JADI A LITTLE BRAVER UNTUK TUHAN, MARI BELAJAR DARI AYUB
Ingin Jadi Little Braver, Tanpa Tuhan?
Sebelum ini
saya dalam fase, di mana lebih mengakui bahwa Firman Tuhan itu sulit dibuktikan
dalam kehidupan nyata. Kurang bersyukur tentang kekuatan dan kemampuan yang sebenarnya
sudah dianugerahkan Tuhan untuk kita adalah milik-Nya. Awalnya itu bangga
dengan sebuah keberhasilan. Bangga dengan banyak pujian. Sulit menerima sebuah
kritikan. Bahkan dalam situasi yang tidak mendukung terhadap kesenangan, lebih
baik memilih untuk tidak ambil bagian atau antipati terhadap keadaan itu.

Ternyata
setelah banyak momen naik – turun hidup, sadar, Firman Tuhan tidak bisa
dilogikakan begitu saja dengan mudah. Karena Firman Tuhan adalah hidup. Mengalir
dalam setiap darah manusia dan menjadi panduan langkah dan kompas setiap tujuan
kita.
Bagaimana
sebuah nilai yang sudah tersistem dalam pola laku kita, sulit untuk diubah, itulah yang kualami. Dulu sulit memberikan
waktu kepada Tuhan, jarang memakai talenta kepada kemualiaan Tuhan. Bukan sebuah
prioritas memikirkan hubungan interval antara manusia dengan Tuhan, itu. Hampir
suka juga dengan buku – buku yang anti terhadap keberadaan sebuah kepercayaan.
Mungkin
ini menjadi realita yang kurasakan, bagaimana dengan teman – teman? Apakah pernah
merasakan pengalaman tersebut atau masih dalam fase seperti itu. Sesungguhnya itu
bukan diinginkan oleh Tuhan.
Sebuah Misi Hidup
Setelah
mengambil komitmen diri untuk membaca Firman Tuhan dan menulis inti Firman Tuhan
itu kedalam sebuah buku yang kusebut buku “refleksi hidup”, dan ini masih terus
berlanjut sampai hari ini. Pun memang belum sampai 100 hari. Ini bukan hanya
tentang rutinitas, di saat kondisi yang tidak terlalu mendukung aku juga kadang
masih lupa untuk membaca dan merenungkan Firman Tuhan. Karena sebagai manusia
yang sudah berkomitmen sekalipun, aku juga kadang lupa atas komitmen itu. Saat ini
aku masih dan tetap melanjutkan kebiasaan yang produktif itu. Karena disaat
membaca dan merenungkan, hikmat akan langsung datang dari Tuhan.
Kasih
Tuhan melalui; perhatian keluarga, teman, dan orang – orang yang baru dan
peduli dengan kita. Atas nikmat pendidikan dari sekolah dasar sampai perguruan
tinggi. Atas harta benda. Atas hidup penuh nikmat, dapat menikmati udara pagi, berbicara,
melihat, merasakan, dan lain sebagainya. Apalagi atas pekerjaan dan talenta yang
kita miliki.
Saat
ini, apakah sudah dipakai untuk kemuliaan Tuhan dan mengasihi sesama?
Visi Misi Hidup Mutlak untuk
Tuhan
Niscaya,
Firman yang membuktikan kepada kita tentang apa itu pengalaman naik turunnya
sebuah proses pendewasaan diri di dalam manusia. Dapat saya petik dalam kisah
Ayub, di mana Ayub memiliki banyak harta dunia, memiliki sepuluh anak, memiliki
ternak ribuan, dan menjadi salah satu orang terkaya pada saat itu. Anak – anaknya
yang sering mengadakan pesta syukuran secara besar – besaran. Tuhan juga
menganugerahkan kehormatan kepa Ayub.
Namun,
Tuhan ingin membuktikan seberapa besar kuatnya iman yang dimiliki Ayub. Allah memanggil
anak – anak Ayub, meluluhlantahkan seluruh kekayaan yang dimilikinya, serta
membuat Ayub sakit parah. Kondisi itu tidak menjadi penghalang Ayub untuk
mendekatkan diri kepada manusia. Tetap berjalan sesuai Jalan Tuhan. Mensyukuri atas
apa yang dimiliki Tuhan.
