RESENSI BUKU MAX WEBER: STUDI KOMPREHENSIF SOSIOLOGI KEBUDAYAAN
Essay From Max Weber
Polity Press,
Cambridgee, 2002
Penerjemah
Abdul Qodir Shaleh
Penyunting
Anas Yusuf
Tata Sampul
Firdaus
Tata Isi
Hendra
Cetakan Pertama
September 2006
Tim Pracetak
Ruslani, Dwi,
Diah, It
Penerbit
IRCiSoD
Sampangan Gg.
Perkutut No.325-B
Jl. Wonosari,
Baturetno Banguntapan Jogyakarta
Telp: (0274)
7418727
Fax: (0274)
4463008
E-mail: ircsod68@yahoo.com
Jumlah halaman: 392 halaman
Buku
ini seperti sebuah sumur yang dalam, dengan air sebagai gambaran dari teorinya
yang tak pernah kering sepanjang masa. Gagasan Max Weber seakan tak
pernah surut menghadapi musim silih berganti, ditengah-tengah bayak teoritis
baru bermunculan justru ia dapat berjasa dalam perkembangan sosiologi sepanjang
zaman.
Memahami
pemikiran Max Weber dalam buku ini adalah Weber menyebutkan agama adalah salah
satu alasan utama perbedaan antara budaya barat dan timur. Ia mengaitkan efek
pemikiran agama dalam kegiatan ekonomi, hubungan antara stratifikasi sosial dan
pemikiran agama serta pembedaan karakteristik budaya barat. Tujuannya untuk
menemukan alasan mengapa budaya barat dan timur berkembang dengan jalur yang
berbeda. Weber kemudian menjelaskan temuanya terhadap dampak pemikiran agama
puritan (protestan) memiliki pengaruh besar dalam perkembangan sistem ekonomi
di Eropa dan Amerika Serikat, namun tentu saja ini ditopang dengan faktor lain
diantaranya adalah rasionalitas terhadap upaya ilmiah, menggabungkan pengamatan
dengan matematika, ilmu tentang pembelajaran dan yurisprudensi, sistematisasi
terhadap administrasi pemerintahan dan usaha ekonomi. Studi agama menurut Weber
semata hanyalah meneliti satu emansipasi dari pengaruh magi, yaitu pembebasan
dari pesona. Hal ini menjadi sebuah kesimpulan yang dianggapnya sebagai aspek
pembeda yang sangat penting dari budaya yang ada di barat.
BAB I
Psikologi Sosial Dalam Dunia Agama
Menurut
buku bab ini, kelima agama menganut etika ekonomi bukan “fungsi” sederhana
suatu bentuk organisasi ekonomi dan hanya sedikit yang bisa dilakukan sebaliknya
yaitu etika ekonomi secara tidak ambigu menunjukkan bentuk organisasi ekonomi.[1]
Determinasi agama terhadap perilaku kehidupan juga menjadi faktor etika
ekonomi. Dalam setiap agama, kita akan menentukan bahwa sebuah perubahan dalam
strata yang menentukan secara soasial biasanya menjadi sangat penting. Jenis
agama yang suatu saat ditandai, biasanya didesak pengaruh yang terentang juah
di atas perilaku kehidupan dari strata yang heterogen. Setiap orang telah
berusaha memahami hubungan antara etika keagamaan dengan keinginana terhadap
situasi dalam suatu cara yang datang belakangan.
Determinasi
kelas yang benar-benar general dan abstrak terhadap etika keagamaan mungkin
disimpulkan dari teori “ kebencian” yang dikenal sejak esai brilian Fridrich Nietzschen, diketahui teori ini mengakui glorifikasi moral terhadap sikap murah
hati dan garis persaudaraan sebagai sebuah “ perjuangan moral para budak ” diantara mereka yang tidak beruntung, baik
dalam sokongan alamiah mereka maupun dalam kesempatan yang ditentukan oleh
takdir. Menoleransi manusia sedemikian ditengah-tengah komunitas agama bisa
berakibat ketidakberuntungan terhadapnya. Dalam memperlakukan penderitaan
sebagai sebuah geejala menjijikkan dimata dewa-dewa dan sebagai suatu tanda
kesalahan rahasia, agama telah mempertemukan sebuah kebutuhan yang sangat
general. Dia berharap dapat meyakini bahwa kurangnya keberuntungan hanya dalam
pengalaman haknya saja. Jadi, keberuntungan yang bagus ingin berubah menjadi
keberuntungan yang “ sah “. Jadi istilah
keberuntungan menutupi semua “kebsikan” kehormatan”, kekuasaan, kepemilikan,
dan kesenangan, maka formula paling umum bagi pelayanan legitimasi yaitu
memberikan teodisi keberuntungan yang baik bagi mereka yang beruntung.
Realita
dan relevansinya:
Maklumat
dan janji-janji keagamaan pada dasarnya telah dialamatkan kepada umat yang
menginginkan keselamatan. Mereka dan minat-minat mereka telah bergerak ke
pusat organisasi prifesional yang bertujuan untuk “pengobatan jiwa”, dan
hanya dari sanalah kemudian mereka menyadarinya. Religiositas memgisyaratkan
mitos dari “sang penyelamat”, karena ini menjadi suatu pandangan dunia yang
rasional. Spirit berpengaruh terhadap datang dan perginya vegetasi, dan jalan
pada badan langit penting bagi musim-musim dan menjadi bawaan yang sangat
disukai bagi mitos-mitos penderitaan, kesekaratan, dan kebangkitan dewa demi
kepentingan manusia. Dewa bangkit untuk menjamin kembali suatu keneruntungan
di dunia ini dan dunia baka. Figur sang penyelamat menjadi tanda yang
bervariasi. Janji-janji agama tentang keselamatan yang pertama kali
ditetapkan terkait dengan prakondisi-prakondisi etis. Misalnaya keuntungan
suatu duniawi dan duniawi yang lain dari misteri-misteri yang terikat dengan
kemurnian ritual dan dengan kehadiran massa Eleusinian. Saat perkembangan
agama secara meyakinkan dioengaruhi oleh sebuah kenabian , saat itulah “dosa”
pada dasarnya tidak lagi menjadi kejahatan magis belaka. Hal itu merupakan
tanda pengingkaran kepasa nabi dan juga kepada perintah-perintahnya.
|
Teodisi
suatu penderitaan bisa diwarnai oleh kebencian. Tapi kebutuhan akan kompensasi
akan ketidakcukupan terhadap takdir sesorang di dunia ini bukanlah, sebagai
suatu aturan, suati bentuk kebencian sebagai dasar dan warna yang menentukan.
Orang bisa sangat lebih siap diyakinkan bahwa cara pemikiran ini, yang
kadang-kadang tampak, tidaklah selalu ditentukan oleh kebencian dan hal ini
bukan berarti selalu ada produk dari strata yang tertindas secara sosial. semua
ini dapat dikatakan kebencian yang bisa
menjadi, yang sering dan dimana pun menjadi, dalam pengaruh rasionalisme yang
ditentukan secara agamis terhadap strata ketidakberuntungan sosial. Strata yang
mempunyai kemuliaan dan kekuatan sosial yang solid biasanya cendrung
menciptakan legenda status mereka dengan cara seperti itu tentang klaimkualitas
khusus dan intrinsik yang mereka punyai, yang biasanya disandarkan kepada
kualitas darah (keturunan): itulah yang dianggap mereka sebagai “ makanan
“martabat dalam bentuk aktual atau bentuk yang masih tidak pasti
Menurut
anggapan psikologis mereka yang tengah mencari keselamatan pasti akan
terfokus pada apa yang dilakukan sekarang ini. Kondisi kemuliaan permanen
yang bersandar pada perasaan “ pembuktian diri sendiri “ yang hanya menjadi
suatu objek konkret diantara nila-nilai suci dari agama. Kultus Jesuit
tentang hati Jesus, perbaikan mistisisme kristen, penawaran cinta orang saleh
terhadap anak Jesus dan “luka yang terus mengalir” dari tubuh Jesus, pesta
pora seksual dan semi-seksual pada cumbu rayu Krishna, jamuan makan malam
kultis vallabhacharis yang rumit, berbagai aktifitas kultis kaum onamis yang
gnostik, beragam bentuk union mystical,
dan penyelamatan kontemplatif dalam keadaan “ bersatu ” (Tuhan dan mahluk),
keadaan seperti itulah yang dicari oleh mereka demi suatu kepentingan nilai
emosional seperti yang mereka secara langsungtawarankan kepada orang saleh.
