PESAN BUATKU YANG SERING MENGATAIMU DARI BELAKANG
Setiap
hari dia harus mendengar pengakuan dari orang di sekitarnya bahwa dialah yang
terdepan dan terhebat. Suatu saat dia mempunyai kesempatan untuk mengikuti
kompetisi di salah satu lokasi yang tidak jauh dari tempatnya belajar setiap
harinya. Karena dia adalah orang yang punya pengetahuan yang luas, keberanian
dan berbicara di depan umum adalah motivasi tersendiri buatnya. Lagaknya bak professor
dan pemikiran jempolan.
Dengan penuh kepercayaan diri ia menang atas kompetisi yang dia ikuti, menerima sebuah medali di college, dan hal itu hanya
menambah egonya saja. Laki-laki
tersebut menggunakan bahasa berlebihan memuji dirinya sendiri dengan keyakinan
bahwa itu adalah usaha sendiri.
Kepala dan hati si
pemuda membuncah oleh peraasaan bangga.
Malam itu, ketika pulang, dia
menceritakan kata- kata pujian yang
diterimanya kepada ibunya, Setelah memuji-muji
diri sendiri, pemuda itu bertanya kepada ibunya, “Memangnya ada berapa banyak
orang besar di dunia sekarang ini?”
Sang ibu, seorang
wanita tua yang bijaksana, menatap putranya dengan penuh belas kasihan dan
berujar, "Kurang satu dari yang kaukira!!!!!” Sesungguhnya, ego
kita dapat membutakan kita dari kebenaran mengenai diri kita.
Pemuda yang sombong ini juga berkata kepada seorang petani, ”Aku tidak pernah membungkuk
di hadapan siapa pun-entah itu Tuhan maupun manusia!” Petani yang bijaksana itu
menyahut, "Bisakah engkau melihat ladang gandum itu? Hanya bulir-bulir
gandum yang kosong yang berdiri tegak. Bulir-bulir yang penuh terisi akan
membungkuk dalam-dalam!”
Kemudian suatu saat si
pemuda memiliki kesempatan untuk mengikuti sebuah seminar dan dia adalah orang
yang diundang dalam acara tersebut. Karena kursi sudah diisi oleh orang yang
duluan datang, dirinya hanya
mendapat tempat duduk di salah satu baris belakang, karena gedung itu sudah
penuh. Marah dan merasa terhina, pemuda itu berkata kepada
panitia, "Kalian jelas tidak tahu bagaimana menempatkan tamu kalian dengan
layak! “Sama sekali tidak, Nyonya,” sahut salah satu dari mereka.
"Orang-orang penting tidak keberatan di mana mereka duduk. Tapi
orang-orang yang keberatan itulah yang sebenarnya tidak sungguh-sungguh orang penting. Pisahkan
dirimu dari ego. Jika kau tidak membebaskan diri dari identifikasi keliru ini,
kau akan terus terikat.
Bebaskan
diri dari kebencian dan keegoaan. Percayakan orang lain untuk mengerjakan tugas
yang sudah diamanahkan. Jika engkau menjadi pemimpin di mana pun sekarang atau
nanti, janganlah mengeluh dalam segala kondisi. Biasakan untuk tidak mebuka
lebar-lebar telinga atas kabar yang kau terima dari luar san pemuda,
bekerjalah, jangan bersungut-sungut, jangan menanam angin di media sosial atau
di universitas kehidupan ini, agar nantinya jangan engkau tabur badai dari
sifatmu.
Berikan
yang terbaik buat dirimu sendiri dulu. Jangan berpikir kamu bisa merubah
lingkungan, tanpa merubah sifatmu. Baru setelah merubah diri, ubah keluarga,
ubah lingkungan dan baru berpikir tetang bangsa. Jangan berpikir penghuni
bangsa ini orang yang bodoh, banyak orang yang memiliki IQ di atas rata-rata.
Bangsa ini bukan kurang sumber daya manusia, tapi masalah kita adalah karakter,
ego, kesombongan ilmiah dan toleransi yang kurang.
Tak
perlu mengkritisi dunia pendidikan, dunia ekonomi, sosial, kemiskinan, dan
segala kebijakan pemerintah. Ubahlah gaya belajarmu, JANGAN MENYONTEK SAAT
UJIAN, JANGAN BUKA HP SAAT UJIAN, hargai orang yang menyampaikan pendapat di
sekitarmu. Bangsa ini butuh orang sepertimu yang pintar, yang bisa berbicara.
Tapi bangsa ini sudah memiliki itu dari dulu, karakterlah yang menentukan. Mari
buang jauh-jauh keegoan.
Kesuksesan
dalam sebuah acara yang kau buat bukan diukur dari lancarnya acara itu. Kesuksesan
tugas seorang pimpinan itu, bukan diukur dari keringatnya saja. Ingatah, menurutku
ukuran sukses seorang pemimpin itu adalah SEBERAPA BANYAK YANG BERKONTRIBUSI
DAN SEBERAPA BANYAK YANG BISA DIAJAK BEKERJA SAMA UNTUK MENGERJAKAN TUGASMU ITU,
jika hanya engkau yang mengerjakan berarti tugasmu bukan seorang pemimpin, tapi
layaknya suruhan saja.
Buang
jauh keegoan, buang jauh kebencian. Pesan pak Jokowi: revolusi mental. Tugas
pemuda masih banyak, yang kita hadapi ke depannya bukanlah perbedaan pendapat. bukan
soal ujian, bukan pula penebar fitnah. Yang kita hadapi sesungguhnya nanti
adalah diri kita, kejujuran, saling menghargai dan paling penting adalah merubah
bangsa ini melalui diri kita yang bisa diteladani oleh orang banyak.
Percayalah
tugas ini adalah tugas kita bersama. Sifat ini adalah sifat kita secara umum.
Keegoaan ini sudah tertanam sejak kita mengenali itu apa perbedaan kepentingan.
Pencitraan selama ini yang ada kita buat adalah sebuah zona aman. Mari mulai
dari hal yang sederhana, mulai dari diri sendiri dan mulai dari sekarang.
Bonar Situmorang
Tags : Pengembangan Diri
bonarsitumorang
- Bonar Situmorang
- Medan
- Jakarta Selatan
- bonarsos@gmail.com
- +62852-6969-9009