Apa Itu Pengambilan Keputusan Apriori dan Apostriori, Bagaimana Prosesnya?
Kegiatan kelompok orang dalam bentuk kerja sama sebagai wujud hubungan manusiawi yang efektif, untuk mencapai sesuatu tujuan, pada dasarnya merupakan adanya pelaksanaan keputusan-keputusan. Tujuan kelompok yang dirumuskan secara jelas, tegas dan terinci, jika mungkin bersifat tertulis, merupakan pedoman bagi pemimpin dalam membuat keputusan dan kebijaksanaan. Dari sisi lain tujuan itu pun sebenarnya adalah keputusan, yang sangat prinsipil sifatnya, karena akan mewarnai seluruh keputusan lainnya yang akan diwujudkan menjadi kegiatan-kegiatan kelompok/organisasi.
Keputusan dari seorang pemimpin tidak muncul secara
tiba-tiba, tetapi berlangsung sebagai suatu proses. Dalam kenyataannya proses itu
mungkin terjadi di dalam diri pemimpin sendiri, tetapi mungkin pula ditetapkan
dengan mengikutsertakan orang-orang yang dipimpin, atau beberapa orang lainnya
yang berkedudukan sebagai pembantu pemimpin. Sehubungan dengan itu secara konvensional
harus diterima ketentuan bahwa pengambilan keputusan merupakan wewenang
pimpinan tertinggi organisasi/kelompok masing-masing.
Dengan kata lain pengambilan keputusan yang akan
diwujudkan menjadi kegiatan kelompok/organisasi merupakan hak dan kewajiban
pucuk pimpinannya. Wewenang
adalah “hak seorang dalam jabatannya sebagai pemimpin untuk mengambil keputusan
dan memerintahkan pelaksanaanya atau untuk melakukan suatu tindakan/kegiatan
dalam rangka mewujudkan eksistensi kelompok/organisasi.”
Wewenang itu dapat dilimpahkan pada pimpinan
pembantunya, apabila dipandang perlu oleh pimpinan yang bersangkutan. Oleh karena
itu, pelimpahan wewenang dapat diartikan sebagai “penyerahan sebagian hak untuk
mengambil keputusan dan memerintahkan pelaksanaanya atau untuk melakukan suatu
tindakan/kegiatan dalam suatu organisasi, kepada pimpinan yang lebih rendah
posisinya.”
Pelimpahan wewenang dari pimpinan pada
dasarnya merupakan awal dari kepemimpinan yang bersifat mengikutsertakan
orang-orang yang dipimpin. Oleh karena itu, pelimpahan wewenang harus jelas
menggambarkan “apa yang dilimpahkan” atau “keputusan dan kegiatan apa” yang
boleh ditetapkan atau dilakukan penerima wewenang tanpa meminta pesertujuan
pemberi wewenang. Pelimpahan wewenang
perlu ditegaskan meskipun berdasarkan sturktur organisasi telah dilakukan
pembagian dan pembidangan pekerjaan/kegiatan. Di samping itu harus jelas pula
kepada siapa wewenang itu dilimpahkan, setidaknya jelas pada pimpinan unit yang
mana diantara beberapa pimpinan unit yang sama jenjangnya di bawah jabatan
pucuk pimpinan. Kejelasan itu penting, bukan saja untuk menghindari kesimpangsiuran
pekerjaan, tetapi juga agar seluruh volume dan beban kerja berlangsung lancar
dan efektif dan efisien dalam mencapai hasil tujuan. Kelancaran pekerjaan akan
terwujud karena setiap anggota kelompok/organisasi mengetahui secara cepat apa
dan kapan harus mengerjakan sesuatu yang menjadi tugas wewenangnya. Dalam keadaan
itu pelimpahan wewenang tidak berarti pihak penerima wewenang boleh membuat
keputusan atau melakukan kegiatan sekehendak hatinya, tetapi harus tetap dalam
batas-batas, norma-norma, dan kebijaksanaan umum yang berlaku dalam kelompok/organisasi.
Sejalan dengan uraian-uraian di atas berarti
pelimpahan wewenang harus diiringi dengan pelimpahan tanggung jawab. Sehubungan
dengan itu tanggung jawab diartikan sebagai “keharusan atau kewajiban
melaksanaan wewenang yang dimiliki dengan cara baik dan benar, dan menyampaikan
laporan pelaksanaan atau hasilnya kepada pemberi wewenang, agar tidak terjadi
penyalahgunaan atau penyimpangan.”