Sebagai perilaku yang begitu luar biasa, kondisi keagamaan hanya bisa menjadi
transit penampakan karakter dan penam pakan eksternal. Hanya dengan cara
membedakan keadaan-keadaan keagamaan dan profan yang bisa mengacu kepada
karakter keadaan keagamaan yang luar biasa.
|
Dua
konsepsi paling agung yaitu “kelahiran kembali’ dan “penebusan”, dimana
kelahiran kembali nilai migas yang paling awal diartikan sebagai akuisisi terhadap
jiwa baru dengan cara bertindak orgiastik atau melalui asketisme yang
direncanakan secra metodis. Manusia yang sifatnya fana mendapatkan jiwa yang
baru. Jenis kebahagiaan atau pengalaman kelahiran kembali yang empiris dicari
setelah nilai yang agung dalam suatu agama menjadi jelas dan harus bervariasi
sesuai dengan karakter yang menjadi hal terpenting dengan mengadopsinya.
Konsepsi tentang gagasan[2]
“penebusan” sepertinya menjadi suatu gagasan yang sangat tua, jika orang
memahaminya dengan sebua pembebasan dari suatu penderitaan, rasa lapar, mati
kekeringan, penyakit, dan paling penting dari penderitaan dan kematian. Orang
bisa berharap diselamatkan dari permainan nafsu manusia yang eksternal dan
tidak berprikemanusiaan serta berhasrat dan berharap bisa mendapatkan
ketenangan dari penglihatan murni yang bersifat ketuhanan.
Semua
kekuatan yang berkuasa baik yang profan msupun agama, baik politis maupun
tidak, mungkin anggap sebagai variasi dari, atau perkiraan terhadap,
jenis-jenis kemurnian tertentu. Hal ini dikonstruksikan melalui pencrian akan
basis legitimasi, yang diklaim oleh kekuatan yang berkuasa. Berikut ini kita hanya akan mengerangkakan
dasar-dasar otoritas dalam terminologis.Signifikansi stratifikasi status dalam
hal ini mempengaruhi struktur ekonomi dengan adanya suatu rintangan dan
regulasi konsumsi dan dengan adanya monopoli-monopoli status dari sudut pandang
rasionalitas ekonomi yang menjadi irasional dan stratifikasi status
menpengaruhi ekonomi yang sangat kuat melalui hambatan konvensi-konvensi status
dari strata masing-masing yang berkuasa menetapkan contoh.
Calvinisme merupakan
suatu faham yang berpegangan bahwa tuhan tidak hidup atau ada bagi manusia
tetapi manusialah yang hidup atau ada demi tuhan dan dunia ada untuk melayani
kemuliaan tuhan, serta tuhan menghendaki adanya pencapaian social dalam
dunia. Calvinisme berpendapat bahwa kesuksesan kehidupan social di dunia
adalah ngambaran kehidupan akhirat, kesuksesan di dunia merupakan penebus
dosa-dosa bagi orang-orang yang tidak terpilih, dan hal ini merupakan
gambaran audomonisme.
|
BAB
II
Sekte-Sekte
Protestan dan Semangat Kapitalisme
Dalam
bab ini dijelaskn bahwa mudah melihat bahwa pertanyaan keanggotan keagamaan
selalu dihubungkan dengan kehidupan sosial dan kehidupan bisnis yang tergantung
pada hubungan yang permanen dan penhrgaan. Namun, seperti yang telah diterangkan,
otoritas AS tidak pernah mengajukan pertanyaan tersebut. Mengapa?
Pengusiran
dari suatu sekte karena pelanggaran moral berrti secara ekonomi akan kehilangan
kredit, sedangkan secara sosial akan kehilangan status alias turun kelas.
Kompetisi antaa sekte begitu kuat melalui jenis penawaran material dan
spiritual pada saat jamuan minum teh jamaah di alam hari. Juga diantra gereja
yang beradab, persentasi musik menjadi persaingan. Saat ini jenis denominasi
sudah menjadi tidak relenan lagi. Hal itu bukan masalah apakah orang menjadi
Freemason. Yang menemtukan adalah orang diakui menjadi anggota setelah sebuah
pengujian dan masa percobaan etika dalam pengertian kebijakan dilakukan untuk
asketisme batin protestantisme dan juga untuk tradisi puritan yng kuno.
Semua
fenomena, yang tampaknya memunculkan disintegrasi, setidaknya disintegrasi
keagamaan pada dasarnya dibatasi untuk kelas menengah. sebagian terbudakkan
sering menolak fakt-fakta ini secara singkat dan dengan marah mereka tidak
terima sebutan “pembual” atau mengalami keterbelakangan atau bahkan menolak.
Asosiasi-asosiasi menjadi kendaraan untuk mendapatkan kenaikan sosial menjadi
lingkungan kelas penguasa menengah. Mereka bertindak untuk menggabungkan dan
mempertahankan etos bisnis kapitalis borjuis diantar strata kelas menengah yang
luas (termaksud para petani). Kelas-kelas menengah, semua strata yang meningkat
dngan dan keluar dari kelas menengah , adalah pembawa orientasi keagamaan
spesifik yang orang harus hati-hti dalam melihat mereka sebagai hal yang
menentukan secara oportunistik. Bahkan orang tidak pernah harus mengabaikan
bahwa difusi prisip-prinsip dan kualitas-kualitas yang univesal dari suatu cara
hidup yang metodis, melalui komuitas-komunitas keagamaan.
Ketika
fokus pada latar belakang agama dari sekte-sekte, kita menemukan dalam
dokumen-dokumen literer, khususnya di antra mereka yang mnganut sekte Quakers
dan Baptis.[3] Keseluruhan
etika bourjuis yang khas berasal dari permulaan umum sampai ke semua sekte dan
pertemuan yang sifatnya asketis dan identik dengan etika yang dipraktekkan oleh
sekte-sekte di amerika hingga sekarang. Dalam Protestantisme, prinsip “tipe
ideal tersebut, maka akan terjadi adalah kebiaraan seperti dalam Penganut
gereja” yang pertama muncul di antara sekte Baptis di Zurich tahun 1523-1524.
Keseluruhan
etika bourjuis yang khas berasal dari permulaan umum sampai ke semua sekte dan
pertemuan yang sifatnya asketis dan identik dengan etika yang dipraktekkan oleh
sekte-sekte di amerika hingga sekarang. Dalam Protestantisme, prinsip “pe ideal
tersebut, maka akan terjadi adalah kebiaraan seperti dalam Penganut gereja”
yang pertama muncul di antara sekte Baptist di Zurich tahun 1523-1524. Prinsip
terbatas hanya dalam jamaah kristen “sejati” karena berarti sebuah asosiasi
ukrela dri orang-orang yang benar-benar tersucikan yang memisahkan diri dari
dunia. Dalam protestanisme, konfik eksternal dan internal dari dua prinsip
struktural konflik “gereja” sebagai suatu asosiasi yang diwajibkan bagi
administrasi keagungan dan konflik “sekte” sebagai sebuah asosiasi sukarela
dari orang yang berkualifikasi dalam hal keagamaan dan hanya berharap berbagai konsekuensi dari
prinsip voluntaris tersebut pada praktisnya menjadi penting dalam pengaruh
terhadap perilaku mereka.
Jadi
jamaah ikut bertanggungjawab atas administrasi sakramen oleh seorang pendeta
yang patut dalam suatu negara keagungan. Bersamaan dengan hal tersebut,
masalah-masalah primordinal dari konstitusi greja muncul kembali. Dan
menunjukkan bahwa setidaknya hal tersebut harus diterima dari seorang
pendeta.ketika komunitas teralu besar
untuk mencapai ideal, akan tejadi kebiaraan seperti dlam Pietisme atau para
anggota mengorganisasikandalam kelompok pada suatu gilirannya, akan melahirkan
kedisiplina-kedisplinan gereja, seperti yang terjadi di dalam kelompok metodis.
Relevansi dengan Teori
Pemikiran agama
sangat berpengaruh bagi perkembangan aspek material (kehidupan di dunia ini),
baik politik, ekonomi, sosial, maupun budaya. Atau dengan kata lain, ada
hubungan yang sangat signifikan antara kemajuan dalam bidang pemikiran
(immaterial) dan kemajuan dalam bidang material.
Weber menganalisis bahwa perubahan
masyarakat Barat menuju kemajuan ekonomi tidak hanya disebabkan oleh kelompok
bisnis dan pemodal. Dalam penelitiannya, sebagian dari nilai keberagamaan
Protestan memiliki aspek rasionalitas ekonomi dan nilai-nilai tersebut
ditunjukkan pada spirit keagamaan
|
BAB
III
Penolakan
terhadap dunia dan arah tujuannya
A.
Motif – Motif Penolakan (Abnegation) terhadap dunia: Pemaknaan Konstruksi
Rasional
Motif
etika agama tentang asal – mula penolakan terhadap dunia merupakan hal yang
harus dipahami terlebih dahulu untuk mampu mengklarifikasi pemaknaannya dalam
cara yang skematis dan teoritis. Skema yng konstruktif hanya bertujuan untuk
menawarkan alat – alat orientasi yang ideal dan khas. Jenis konflik “ tatanan
hidup” yang terkonstruksi secara teoritis hanya bermaksud untuk menunjukkan
bahwa konflik internal yang tidak dinyatakan secara spesifik menjadi mungkin
dan memadai. Hal ini bukan berarti menunjukkan bahwa tidak ada pendirian dari
konflik-konflik yang tidak bisa dipertahankan untuk bisa diselesaikan dalam suatu
sintesis yang lebih tinggi. Seperti yang akan kita lihat, ruang lingkup
individu dipersiapkan dengan sebuah konsistensi rasional yang jarang sekali
ditemukan dalam realitas.