Kondisi
itu pun dipertegas oleh Ayub, dengan mengucapkan syukur dan pujian kepada Tuhan
yang tertulis di dalam Ayub 1 : 10 “Bukankah Engkau yang membuat pagar
sekeliling dia dan rumahnya serta segala sesuatu yang dimilikinya? Apa yang
dikerjakannya telah Kau berkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di
negeri itu”.
Ini
menjadi kekuatan yang dimiliki Ayub, ketika Tuhan memberikan berkat melimpah
kepadanya, Dia pun tidak pernah lupa untuk bersyukur. Karena Ayub pun tahu
bahwa Tuhan memberikan segala sesatu dengan cara yang terbaik, bukan kebetulan.
Tuhan memagari apa yang dia miliki, Tuhan memberkati agar berhasil dan semakin
bertambah jumlahnya.
Juga
di dalam Firman Tuhan dari Perjanjian Lama
ini, Ayub 1 : 21 “Katanya, dengan telanjang aku keluar dari kandungan
ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya, Tuhan yang memberi,
Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan”. Ini menjadi salah satu cara
Ayub untuk menyatakan kebenaran Firman Tuhan agar bisa mensyukuri atas apapun
yang kita miliki. Karena kedatangan kita ke dunia manusia tidak membawa sehelai
apapun dan memang kita tidak akan bisa membawa seluruh kekayaan yang kita
miliki.
Saat
ini apakah kita sudah memaknai atas segala yang kita miliki. Seperti udara pagi
yang sejuk dan menyegarkan saat kita terbangun dari tidur, kesehatan yang kita
miliki, serta banyaknya kasih Tuhan yang bisa kita rasakan. Ini semua bukan
karena kekuatan, namun karena kita diberikan Tuhan kesempatan untuk merasakan
apa yang Tuhan ciptakan.
Tidak
ada kata yang bisa mewakili betapa begitu besar KASIH TUHAN setiap hari. Tidak ada
kata juga untuk dapat mewakili betapa besar anugerah Tuhan untuk kita setiap
hari.
Pengalaman
dengan pengalaman hidup, semakin hari
dan semakin banyak rasa dan bukti nyata kasih Tuhan kepada manusia. Bukan
karena kekuatan yang kita miliki. Apalagi tentang apa yang sudah kita dapatkan
di dunia. Pribadi yang TUHAN miliki tidak pernah lekang oleh kondisi apa pun
yang kita miliki.
Kita
memang terbatas akan kemampuan. Ini bukan tentang perasaan yang hanya sebatas
rutinitas. Tapi ketika kita coba setiap hari dan setiap pagi bersyukur, semua perasaan
itu menjadi kekuatan tersendiri dengan kita.
Sebenarnya
apa pun kondisi kita, TUHAN selalu hadir. Nyata menjadi solution maker
untuk kita. Dalam keadaan sakit, dalam kesusahan, persaingan hidup, pekerjaan,
pergumulan tentang relationship, apalagi tentang kondisi ketidakmampuan kita dalam
menggapai sesuatu. Hari ini, besok, bahkan lusa sekalipun kita tidak pernah
tahu apa yang akan terjadi. Ibarat matahari yang memiliki rutinitas setiap
hari, terbit di Timur dan tenggelam di Barat. Ini menjadi ilustrasi kehadiran Tuhan
dalam kehidupan kita.
Kita
pernah terbit di dunia, yaitu tentang lahirnya kita di dunia. Hadir tanpa
sehelai bajupun, lemah, dan hanya tangisan yang terdengar dari. Kita pun menikmati
KASIH TUHAN di dunia. Bisa merasakan betapa indahnya ciptaan Tuhan, merasakan
hangatnya kasih Setelahnya kita terbenam. Tuhan akan memanggil kita untuk mewujudkan
firman-Nya, bahwa setiap manusia akan kembali lagi kepada-Nya.
Tuhan
mengenal hati kita. Jauh melebihi kemampuan pikiran yang kita miliki.
Tuhan
memberkati kita.
Tags : Linimasaku