Dari uraian di atas berarti di dalam
kepemimpinan harus jelas, “dari siapa keputusan berupa perintah atau tugas
diterima,” bagi setiap anggota di dalam sebuah kelompok/organisasi. Sebagaimana
telah dikemukakan terdahulu, setiap pemimpin perlu mengatur pelimpahan wewenang
dan tanggung jawab. Dengan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dapat diperoleh
beberapa manfaat sebagai berikut:
- Pimpinan
tertinggi mendapatkan kesempatan yang cukup untuk memikirkan
keputusan-keputusan dan melaksanakan tugas-tugas yang penting saja dalam melaksanakan
tugas pokok organisasi,
- Setiap
keputusan dan perintah sesuai dengan sifat penting atau tidak, dapat
ditetapkan pada jenjang kepemimpinan yang tepat, sehingga dapat meningkatkan
efisien dan efektivitas kerja dan mengarungi atau meniadakan birokrasi
yang tidak perlu.
- Keputusan-keputusan
dan perintah-perintah dapat ditetapkan secara cepat, tanpa kekhawatiran
terjadi penyalahgunaan wewenang, karena setiap pemimpin pembantu berkewajiban
menyampaikan pertangungjawaban.
- Memperbesar
partisipasi dan meningkatkan dedikasi serta loyalitas pada kebersamaan dan
bahkan pada pemimpin, karena setiap anggota kelompok merasa ikut berperan
serta sesuai dengan posisinya masing-masing.
- Mendorong
dan mengembangkan inisiatif, kreativitas, dan kemauan untuk berprestasi di
bidang masing-masing.
- Menghilangkan
sifat dan sikap menunggu perintah atau keputusan pucuk pimpinan dan
pimpinan lainnya, sehingga kehidupan kelompok/organisasi menjadi dinamis.
- Pelaksanaan
pekerjaan tidak terhambat, meskipun pucuk pimpinan berhalangan atau tidak
hadir, karena sesuai wewenang yang dilimpahkan tetap dapat diambil
keputusan-keputusan oleh para pembantu pimpinan di bidangnya
masing-masing.
- Pucuk pimpinan berkesempatan memberikan latihan kepemimpinan, sehingga selalu tersedia kader-kader pengganti yang berkualitas, yang meneruskan kepemimpinan kelompok/organisasi pada masa-masa mendatang.
- Menghimpun data melalui pencatatan dan bahkan mungkin berupa kegiatan penelitian. Data tersebut dikembangkan dengan mengikuti perubahan-perubahannya, sehingga data yang telah dihimpun mungkin bertambah, berkurang atau bahkan harus dibuang dan diganti dengan yang sama sekali baru.
- Melakukan analisis data, baik melalui proses berpikir kritis maupun diskusi-diskusi dan bahkan perhitungan-perhitungan matematik dan statistik.
- Menetapkan keputusan yang ditempuh dengan memilih salah satu di antara beberapa alternatif yang mungkin atau terbaik untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping itu dapat juga berbentuk memilih salah satu dari beberapa alternatif tindakan/kegiatan yang terbaik dapat dilaksanakan. Pilihan biasanya berorientasi pada resiko, dapat menetapkan keputusan yang paling baik yang risikonya paling kecil. Namun jika yang terbaik risikonya terlalu besar, maka pilihan dapat dijatuhkan pada alternatif lainnya yang resikonya kecil.
- Mengoperasionalkan keputusan menjadi kegiatan atau tindakan dengan mengamati hasilnya dan kemungkinan adanya resiko yang tidak diramalkan sebelumnya.
- Selama berlangsungnya kegiatan sebagai pelaksanaan keputusan akan diperoleh data operasional baru. Data tersebut mungkin langsung dipergunakan dalam kegiatan analisis ulang, sehingga terjadi perubahan keputusan. Perubahan itu dapat berupa perbaikan, mengganti atau membatalkan keseluruhan dan membuat keputusan berbeda dari sebelumnya. Apabila terjadi penggantian atau perbaikan keputusan, maka kegiatan operasional akan mengalami perubahan. Sedang data operasional setelah melalui analisis ulang ternyata tidak terpengaruh pada keputusan, maka sebagai data baru masuk ke dalam pencatatan untuk pengambilan keputusan yang lain.
Sumber: Hadari dan Martini, "Kepemimpinan yang Efektif" 2012
Tags : Kompetensi
bonarsitumorang
- Bonar Situmorang
- Medan
- Jakarta Selatan
- bonarsos@gmail.com
- +62852-6969-9009