Rasionalitas
pengertian konsistensi logis dan teleologis, dari suatu perilaku inteektual
teoritis atau praktiis etis selalu mempunyai kekuatan manusia, namun
kterbetasan dan ketidakadilan ada dan selalu berhadapan dengan kehidupan
historis yang lain. Berbagai intrepretasi keagamaan tentang dunia dan etika
agama.
B.
Tiologi Asketisme dan Mistisisme
Konsepsi
Tuhan dan pencipta menjadi satu dan sangat penting bagi pencarian keselamatan
yang aktif dan askektif. Dan menjadi tidak begitu penting bagi pencarian
komtemplatif dan mistis, yang mempunyai afinitas (daya tari) internal dengan adanya
depersonalisasi dan imanensi kekuatn ilahian. Tuhan supraduniawi dengan
asketisme aktif tidaklah absolut,Tuhan supraduniawi tidak menentukan arah
asketisme Oksidental. Trinitas Kristen dan penjelmaan Juru Selamat dan Santa,
merepresentasikan sebuah konsepti tentang Tuhan yang secara fundamental kurang
supraduniawi dibandingkan Tuhan umat Yahudi, khususny umat Yahudu terakhir,
atau Tuhan Allah dalam agama Islam.Umat Yahudi mengembnagkan mistisme, dan juga
mengembangkan dengan keras beberapa asketisme jenis Oksidental. Ilamisme tidak
mau mengaui asketisme
Asketisme
aktif yaitu tindakan orang saleh yang mencerminkan kehendak Tuhan yang menjadi
kapitalan Tuhan, yang di sisi lain dengan kepemilikan komtemplatif terhadap
yang suci, seperti yang ada dala mistismu. Kekontrasan tersebut mengeras saat
asketisme aktif membatas dirinya untuk
mengendalikan dan mengatasi kejahatan mahkluk, dalam hakikat diri sang aktor.
Kemudian dia berusaha meningkatkan daya konsentrasi terhadap kehendak Tuhan
yang benar-benar terbentuk dan penyeasaian aktif terhadap inti penghindaran
berbagai tindakan dalam tatanan dunia. Dengan demiian, sketisme aktif dalam
embawaan eksternal sangat dekat dengan penerbangan dari dunia.
Kekontrasan
anatar asketisme dan mistise juga mengeras saat mistik komtemplatif tidak
menggambarkan kesimpulan bahawa dia harus melarikan diri dari dunia tapi
seperti asketisis dunia batin, harus tetap berada dala tatanan dunia. Bagi
asketisis dunia batin, perilaku mistik menjadi kesenangan diri. Bagi mistik,
perilaku asketisis merupakan sebuah keterlibatan di jalan-jalam dunia yang
jahatyng berkombinasi dengan kebenaran diri memuaskan.
C. Arah Penolakan (Abnegation)
terhadap Dunia
Ketegagan-ketegangan
yang ada dalam dunia dan agama, membuat bisa dikatakan bahwa model-model
perilaku ini yang berkembang menjadi cara hidup metodis membentuk inti
asketisme dan mistisme, dan bahwa mereka asalnya menumbuhkan berbagai
persangkaan magis. Praktek magis pun dilakukan, baik untuk kpentingan
menumbuhkan kualitas karismatis maupun untuk mencegah pesona kejahatan.
Secara
historis ahli medis, menjadi perintis jalan kenabian, pelopor kenabiaan dan
juru salamat teladan dan kenabian juruselamat utusan. Dengan karisma magis
tersebut, ini hanya menjadi alat pengauan keamanan dan juga menjadi jalan bagi
para pengikut untuk meledani signifikasi, yaitu misi, atau meledan kualitas
sang juru selamat mengenai kepribadian mereka. Kenabian dan perintah berarti,
setidaknya secara relatif melakukan sistematisasi nasionalisasi cara hidup
untuk mengejar suatu nilai yang suci.
Tujuan
rasional dari agama penebusan telah menjadi jaminan keselamatan untuk suatu
yang suci dan dengan demikian hal itu menjadi. Ini mengambil tempat menjadi
akut dan luar biasa sehingga menjadi
hal yag suci yang diperoleh secara fana dengan jalan “pesta pora
agama” asketisme dan kontemplasi.Jika
sebuah komunitas agama muncul dalam kebangkitan kenabian atau propaganda
seseorang juru selamat, kontrol perilaku biasa pertama kali jatuh ke dalam
kekuasaan suksesor, murid dan anak-anak didik sang juru selamat dan nabi yang
berkualifikasi karismatis.
|
Di
manan pun kenabian keselamatan mnciptakan komunitas kegamaa, kekuasaan pertama
asti mengalami konfli yang telah menjadi saudara alami. Mereka yang tidak bisa
bermusushan dengan anggota rumah tangga, ayah dan ibu, tidak bisa dipanggil
anak Jesus. “saya datang bukan mengirim perdamaian, tetapi mengirimkan sebah
pedang” (Matthew, 34) merupkan ungkapan yang bisa dikutip dalam hubungan ini,
dan yang harus dicatat itu hanya dalam hubungan ini. Kenabian telah menciptakan
komunitas sosial yang baru, di mana ia menjadi sebuah agama jamaah dan
soteriologis. Komunitas ini mengenal dua prinsip;
1.
pertama dualisme moralitas di dala dan di
luar kelompok
2.
terjadi resiproritas (perilaku pembalasan)
sederhana dalam moralitas kelompok.
Prinsip
yang menyatakan bahwa hubungan komunal di anatara kenabian keselamatan adalah
penderitaan umum bagi semua umat. Dan mejadi kasus apakah penderitaan ini
benar-benar ataukah hanya ancaman spontan belaka. Yang lebih penting lagi dari
etika pembalasan di antara tetangga pun
muncul, sedangkan konsepsi yang lebih rasional adalah tentang keselamatan. Agama
persaudaraan selalu berbenturan dengan berbagai tatanan nilai yang ada di dunia
ini, dan tuntutannya yag lebih konsisten telah dilaksanakan dan benturan itupun
terjadi sangat keras.
D.
Bidang Eonomi
Ketegangan
antara agama bersaudara dengan dunai telah menjadi jelas dalam bidang ekonomi.
Ekonomi yang terasinalisasi merupakan organisasi fungsional yang berorientasi
pada uang dan uang adalah elemen yang paling abstrak dan impersonal yang ada
dalam kehidupa manusia.
Deo placere non protets agama
Katolik selalu menjadi perilaku berkarakteristika dari agama-agama keselamatan
menuju keuntungan ekonomi, dengan semua metode keselematan menuju keuntungan
ekonomi dengan semua keselamatan ekonomi rasional, peringatan terhadap cinta
dan barang-barang.
E.
Bidang Politik
Etika
agama serta keselamatan yang tengah memasuki suatu ketergantungan yang sangat
tajam dengan tatanan politik dunia. Masalah ini tidak berlaku bagi keagamaan
magis atau bagi agama dari deitas-deitas fungsional. Masalh hanya muncul ketika
rintangan-rintangan lokalitas, suku, negara ini dihancurkan oleh agama-agama
universal, oleh suatu agama dengan Tuhan di seluruh dunia. Dan masalah itu
muncul dengan kekuatan yang penuh hanya ketika Tuhan menjadi Tuhan “cinta” .
masalah ketegangan dengan tatanan politik muncul bagi agama-agama penebusan
yang keluar dari tuntutan dasar garis persaudaraan.
Homo politicus manusia
politik yang rasional, berintegrasi ke dalam negara, mengurus segala urusan,
termasuk hukuman bagi kejahatan ketika mereka melepaskan bisnis dalam
pengertian yang lebih ideal. Kedengkian terhadap semua kebijakan kesejahteraan
sosial, seluruh fungsi bagian politik negara keadilan dan adminitrasi
beulang-ulang dan tidak dapat dielakkan lagi diatur oleh pragmatisme objektf
berbagai nalar negara. Agama dan politik, ketika keduanya benar-benar
terealisasi, semuanya disebabkan karena persoalan politik, kecuali ekonomi,
yang mungkin langsung menyebabkan terjdinya kompetisi secara langsung dengan
etika keagamaan pada hal-hal yang menentukan.
F.
