TEMAN, MENEPILAH SEJENAK
Teman, Menepilah Sejenak
(Sebuah sajak memilih kepemilikan teman)
(Sebuah sajak memilih kepemilikan teman)
Teman, semoga ada banyak kabar baik
hari ini tentangmu
Jika hari nanti aku hanya punya
satu teman tersisa
Aku sungguh ingin jadi dirimu
Aku yakin dunia akan ada pihak kita
Terkadang kita sungguh berarti
Terkadang lebih
Tentang mengulurkan tangan
Meratapi . . . . menepi . . . .
refleksi
memang seadil itu
Hari depan penuh warna
Tinggalkan kebutaan masa lalu,
jangan buka
Agar tak terkurung sengsara
Padamu teman baikku
Sekali lagi ini tentangmu
Api kelam segera siram . . . .bukan pilihan menipu diri, bahagialah
segera
bebas lepas dan lepaskan,
teman!
Yang terlewat biar saja
Sesal tak ada artinya
Masa depan kini sudah dijalani, sungguh ada
Biarlah
Aku
Kamu
Menjadi
Saksi
Tentang
Jalanan yang tak berujung
Terbentur dan terbentur
Kerikil yang pernah
mengoyak kakimu,
Duri tajam yang
menusuk hatimu, cabutlah!
Manisnya kata,
lupakanlah!
Jangan memilih ingat akan . ..................
Cari wajah baru . . . . lalu ucapkanlah satu kata untukku
. . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . .
Karena kamu begitu berharga, terutama untukku
Mari kita cari sekarang, ayunkan langkahmu
Sebelum cahaya mentari ditelan senja, hilang
Sebelum malam menyusul . . . .gelap
Elegi esok pagi akan membersamaimu
Cumbulah putik – putik bunga itu
Merekah dan mewarnai halaman rumahmu
Isap sarinya, sejenak udara segar akan mengalir di seluruh tubuhmu
Hari ini aku mengajakmu sebentar saja kembali ke jalanan itu,
terima dan iklaskan
Terbangkan lembaran kelam itu
Kubur dalam - dalam
Hanyutkan dalam ombak perasaanmu
Bakar kembali energimu, untuk wajah baru
Laku hidup akan membentukmu
Teman, menepilah sejenak
Aku sungguh tak kuasa menahanmu,
Aku miskin ilmu dan harta untuk menyakinkanmu
Muda tak berdaya
. . . . , maaf!
Itulah aku.
Hei, teman
Ingatkah kita pernah menyatu dalam langkah kelam, hari itu
Berpikir . . . . berlakon . . . . berpeluh . . . . itu semua
berubah jadi diam
Sejenak kita juga pernah merenung
Sebab pedih tak kunjung menepi
tak ubah mematikan seluruh rasa yang sudah kita bangun bersama
kemudian kita pun
membunuh rasa itu
Pucuk mimpi sudah kita gapai hari itu
Walau itu juga yang memaksa kita lupa,
Kamu, eh AKU kala itu
Terlalu banyak bercanda
Sampai lupa membenahi diri
Teman . . . .
doaku selalu hadir untukmu
Sangat tak mudah untuk memilih lupa tentang itu semua
Kelak, jika waktu berpihak
Senja hari, kita menepi di jalanan yang pernah kita lalui bersama,
duduk
Berkisah tentang canda . . . . tawa . . . . dan cacian . . . . karena
aku ingin segera kembali menyalakan api juang hidup
Teman . . . .ini sekian harinya kita tak kunjung temu
Terlalu jauh jarak, ruang, dan waktu, apalagi prasangka
Sampai detik ini pun, dirimu masih menjelma dalam bayangan
langkahku
Teman, rindukah kamu tentang diriku?
Apakah kamu merasa paling luka?
Atau kamu lebih memilih
benci . . . . jika ingat akan aku
Aku tahu, ini membekas
Penuh belukar rumput yang menggangu tumbuh kembangmu
Tapi, segeralah bahagia, lapangkan dadamu
Aku juga akan bahagia . . . . jika benci itu benar lepas darimu
Kini kau sudah menjalani bersama wajah baru, suasana baru, hampir
satu tahun kita tak jua tegur sapa
Sungguh banyak berubah darimu,
satu tahun ini
pengalaman hidup
jalan panjang perjuangan,
usaha berulang kita lakukan
tidak terhitung kilometer
yang kita tempuh
tidak jua untuk ego diri
apakah kita terlalu bercanda
kala itu?
tapi mengapa, pertanyaan ini sangat sulit untuk
kulewatkan . . . .
apakah kamu sudah benar – benar bahagia?
Sedangkan aku lebih sering merayakan sepi
Yakinlah, segenap hati akan kucari sosok seperti dirimu
Lemah lembut, tenang, kamu sesederhana itu
Beberapa sudah ingin hadir
Tapi hadir sebelum direncakan
Ingatlah cahaya lilin yang pernah kita hidupkan bersama
Jadikan penerang jalanmu untuk sampai ke awan mimpimu
Ruang hidup terbuka luas
Aku tuliskan surat kebahagian ini
untukmu
Jangan ragu lagi . . . . ambil dan bahagialah segera
Aku aku mendoakanmu
Nanti ucapkan satu kata saja tentangku tentang . . . . .
Teman,
menepilah sejenak
Jika hari nanti aku hanya punya satu teman tersisa
Aku sungguh ingin jadi dirimu
Tags : Linimasaku
bonarsitumorang
- Bonar Situmorang
- Medan
- Jakarta Selatan
- bonarsos@gmail.com
- +62852-6969-9009