dan prosesnya.
ü Metode yang dipakai hendaknya
mampu menangkap makna dibalik interaksi.
ü Sensitizing, yaitu sekadar mengarahkan
pemikiran, itu yang cocok dengan interkasionisme simbolik, dan ketika mulai
memasuki lapangan perlu dirumuskan menjadi yang lebih operasional, menjadi scientific
concepts.
|
Masyarakat Sebagai Interaksionisme Simbolik
Bagi
Blummer studi masyrakat harus merupakan studi dari tindakan bersama, ketimbang
prasangka terhadap apa yang dirasanya sebagai sistem yang kabur dan berbagai
prasyarat fungsional yang sukar dipahami. Masyarakat merupakan hasil dari
interaksi simbolis dan aspek ini yang harus merupakan masalah bagi para
sosiolog. Bagi Blummer keistimewaan pendekatan kaum interaksionis simbolis
ialah manusia dilihat saling menafsirkan atau membatasi masing-masing tindakan
mereka dan bukan hanya saling bereaksi kepada setiap tindakan itu menurut mode
stimulus respon. Seseorang tidak langsung memberi respon pada tindakan orang
lain, tetapi didasari oleh pengertian yang diberikan kepada tindakan itu.
Blummer menyatakan, dengan demikian interaksi manusia dijembatani oleh
simbol-simbol, oleh penafsiran, oleh kepastian makna dari tindakan-tindakan
orang lain. Dalam melihat masyarakat Blummer menegaskan dua perbedaan kaum
fungsional struktural dan interaksional simbolis.
DAFTAR PUSTAKA

Poloma, M.
2000. Sosiologi Kontemporer. Jakarta
: Raja Grafindo Persada.
Ritzer, George dan Douglas J.Goodman. 2009. Teori Sosiologi Modern. Yogyakarta : Kreasi Wacana.
Zeitlin, Irving M. 1995. Memahami Kembali Sosiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
http://menulisuntukbumi.blogspot.com/2012/05/herbert-blumer-1900-1987.html
http://seratsosial.wordpress.com/2011/03/21/dunia-sosiologi-pada-herbert-blumer/
Sumber Gambar :
http://www.infoamerica.org/teoria_imagenes/blumer1.jpg
http://home.earthlink.net/~hsbecker/images/herb_big.gif
Tags : Jurnal Sosiologi