Bidang Estetika
Etika
persaudaraan agama berdiri diantara ketegangan dinamis dengan perilaku rasional
dan berguna yang mengikuti hukum-hukumnya sendiri. Ketegangan ini terjadi
antara etika agama dengan kekuatan hidup duniawi, yang memiliki karakter yag
secara esensial tidak rasional atau pada dasarnya anti rasional. Oleh sebab itu
ada ketegangan antara etika pesaudaraan agama dengan kehidupan estetika dan
erotika. Keagamaan magis berdiri dalam suatu hubungan yang intim dengan bidang
estetika. Agama-agama yag menjanjikan keselamatan mempunyai bentuk yang
terdevaluasi sebagai kesatuan, sebagai sesuatu yang bersifat makhluk dan
membingungkan pemaknaan. Hubungan antara etika agama dan seni akan tetap
harmonis diperhatikan sepanjang seniman kreatif menghayati tarinnya
sebagai hasil baik dari suatu karisma “kemampuan” atau (yang semua magis) ataukah
dari permainan yang spontan.
G.
Bidang Erotis
Pada
dasarnya hubungan seks dengn agama begitu sangat intim. Hubungan seksual
seringkali menjadi bagian orgiatisisme maagis atau menjadi hasil bagi
kegembiraan orgiastik yang tidak diharapkan. Ketegangan tertentu antara agama
dan seks pun mengemuka hanya dengan kesucian kultis dari orang-orang saleh yng
sifatnya temporer. Kesucian yang agak kuno inni mungkin telah ditentukan dengan
baik oleh fakta bahwa dari sudut pandang ritual yang terabelkan dengan kaku
tentang kultus komunitas yang teregulasikan.
H.
Bidang Intelektual
Penolakan
terhadap semua ketundukan nif mngenai car-cara mengalami eksistensi artistik
dan erotis yang pling intensif merupakan perilaku negatif belaka. Ketegangan
antara diri dan agama dan pengetahuan adalah yang paling besar dan paling
berprinsip dimana agama menghadapi bidang pengetahuan. Dan pastinya dimanapun pengetahuan empiris
dan rasional secara konsisten bekerja melalui kekecewaan dunia dan
transformasinya ke dalam mekanisme kausal. Ilmu pengetahuan pun mengklaim
tentang postulat etis bahwa dunia adalah yang ditakdirkan Tuhan. Pandangan
terhadap dunia empiris dan juga berorientasi scara matemtis mengembangkan
sangkalan intlektual yang didalamnya ada cara mempertanyakan.
I.
Tiga bentuk teodisi
Kebutuhan
metafisik menjawab kesadaran akan keberadaan ketegangan yang tidak bisa
dijembatani dan melalui teodisilah dicoba untuk menemukan suatu pemaknaan umum
terhadap semuanya. Dualisme mempertahankan bahwa selalu ada kekuatan cahaya dan
kebenaran, kemurnian dan kebaikan yang hidup berdampingan dan berkonflik dengan
kekuata kegelapan, kesalahan, ketidakmurnian, dan kejahatan.
Zoroastrisme
merupakan keberagaman profetik yang menyadari konsep ini secara lebih
konsisten. Di sini dualisme mualai diperhatikan dengan kekontrasan magis antara
“yang bersih” dengan “yang tidak bersih”. Semua kebajikan dan kejahatan
diintegrasikan.
BAB
IV
Kapitalisme
dan mayarakat pedesaan di Jerman
Saat
ini, masyarakat pedesaan sudah tidak lagi kita temukan disebagian besar dunia
modern. Pemilik tanah yang konstan, tuan tanah,tidak lagi menjadi seorang
agrikulturalis, tetapi sebagai orang yang menyewakan. Pemilik tanah temporer,
penyewa adalah seorang wirausahawan. Sedangkan para buruh selalu bekerja
musiman dan berpindah-pindah dan mereka semua berasal dari kelas yang sama
yaitu proletar.
Permasalahan
sosial dalam lingkup pedesaan pada dasarnya adalah masalah etnis. Perbedaan
tersebut disebabkan oleh populasi yang padat dari efek kapitalisme. Berkenaan
dengan kemajuan teknis, produksi pedesaan bisa diubah melalui suatu pembagian
dan kombinasi buruh yakni dengan akselerasi balik modal, dan mengganti
bahan-bahan mentah anorganik dan alat-alat produksi mekanik menjadi bahan-bahan
mentah organik dan menggunakan tenaga buruh. Kekuatan tradisi sangat
berpengaruh dalam dunia pertanian dan mempertahankan jenis-jenis populasi
pedesaan di Benua Eropa.
Selain
itu, petani didorong untuk selalu mendukung tuan tanah dan tunah tanah sering
sekali memiliki hak atas tubuh petani. Petani juga juga mebayar pajaknya kepada
tuan politik sedangkan para kesatria dibebaskan dari pembayaran pajak. Hal ini
terus berlangsung dan membuat para petani tidak bisa mengatur seperti
keinginannya melainkan tunduk pada aturan. Bahkan dalam pekerjaan petani harus
disesuaikan dengan rotasi panen yang telah ditentukan pada zaman purba untuk
mempertahankan tradisi di pedesaan tersebut.
Tenaga
buruh yang sangat melimpah menghapuskan hasrat untuk menggantikan buruh dengan
mesin. Pemanfaatan tanah sebagai investasi modal dan suku bunga yang besar
telah mengangkat harga tanah di pedesaan sampai kisaran tertinggi. Hal ini juga
menyebabkan tingginya modal untuk menjalankan pertanian, sehingga menyebabkan
peningkatan jumlah penyewa tanah. Dengan cara ini, efek kontras dari
kapitalisme terbentuk.
Tatanan
ekonomi memiliki pandangan yang berbeda dengan kapitalisme, dimana tatanan
ekonomi tua lebih memikirkan bagaimana memberi pekerjaan dan menopang jumlah
manusia yang jumlanya banyak hanya dengan sepetak tanah, sedangkan kapitalime
memikirkan bagaimana bisa menghasilkan panen yang berlimpah untuk pasar hanya
dengan sedikit mungkin tenaga kerja. Jika petani kecil tau bagaimana cara
membebaskan dirinya dari belenggu tradisi, maka dia mampu untuk beradaptasi
dengan kondisi pertanian yang baru. Munculnya tarif sewa dipinggiran kota,
menaikkan harga daging, produk susu dan sayuran serta perawatan intensif
terhadap ternak yang mungkin bisa dilakukan sendiri oleh petani tanoa harus
menggaji orang lain. Petani pun ditransformasikan untuk menjadi buruh yang
memiliki alat produksi sendiri.
Para
petani ingin menjadi seorang agrikulturis modern yang mengetahui akan
pentingnya pemisahan kepemilikan dari manajemen. Sedangkan tuan tanah menjaga
kapitalnya dalam melakukan pekerjaan atau pengambilan kembali kapitalnya.
Dibeberapa daerah, pemerintah telah mencoba untuk menyeimbangkan antara harta
milik dan sewa.
Akibat
adanya ketidakseimbangan upaya pembubaran kapitalisme pun meningkat karena
kepemilikan tanah telah menciptakan posisi sosial, harga tanah pun melonjak
tinggi diatas nilai produktivitas buruh. Di negara-negara berperadaban tua
seerti Jerman, kebutuhan akan tentara yang kuat muncul agar bisa mempertahankan
independensinya, maka ini berarti bahwa institusi politik mendukung dinasti
herediter (turun-temurun). Dinasti ini memiliki hak istimewa dan hanya berlaku
bagi pemegang hak – hak istimewa.
Di
Eropa, Gereja memiliki pengaruh terhadap kehidupan para petani. Gereja Katolik
Roma dan Gereja Lutheran merupakan kekuatan konservatif karena memiliki banyak
pngikut dan telah menciptakan satu kekuatan yang signifikan. Gereja ini
mendukung para petani dengan cara hidup yang konservatif, melawan budaya
rasionalis kaum urban.kelompok masyarakat pedesaan pun terbentuk dibawah
pimpinan pendeta. Masyarakat pedesaan menjadi alat bagi pesta suci mereka dalam
menghadapi konflik dengan kaum sosialis, sedangkan kaum sosialis didukung oleh
konsumen dan serikat perdagangan. Gereja disenangkan dengan hubungan patriarkal
karena berkebalikan dengan hubungan komersial yang telah diciptakan oleh
kapitalisme. Gereja mempertahankan relasi seorang tuan dengan pelayan.
Di
negara berperadaban tua, aristokrasi pendidikan sangatlah berpengaruh dalam
kehidupan masyarakat. Masyarakat lebih menyukai dikuasai oleh orang – orang
yang memiliki budaya sosial yang mereka anggap sesuai dengan budaya sosial
mereka. Oleh karena itu, mereka lebih menyukai kekuasaan aristokrasi yang
independen secara ekonomis dibandingkan dengan kekuasaan politisi profesional.
Masyarakat ragu apabila dominasi kapital akan memberi lebih baik, memberikan
jaminan yang lebih kekal kepada kebebasan personal dan pelembagaan intelektual,
estetika, dan budaya sosial yang tidak sesuai dengan aristokrasi masa lalu.
Kemajuan
kapitalisme tidak dikepung jika para pekerja sadar untuk tetap menjadi
proletarian sepanjang hidupnya yang terikat dengan negara. Akhirnya mereka
memperlemah kekuatan politik kaum borjuis dan memperkuat kekuatan musuh
aristokratik borjuis. Runtuhnya liberalisme borjuis jerman, didasarkan pada
kerjasama yang berlangsung antara buruh dan kelompok aristokratik.
Namun
pada akhirnya di negara-negara berperadaban tua maslah sosial dan politik yag
kompleks akhirnya muncul. Di bawah pengaruh kapitalisme aritokrasi yang
berkuasa transformasi internal yang serius telah mengubah aristokrasi yang
diwariskan dimasa lalu. Petani kecil lebih berkuasa dan budaya menjadi kacau
balau. Kelas penguasa pertanian yang tidak memiliki properti di pedesaan
berlawanan dengan aristikrasi pemilik tanah. Kelas pemilik tanah di Jerman
dikuasai oleh bangsawan dan merupakan politisi dari penguasa di Jerman. Tuan
tanah mendominasi struktur sosial di pedesaan dan penghasilan tuan tanah
tergantung pada pajak-pajak yang diberikan petani. Ketika kesatria dibebaskan
dari pembayaran pajak petanilah yang menjadi satu-satunya pembayar pajak di
negara itu. Demikian halnya apabila ada perekrutan tentara, petanilah yang
melengkapi rekrutmen tesebut.
Ketuan
tanahan pun hilang dengan adanya revolusi Perancis. Tetapi masih tetap
membebani para petani. Dimana di wilayah Barat, hak tanah diberikan kepada
petani namun tidak mempunyai nilai guna sehingga tidak bisa dijadikan sebagai
sumber pendapatan dan petani dijadikan sebagai pembayar pajak. Sedangkan pada
wilayah Timur, petani dijadikan sebagai angkatan buruh. Tetapi intinya, kedua
tanah baik itu di Timur dan di Barat tetap memeras para petani lebih dari pajak
tradisional
Para
aristokrat yang berkuasa berharap bisa hidup berleha-leha sebagai seorang
gentleman. Dibeberapa area di Jerman, semakin intensif penggarapan, semakin
menuntut pengurangan kekayaan, sedangkan munculnya aristokratis membutuhkan
perluasannya, khususnya dari produk – produk yang jatuh. Berbagai kepentingan
kapitalis yang berjuang mendapatkan keuntungan usaha dan kepentingan para tuan
tanah dalam bentuk sewa dan pelestarian posisi sosial dari hasil warisan.
Aristokrat
menjadi seseorang yang dituakan di pedesaan. Dengan tanah yang dimilikinya,
petani memiliki tanah yang telah disediakan dan bukan berarti proletarian. Para
kapitalis industri dan perdagangan pun semakin mengeksploitasi tanah. Para
pemilik pabrik dan pedagang pun membeli tanah yang dimiliki oleh para kesatria.
Kaya menjadi salah satu karakteristik kapitalisme dalam negara tua yang masih
menggunakan tradisi aristokratis dan monarki militer.
Petani Eropa
sangat berbeda dengan petani di Inggris dan Amerika. Petani Inggris kadang
menjadi seorang wirausahawan dan produsen yang mengagumkan bagi pasar dan
selalu menyewakan tanah. Petani Amerika dalah seorang agrikulturis yang
memutuhkan tanah sebagai properti dengan membeli atau membuka lahan dan
kadangkaa menyewakan tanah. Di Amerika petani bekerja untuk pasar dan pasar
lebih tua dari pada produsen di Amerika. Sedangkan petani Eropa adaah
seseorang yang dalam banyak hal mewarisi tanah dan menghasilkan ap yang
menjadi keinginannya. Di Eropa, pasar lebih baru dari pada produsen.
|
Dalam
batas produksi pertanian tertentu, jika petani kecil tau bagaimana membebaskan
dirinya dari belenggu tradisi, maka dia mampu beradaptasi dengan kondisi
pertanian yang baru. Munculnya tarif sewa di pinggiran-pinggiran kota,
menaikkan harga daging, produk-poroduk susu, dan sayuran serta perawatan
intensif terhadp ternakyang mungkin bisa dilakukan sendiri oleh petani tanpa
harus menggaji bntuan dari orang ain. Petani pun ditransformasikan menjadi
buruh yang memiliki alat produksinya.
Efek-efek
membubarkan dari kapitalisme pun meningkat, karena kepemilikan tanah memberikan
posisi sosial, harga tanah pun melonjak tinggi diatas nilai produktivitas
mereka. Konflik antara kapitalis dengan tradisi sekarang u menjadi masalah
poitis. Jika kekuatan ekonomi dan politik membiarkan egitu saja kekuasaan
kapitalis kaum urban,pertanyaan yang muncul adalah “ apakah pedesaan kecil
menjadi pusat inteligensi politis, dengan udaya sosial mereka yang anh, yang
merusak, sedangkan kota-ota hanya sebagai pembawa bdaya politis, sosial, dan
estetik, akan menguasai sluruh medan peperangan?
BAB
V
Karakter
Nasional dan Aristokrat Prussia
Tradisi
politis, pelatihan, dalam keseimbangan dalam suatu pemerintahan, tidak
diragukan lagi bahwa strata tuan tanah tidak bisa digantikan. Kita berbicara
tentang strata tuan tanah tersebut seperti yang ada di Inggris. Aristokrat
sedemikian yang ditemukan di Jerman, dan khususunya di Prussia.[4]
Aristokrat Prussia di timur sering kali menebarkan fitnah, mereka sering kali
tidak diidoalakan. Seluruh Aristokrat Prussia seluruhnya tergantung pada
pekerjaan sebagai wirausahawan pertanian.
Strata
dalam aristokrasi, yang penuh dengan gerak dan keinginan feodal, suatu strata
yang kini tergantung pada kerja manjerial yang rutin dari suatu hakikat
kapitalistik, maka hasil yang bisa dicapai yang tidak bisa dibatalkan adalah
firasat terhadap seorang yang tergolong kaya dn berpengaruh. Fakta tersebut
memberikan berbagai keinginan aristokratis bagi strata yang kekurangan
kualifikasi.
[5]Ikatan
pelajar adalah merupakan pendidikan sosial yang khas dari calon pejabat non
militer, pekerjaan yang sangat mudah, dan rofesi-profesi liberal dengan
kedudukan sosial yang lebih tinggi. Manusia berijazah akademis tidak bisa
dieliminasi sampai saat ini. Dalam beberapa kasus kebebasan akademis yang
dibebankan kepada calon pejabat di Jerman. Semakin seseorang berpengaruh yang
penuh dengan dorongan untuk buku saku yang utuh, di manapun kondisi-kondisi
tersebut berlaku. Kecuali masa muda
masuk ke dalam pengkondisian ini, jika memiliki spirit, maka karakter fatal
dari seseorang yang tidak berpendidikan pun akan berkembang.
Tidak
ada seorang prevenu kurang terdidik,
setiap langkah yang dilalui melampaui apa yang secara mutlak yang sangat
diperlukan dalam urusan luar negeri. Pemaknaan ini dihasratkan untuk
solidaritas kepentingan di masa depan dengan bangsa lain yang mungkin gagal
secara politis disebabkan karena determinasi dari pasangan yang tidak
disebabkan pasangan yang tidak dibebankan kepadanya apa yang belakangan ini,
dengan sikap yang membanggakan “spirit
Prussia”. Demokrasi pun dinyatakan membahayakan spirit Prussia. Hal yang
tidak kalah pentingnya adalah tidak ada bentuk sosial dari kebangsawanan
Jerman. Dari orang yang sangat terdidik, namun sangatlah tidak benar bahwa
individualisme yang ada di Jerman ada dalam pengertian kebebasan terhadap
berbagai konvensi yang berkebalikan dengn konvensi manusia Anglo-Saxon atau
jenis manusia Latin. Di manapun ada bentuk korps pejabat yang tidak
dipertahankan.[6]
Bentuk
Jerman ini tidak sesuai dengan pelayanan sebagai suatu model bagi seluruh
bangsa yang turun ke strata terendah, dan hal ini sangat kontras dengan
konvensi negara-negara Latin dan Angl-Saxon. Kesalahan yang paling mendasar
jika percaya bahwa “ ras” merupakan faktor menentukan dalam hal berkurangnya
suatu martabat dan keagungan yang ada dalam masyarakat Jerman. Cara bertindak
dibentuk oleh suatu aristokrasi sejati. Segala konvensi Anglo-Saxon juga
membentuk suatu kepribadian yang turun ke strata yang lebih rendah. Mereka
berasal dari kebiasaan sosial strata orang baik, yang telah membentuk sifatnya.
Dalam semua kasus yang ada, hal itu merupakan suatu konsekuensinya yang
merupakan suatu ciri menentukan dari segala
konvensi dan gestur yang isa dengan mudah iimitasi dan bisa didemokratisasi.
Tapi konvensi-konvensi secara akademis menguji para kandidat pejabat dan strata
juga yang mempengaruhinya dan menjadi suatu kebiasaan bagi korps-korps yang berlawanan
dengan kemanusiaannya.
Seperti
halnya semua konvensi dan bentuk lain didukung oeh struktur birokrasi dan duuat
dengan kemuliaan pelajar Jerman, maka dari sudut pandang yang formal, konsep
tentang suatu klasifikasi yang berlawanan menjadi suatu konvensi kasta yang
disebabkan oleh hakikatnya yang aneh. Jerman adalah suatu bangsa yang kampungan
atau istilah lain jerman adalah bangsa orang biasa. Hanyalah dengan ini jerman
bisa menumbuhkan “ bentuk-bentuk Jerman “ yang khas.
Secara
sosial, demokratisasi dibawa atau dipromosikan oleh tatanan politik yang baru,
yang tidak akan menghancurkan nilai dari bentuk-bentuk aristokrasi[7]
Demokrasi di sini, dalam beberapa suatu kasus, hal ini yang dipertahankan :
jika “demokratisasi“ harus menghasilkan eliminsi martabat sosial dari manusia
yang berijazah secara akademis. Maka kemudian tidak ada bentuk-bentuk sosial
yang bernilai secara politik yang akan dihapus Jerman, hal itu karena tidak
bisa dieliminasi. Tapi demokrasi mungkin bisa memberikan kebebasan dalam bentuk
nilai-nilai, sosial, ekonomi, yang oleh karenanya akan menjadi suatu nilai
“sejati“ dan terbudakkan. Ada juga orang yang meleehkan hak sebagai suatu
kemenangan massa yang tumpul dan tidak mampu untuk mengemukkan alasan yang
menandai perbedaan dengan suatu keyakinan politik yang bijaksana,
mempertahankannya menjadi seuah kemenangan emosional atas politik rasional.
BAB
VI
India:
Brahma dan Kasta-kasta
Dalam
bab VI ini dijelaskan bahwa ada beberapa kajian yang dijadikan sebagai tem
dalam buku ini. Dalam aspek Sosiologi, hal yang menjadi kajian paling utam
dalam bab ini adalah kasta. Kasta merupakan salah satu bentuk stratifikasi sosial
yang tertutup, dan mungkin menjadi kajian yang paling utamanya adalah perbedaan
yang sangat signifikan dalam masyarakat.
Posisi
Brahmana, dalam Hinduisme klasik dan juga saat ini, dipahami dalam
hubungannya dengan kasta. Kasta merupakan hak dan kewajiban ritual yang
diberikan dan diterima serta menentukan posisi Brahmana. Karenanya, kasta merupakan suatu institusi
fundamental bagi Hindualisme. Tanpa ada kasta, tidak akan ada Hindu. Tapi
posisi Hindu berkenaan dengan otoritas Brahmana mungkin akan menjadi luar
biasa, dari ketundukan yang tidak kondisional sampai memperjuangkan
otoritasnya. Tapi kenyataan yang ada, jika kasta benar-benar esensial bagi
hindu, maka setidaknya hal itu berlaku sebaliknyakarena tidak setiap kasta
mempengaruhi Hindu, dan ada juga kasta
yang berasal dari tanah Hindu dan bahkan Kristen. Hal tersebut sangat menentukan
hubungan antara kasta Hindu dengan Brahmana, namun secara intens kasta Hindu
menolak Brahmana sebagai rahib, sebagai sebuah otoritas doktrinal dan ritual
dn dalam setiap hal yang lain, situsi objektif tetap tidak bisa dielakkan.
|
Kasta
merupakan tingkatan sosial yang tetap sangat esensial dan posisi utama Brahmana
dalam Hindualisme lebih bersandar pda suatu fakta bahwa tingkatan sosial di
tentukan dengan mengacu kepada merek daripada kepada segla sesuatu yang lain.
a. kasta dan suku
Kasta
yang asli tidak pernah mempunyai wilayah yang tetap. Untuk suatu tingkatan yang
sangat bisa untuk di pertimbangkan, anggota-anggota kasta tinggal dinegeri
tersebut, yang terpish dari perkampungan. Pada masing-masing perkampungan hanya
ada satu ksta mempunyai hak penuh terhadap tanah. Sebuah kasta tidak akan
pernah mempunyai sesuatu yang bisa dilakukan dengan berbalas darah seperti
itu. Sebuah kast mungkin terdiri dari
orang-orang yang mengikuti suatu penarian yang erbeda. Bahkan saat ini, sering
kali kasta dan cara memperoleh penghasilan begitu saling berkaitan dengan
pembagian kasta.
Dalam
kasus ini, kasta-kasta dalam posisi yang sama dengan pedaganng atau serikat
atau keahlian, keluarga atau jenis asosiasi. Kasta selalu berhubungan dengan
asosiasi pekerjaan yang murni sosial dan memungkinkan membntuk bagian dari
beridiri dalam suatu komunitas sosial.
Ada kasta berdifusi ke seluruh India. Dapat dilihat pembagian politisi
yng seringkali dipengaruhi tatanan kasta yang paling tetap dan beraadaa dalam
ruang lingkup antar negara.
Suku
biasanya berbeda dari kasta dalam hal eksogami (perkawinan dengan yang ada di
luar suku atau perkawinan cmpuran) totem atau perkampungan bersma dengan
eksogami saudara. Endogami (perkawinan hanya dalam satu kelompok) hanya di
bawah kondisi –kondisi tertentu. Peraturan endogami selalu membentuk dasar
esensial dari suatu kasta.
b.
Kasta dan Serikat Pekerja
Serikat
pekerja, pedagang menggambarkan kpedagangannya dengan menggambarkan
kepedagangannya dengan menjual produk-produk yang dimilikinya, dan juga serikat
pekerja dalam bidang kerajinan, telah
muncul di India selama periode perkembangan kota-kota dan khususny selama
periode saat agama-agama keselamatan dan pekerja berhubungan. Asosiasi serikat
pekerja di satu sisi mengahadapi seniman-seniman yang tergantung secara
ekonomis. Hubungan ini kira-kira sama dengan serikat pekerja kerajinan yang
lebih rendah pada masyarakat oksidental[8].
KeunikanIndia,
terletak pada fakta bahwa permulaan-permulaan organisasi serikat pekerja yang
ada di kota tidak mengarah baik pada otonomi kota dari jenis oksidental. Pada
masyarakat Ooksidental pada dasarnya memiliki permulaan-permulaan yang tentunya
mendahului organisasi, menjadi yang terpenting. Serikat pekerja pedagang dan
kerajinan pada masyarakat memperkuat kepentingan-kepentingan agama seperti yang
dilakukan kasta-kasta. Berbagai tantangan tentang tingkatan sosial juga
memainkan peran yang sangat besar di antra berbagai serikat pekerja. Dalam
serikat pekerja yang tertutup yaitu seorang dengan berbagai kesempatan pendapatan
yang secara lengkap, dan tuan pun bersifat herediter.[9]
Perbedaan
yang fundamental antara asosiasi pekerjaan dengan kasta-kasta tidak dipengaruhi
oleh smua lingkungan yaitu:
- Bahwa sebagian sebuh
pengecualiaan dan sebagian lagi konsekuensi pekerjaan bagi asosiasi
benar-benar fundamental bagi bagi kasta, suatu jarak magis di antara
kasta-kasta dalam hubungan mereka yang saling menguntungkan.
- Perbedaan lain di antara serikat
pekerja dan kasta adalah signifikasinya yang lebih besar. Pekerjaan pada
masyarakat oksidental pertengahan sering kali digunakan dalam perjuangan
yang penuh kekerasan di antara mereka sendiri, tapi pada waktu yang sama
mereka menunjukkan sebuah kecenderungan menuju pergaulan bersahabat.
Sebagai
sebuah aturan, fraternisasi rakyat rakyat jelata dicapai dengan fraternisasi
serikat pekerja[10] semua
ini bergandengan tangan dengan pembentukan dengan sebuah komunitas kultis dari
warga negara.[11]
Fraternisasi di semua waktu mengisyaratkan komensalisme,[12]
salah satu penyebab prinsip-prinsip kasta-kasta.
Orde kasta India
membentuk suatu rintangan terrhadap yang lain yang ukurannya tidak pasti,
setidaknya oleh kekuatan sendiri. Kasta tersebut tidak diatur hanya dengan
pembagian ritual abadinya. Kepentingan pribadi dan kerenggangan yang besar
bisa terjadi yang sangat besar yang terjadi di antara kasta-kasta, dan sering
kali memunculkan rasa cemburu dan permusuhan yang sangat dalam dan karena
kasta-kasta tersebut cenderung memikirkan tingkat sosial.
|
Apa
itu “kelompok status” ? dalam buku ini dijelaskan, kelas-kelas adalah kelompok
orang yang dari sudut pandang kepentingan yang spesifik, mempunyai posisi
ekonomi yang sama. Memiliki barang-barang material ataukah tidak memiliki
keterampilan tertentu atau juga tidak merupakan defenisi kelas sesuatu.
Sedangkan
dalam buku ini dijelaskan, status adalah kualitas kemuliaan sosial[13]
atau juga kekurangan kualitas kekurangan sosial, dan ada dalam kondisi di mana
melalui suatu gaya hidup. Deskripsi dalam buku ini tidak perlu diragukan adalah
kelompok status yang tertutup. Karena semua kewajiban dan rintangan itu,
keanggotaan dalam suatu kelompok status juga memerlukan keberadaan suatu kasta,
di mana mereka diintensifikasi ke dalam tingkatan yang seenuhnya.[14]
Perkawina
campuran dengn seorang gadis dari kasta yang lebih tinggi dengan laki-laki dan
kasta yang lebih rendah dianggap sebuah perlawanan terhadap kemuliaan status di
pihak keluarga gadis tersebut. Namun, untuk memiliki seorang kasta dari istri
dari kasta yang lebih rendah tidak dianggap sebagai sebuah perlawanan, dari
anak mereka juga tidak dianggap turun kelas atau setidaknya hanya secara
parsial, yakni separo kelas tinggi dan separo kelas rendah. Berdasarkan
kelas-kelas di atas, penjualan gadis kepada laki-laki dai tingkatan itu menjadi
sangata sulit, dan semakin sulit hal itu, akan semakin gagal menghasilkan
perkawinan dan hal itu dianggap telah monodai gadis tersebut.
Perkawinan
anak di India dapat dideskripsikan dengan:
a.
Fakta bahawa di India sebagian
gadis di kelompok usia 5 sampai 10 tahun sudah menjanda dan itu berlangsung
sepanjang hidup. Ini dihubungkan dengan pembujangan janda, sebuah institusi
yang di India juga yang lain, ditambahkan selain perilaku bunuh diri yang
dilakukan janda tersebut. Bunuh diri yang dilakuan janda bersumber kebiasaan
kekesatriaan, pemakaman kepunyaan pribadi, khususnya wanitanya, dengan
kematian yang tercinta, khususnya kepada wanita dengan kematian yang
tercinta.
b.
Perkawinan gadis-gadis yang belum
dewasa telah mengakibatkan tingkat mortalitas yang tinggi pada waktu mereka
bersalin.
|
Selain
itu dapat jug kit lihat realita kasta dalam masyarakat India khusunya Hindu,
yakni aturan makan yang tidak sederhana hakikatnya dan sama sekali mereka tidak
memperdulikannya dan hany fokus pada pertanyaan:
- apa yang telah dimakan?
- makanan lain apa yang ada di
meja pada saat bersamaan?
- tangan mana yang mengambil
makanan jenis tertentu?
- Siapa yang dikeluarkan karena
memperhatikan makanan?
- apa yang diperhatikan itu adalah
makanan dan minuman menurut air dan makanan yang sudah dimasak dalam?
Yang perlu diperhatikan dalam pembahasan buku ini
adalah adanya suatu perbedaan yang bisa diungkapkan menurut air dan makanan
yang dimasak dalam air (kachcha)
ataukah makanan yang dimasak dicampur dengan mentega (pakka) saja yang diperhatikan.[15]
Posisi tingkatan sosial dari
semua sketsa kasta tergantung pada pertanyaan dari siapa kasta yang tertinggi
menerima kedua istilah tadi. Di antara kelas-kelas dan kasta-kasta Hindu,
Brahmana selalu berada pada puncak hubungan ini. Namun yang perlu diberikan
penjelasan adalah apakah seorang Brahmana yang memiliki posisi yang tertinggi
dalam kasta, apakah melakukan pelayanan keagamaan terhadap para anggota kasta.
Meskipun dengan beberapa kali pengecualiaan dalam
penjelasan buku ini, ada sebutan yang menyampaikan bahwa bentuk connubium[16]
hampir selalu dilekatkan dengan sub-kasta hamper selalu dilekatkan dengan
kasta.
d. Orde
Tingkatan Sosial dari Kasta-kasta Secara Umum
Kelompok kasta-kasta tertentu
yang terbentuk dibedakan satu dengan yang lain menurut criteria berikut ini:
Sampai pada Brahmana dan mengikutinya serangkaian
kasta-kasta yang secara benar atau salah mengklain menjadi bagian dari dua
kasta yakni kasta Khastriya dan Vaisya. Alat yang digunakan sebagai pemisahnya
adalah “sabuk suci”. Ini disebut sebagai dari mereka telah ditemukan kembali
dan dalam sudut pandang kasta-kasta Brahmana yang senior dalam hal tingkatan.
Di India bagian Utara dan Tengah ada sebutan
Jalacharaniya, yaitu kasta-kasta yang memberikan air kepada mereka yang
memiliki lota.[17]
Tukang cukur kelas tinggi bisa diinterpretasikan sulit mendapatkan strata yang
tinggi dalam menjelaskan permasalahan yang ada di dalam masyarakatnya. Tukang
cukur tidak akan mencukur mereka demikina juga tukang cuci juga tidak akan
mencuci baju mereka. Akhirnya kasta tersebut tidak dianggap bersih dalam
pelayananya.[18]
Perkawinan antar klan ini
merupakan terjadi hanya pada beberapa kasta saja. Namun bisa juga kita lihat
bahwa deskripsi buku ini memberikan penjelasan bisa dilihat dari pekerjaan dan
gaya hidupnya. Mereka menganggap diri meeka merupakan sebagiabn dari kasta.
e.
Kasta dan Tradisionalisme
Karl
Marx memberikan karakteristik pada posisi seniman, yang aneh dalam perkampungan
India-ketergantungannya dengan jenis pembayaran yang tetap sebagai pengganti
dari produksi untuk pasar. Selain seniman, ada juga pedagang dan seniman kota,
dan yang terakhir bekerja untuk pasar dan juga secara ekonomis tergantung pada
serikat pekerja pedagang, seperti dalam masyarakat Oksidental. Sepanjang stratifikasi sosial diperhatikan, tidak
hanya posisi seniman perkampungan tapi juga orde kasta sebagai suatu
keseluruhan yang harus dipandang sebagai keseluruhan. Hukum kasta terbukti
hanya elastis dalam menghadapi berbagai keseluruhan yang harus dipandang
sebagai stabilitas.
Dalam
akumulasi kekayaan, kasta-kasta seperti itu berkompetisi dengan yang lain
sebelumnya, telah memonopoli posisi ahli tulis, para pejabat, atau kolektor
pajak yang diserahkan untuk diselesaikan, dan juga berbagai kesempatan serupa
demi tipikal penghasilan yang ditentukan secara politis dari kebesaran
patrimonial.
Kapitalisme
modern pasti tidak akan pernah bersumber dari lingkaran perdagangan India yang
benar-benar tradisional. Seniman Hindu terkenal karenna industri ekstremnya,
dia pada dasarnya dianggap menjadi lebih industrial dibandingkan dengan seniman
India, yang berasal dari keyakinan Islam.
BAB
VII
Kelas
Terdidik di China
Selama
duapuluh abad di China lebih ditentukan oleh kulaifikasi jabatan daripada
kekakayaan. Kualifikasi ini ditentukan oleh pendidikan, dan khususnya oleh
ujian-ujian. Kelas terdidik dan intelektual khususnya di bidang sastra dan seni
yang ada pada abad ke-17.
Struktur
birokrasi China juga ditentukan oleh tradisi literer dengan tanda
berkarakteristiknya. Pentinggya literati yang tidak terbatas pada kebudayaan
China teah berkembang dan menjadi penguasa strata intelektual serta tidak
pernah mempunyai karakter seperti yang ada di agama Kristen dan Islam, atau
rabbi pada agama Yahudi, atau Brahmana di India, atau pendeta di Mesir.
Bagian
paling tua dari tulisan klasik dihubungan dengan nama Kung Tse, di mana
Confucius jad editor. Jelas karnyanya dalam buku ini merupakan tulisan
menceritakan kerajaan kerajaan yang ada di China.
Posisi
tipologi sosiologis mengenai tujuan dan alat pedagogis tentang Confucian di
China, secara historis ada dua kutub yang berlawanan dalam tujuan pendidikan,
yaitu:
1.
Membangkitkan karisma
2.
Menanamkan keterampilan dan pelatihan
Status
mulia literati mempunyai hak yang istimewa, bahkan mereka bisa melakukan ujian
tapi tidak dipekerjakan. Yang paling penting adalah: kebebasan dari pemerintah,
kebebasa dari hukuman badaniah, menjadi anggota pendeta.
Kelamahan
Buku
- Keadaan
dalam pembahasan ini sudah tidak relevan dengan keadaan saat ini. Didalam
pembahasan ini, disebutkan bahwa petani merupakan pihak yang membayar
pajak dari tuan tanah. Sedangkan pada kenyataan sekarang ini, justru yang
membayar pajak adalah pemilik tanah. Kemudian keadaan saat ini setiap
orang wajib membayar pajak, tidak ada orang yang tidak wajib membayar
pajak. Pembayaran pajak saat ini juga disesuaikan dengan tanah yang
dimiliki, bukan hnya dibayarkan oleh petani saja. Pembahasan dan jika
dikaji per bab maalah dalam buku ini, tidak relevan lagi jika dikaji
secara detail buku ini jauh dari keadaan sekarang. Karen buku ini sudah
cukup lama dan juga masih dalam kajian teoritis yang dihubungkan dengan sekarang
buku ini sudah sangat klasik dan membutuhkan pembaharuan ulang untuk bisa
diteliti.
- Teknik
penulisan dalam buku tersebut tidak mudah dimengerti dan banyak antar
kalimat dalam bab I dan dua tidak sinkron atau berhubungan, ada juga kekurangan
kata, di mana hurufnya tidak lengkap.
- teknik
penulisan dalam buku ini susah dimengerti karena peletakan tanda baca yang
tidak sesuai. Dalam penulisan ini juga tidak sistematis. Ini sudah bisa
dibuktikan dalam beberap bab bisa dilihat dengan kajian dan tulisannya
banyak yang tidak sinkron dan masih banyak kata-kata yang tidak sesuai
dengan gaya bahasa Indonesia yang terbaru.
- gaya
bahasa sulit untuk dipahami karena banyak istilah-istilah yang tidak
dimengerti oleh pembaca. Gaya bahasanya filsafat dan masih menggunakan
istilah Jerman itupun merupakan sebuah. Jadi sebagai peresume buku, banyak
kata dan istilah yang harus kita dalami untuk lebih tahu lebih lanjut apa
pengertian yang seharusnya/
Kelebihan
Buku
1.
topik sesuai dengan pembahasannya, dalam
bab sau samapi ke bab tujuh kajiannya sesuai dengan temanya. Namun, dan banyak
kajian yang diperbandingkan dengn wilayah-wilayah yang ad di Eropa dan masyarakat
yng lebih komplek.
2.
Selain itu buku ini merupakan essai yang
dibuat oleh tokoh Sosiologi, yang bernama Max Weber dan ini merupakan tokoh dan
narasi ilmiah yang peting untuk diketahui,
3.
Secara umum penulisan kata sudah sesuai
dengan apa yang dihaarapkan oleh ilmiah. Kata demi kata sudah dituliskan dengan
benar.
4.
Teori yang dipakai masih original dari Max
Weber dan merupakan buku saku yang bisa dipergunakan oleh mahasiswa dan dosen
yang ingin membahas secara dalam sosiologi, khususnya mendalami pemikiran tokoh
Max Weber.
Saran
Saran
kami sebagai pembaca adalah buku ini perlunya pemberian gaya bahasa yang
memakai istilah yang mudah di mengerti dan memperluas gaya bahasa dalam setiap
bab. Sehingga, para pembaca dapat memahami apa isi dan tujuan buku ini, civitas
akedemi mmbutuhkan buku yang segar dan situasional dengan yang sekarang.
Sehingg bisa memunculkan inspirasi dan pembelajaran yang luas lagi bagi ilmu
pengetahuan.
Buku
ini sulit ditemukan dan perlunya dibat dalam bentuk digital.studi komprehensif
sosiologi kebudayaan. Dan mungkin untuk
mempermudah dalam memahami buku ini adalah dengan cara membacanya
berulang-ulang. Pemberian makn terhadap istilah perlu diruliskan disetiap
lembaran, agar pembaca dapat memahami dan sekaligus bisa memberikan masukan, ilustrasi
yang tepat terhadap permasalahan yang ada dalam buku ini
[1] Tentunya
jalan kehidupan yang ditentukan secara keagamaan itu sendiri sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor ekonomi dan politik yang beroperasi dalam ikatan-ikatan
geografis, politis, sosial, dan nasional dan juga dari strata sosial juga
sangat memepengaruhi etika praktis ke agamaan masing-masing. Strata-strata
tersebut yang sifatnya menentukan karakteristik ciri-ciri suatu etika ekonomi
mungkin bisa mengubah jalannya sejarah.
[2] Teori perbandingan: Dalam buku
ini, sosial dan budaya Karl Marx yang merumuskan bahwa perubahan sosial dan
budaya sebagai produk dari sebuah produksi (materialism), sedangkan Max Weber
lebih pada sistem gagasan, sistem pengetahuan, sistem kepercayaan yang justru
menjadi sebab perubahan.
[3] Sekte-sekte baptis, karakter yang dianut
dari baptis adalah tenang, moderat, dan sangat taat terhadap
keagamaanya. Pada perkembangannya penganut baptis akan mengikuti alur
calvinisme, apa yang menjadi prinsip dari pemikiran baptis adalah mendengarkan
adanya suara tuhan sebagai panggilan hidup, yang akan menjadi tujuan utama
manusia dan hal ini menjadi semangat kapitalisme
[4]
Hal. 253 dalam hal ini di Prussia jelas bahwa saat ini kebijakan negara
bertujuan untuk melahirkan strata penyewa dari karakter aristokratis sejati
yang berada di luar dari pernyataan di atas.
[5]
Hal. 256 dalam pernyataan ini, ada beberapa akdemis yang berbeda dengan apa
yang seharusnya ada dalam masyarakat.
Bahkan ada penyimpangan yang terjadi contohnya dalam bentuk tawuran,
minum-minumn keras dan meninggalkan kelas. Hal ini terjadi akibat dari strata
tertinggi di Jerman mempunyai hak-hak istimewa.
[6] Hal. 262
penjelasan mengenai adanya kesenjangan yang terjadi di Jerman.
[7] Hal. 265, Jerman
merupakan negara yang cukup sederhana dan halaman ini menjelaskan Jerman pada
waktu itu adalah negara yang orang biasa sehingga dari atas dasar negara biasa
ini Jerman bisa muncul sebagai negara yang bisa berkembang dan menunjukkan
kejatian diri.
[8] Hal. 283,
masyarakat oksidental adalah pengertian masyarakat yng berhubungan dengan dunia
Barat atau masyarakat Eropa. Suatu proses di mana masyarakat berada di bawah
mengadopsi budaya atas mengadopsi budaya Barat dalam berbagai bidang industri,
tekonologi, hukum, politik, ekonomi, dll.
[9] Bersifat
herediter merupakan seorang pemimpin dalam buku ini memberikan penjelasan bahwa
pemimpin tersebut atau seorang tuan mewarisi watak dirinya terhadap anggotanya.
[10] Fraternisasi
adalah perserikatan terorganisir yang beranggotakan pria yang berkumpul dalam
lingkungan yang bersahabatan dan bersaudara, yang berdedikasi dalam membina
anggotanya dalam membina anggota dalam bidang intelektual, fisik maupun sosial.
[11] Komunitas kultis
itu berhubbungan dengan keterlibatan sosial-politik, Komunitas Umat Basis
hendaknya dilengkapi dengan kesadaran hukum yang memadai dan jaringan
komunikasi yang kuas.
[12] Komensalisme
adalah interaksi yang erat dan khusus,salah satu pihak yang tidak diuntungkan
dan pihak lain diuntungkan.
[13] Menurut hal. 294
ini kemuliaan sosial bisa dipasangkan secra langsung dengan kelas situasi,
ditentukan oleh rata-rata kelas-situasi dari anggota-anggota kelompok status.
[14] Salah satu
contoh yang diberikan dalam buku ini, bahwa kasta memiliki rintangan yang besar
adalah terdapat di hal. 295. Eropa masih mengakui rintangan terhadap status
tersebut untuk kaum bangsawan yang tinggi. Amerika mengaki rintangan status
tersebut di antara kulit orang Hitam dengan kulit orang Putih ni Negara Bagian
Selatan. Faktualnya Amerika menyatakan bahwa perkawinan itu merupakan absolut
dan legal tidak bisa diterima, yang benar-benar terpisah dari fakta adalah
bahwa perkawinan campuran seperti itu akan mengakibatkan munculnya boikot
sosial.
[15] Dalam hal. 300 dijelaskan bahwa salah satu allat yang digunakan selama
ini untuk menjelaskan tingkatan dalam suatu kasta. dalam hal ini akan banyak
kita temukan pengulangan kata yang memakai istilah bahasa Jerman.
[16] Connibium merupakan sebuah istilah bahasa Jerman yang berarti merupakan
perkawinan antara dua orang yang berbeda klan.
[17] Lota dalam hal. 302 merupakan cerek air atau tempat air yang digunakan untuk
menerima air dari Brahmana. Selain itu daging sapi juga bisa menentukan bagi
tingkatan kasta, dank arena itu merupaka gejala yang sudah terjadi sebelumnya.
[18] Meskipun pengelompokan kasta tersebut tidak berlaku di seluruh wilayah
di India dan ada pengecualian, namun secara keseluruhan hal itu benar-benar
sudah ditopang dengan baik.
Tags : Jurnal Sosiologi
bonarsitumorang
- Bonar Situmorang
- Medan
- Jakarta Selatan
- bonarsos@gmail.com
- +62852-6969-9009