TEGAKKAN HATI NURANI, JUNJUNG TINGGI KEJUJURAN
Akhir-akhir ini kita dihebohkan dengan
kasuss penipua Dimas Kanjeng Taat Pribadi dan sudah ditetapkan sebagai tersangka penipuan. Semakin
banyak kasus penipuan yang bisa kita temukan akhir-akhir ini. Sehingga common sense muncul, benarkah bahwa di
dalam dunia modern ini seperti sekarang ini, rasanya sudah sangat sulit kita
menemukan orang-orang yang masih punya cinta kasih, hati nurani, dan kejujuran?
Dunia di mana kebohongan dan kepalsuan akan lebih menarik untuk dipertontonkan.
Sebelum melihat realita dan menjawabnya bersama-sama, lebih baik kita terlebih
dahulu melihat fakta yang ada sekarang ini.
Tahun-tahun
belakangan ini tampaknya dunia hedonisme, konsumerisme, dan materialisme
semakin terbuka dan menunjukkan kenikmatannya secara lebih transparan. Salah
satu dipicu oleh kemajuan teknologi termasuk internet. Namun, harap dicatat bahwa
yang salah bukanlah pada teknologinya. Secanggih apa pun sebuah teknologi,
termasuk kemajuan di dalam dunia maya, manusia jugalah yang tetap menjadi
pengendaliannya. Nah, di sinilah peran cinta kasih dan hati nurani sangat
dibutuhkan, untuk menjunjung tinggi nilai kebaikan dan kejujuran.
Namun
apa yang terjadi? Perhatikanlah keadaan dunia modern saat ini. Batasan antara
sisi baik dan sisi buruk semakin menjadi abu-abu. Kebohongan dan kepalsuan
seakan-akan sudah menjadi suatu kewajiban untuk meraih ketenaran, popularitas,
kedudukan, dan kekuasaaan. Perbuatan mencari sensasi yang fenomenal menjadi
tingkah pola ketidakjujuran yang menlawan hati nurani, sepertinya sudah menjadi
syarat dan alat yang begitu perkasa mendongkrak peruntungan. Sungguh sebuah kekonyolan
dan pembodohan terhadap harga diri manusia yang berstatus mulia. Namun bagi
para pelakunya, hal inilah sebuah trend
setter di era modern. Sementara itu para pelakunya sendiri akan senang bila
disebut sebagai news maker.
Dunia
sinetron, infotainment¸sampai dengan
berbagai media, selalu saja menampilkan tanyangan berbumbu manipulasi,
kejahatan, kelicikan, kawin cerai, kekerasan, korupsi, kolusi, nepotisme,
demontrasi terhadap oknum pemimpin, anarkisme, peperangan, dank bar-kabar
ebertaburan hal negative lainnya. Semakin fenomenal rating-nya semakin meroket. Bahkan bahasa iklan pun sudah banyak
yang mengutamakan penggunaan kata-kata yang bombastis dengan bernada
iming-iming demi menarik konsumennya, misalnya tulisan GRATIS dibesarkan tapi
tulisan syarat dan ketentuan berlaku dikecilkan atau bahkan diumpetin.
Dari
sisi produsen, memang hal tersebut diklaim sebagai bagian strategis marketing,
namun di sisi lain masyarakat hampir tidak pernah diedukasi untuk menyikapi hal
tersebut secara cerdas. Ini sangat menyedihkan karena ittu berarti masyarakat kita
pun sudah banyak yang terkontaminasi bahkan ikut mengmbil bagian dari efek
domino yang diciptakannya, yakni pembunuhan karakter yang baik. Dan dalam hal
ini, kejujuran serta hati nurani dibuat menjadi tumpul. i. Orang-orang yang
masih menjunjung tinggi kejujuran pun akhirnya dianggap kuno dan menjadi tidak
menarik untuk dipromosikan.
Memulai dengan
Cinta Kasih dan Kejujuran
Cinta
kasih, hati nurani, dan kejujuran pun sesungguhnya adalah sebuah amanah dari
Tuhan, untuk kita laksanakan dalam setiap bagian proses pertumbuhan seumur
hidup kita. Saya percaya di dalam diri setiap manusia selalu ada keinginan
untuk menegakkan hati nurani dan menjunjung tinggi kejujuran atas dasar cinta
kasih sejati. Namun, di jaman ini, yang terjadi justru adalah: seringkali
keinginan tersebut dikalahkan oleh iming-iming yang dipropagandakan oleh arus
kemunafikan. Apalagi jika sebuah terimpit dalam keadaan dan situasi yang
terdesak oleh kebutuhan.
Bukan
hanya kebutuhan ekonomi saja, saat ini kebohongan dan kepalsuan pun sudah
lumrah digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan rasa aman.
Misalnya saja berbohong untuk lari dari tanggung jawab atau untuk sekedar
mempertahankan status quo, berbohong
untuk memenuhi kebutuhan akan penghargaan
Jawaban Untuk
Kejujuran
Apakah
benar di jaman modern seperti sekarang ini kita semakin sulit bertemu dengan
orang-orang yang masih menjunjung tinggi kejujuran dan hati nurani? Silahkan Anda
menjawab terlebih dahulu. Sudah? Mari kita bahas bersama, Jawaban yang pertama,
TIDAK BENAR! Orang-orang yang masih punya hati nurani dan kejujuran masih
sangat banyak berada di sekitar kita. Hanya saja, suara mereka tidak terdengar
atau juga tak didengarkan, reputasi mereka tak terekspos dan banyak juga di
anatra mereka yang tak pernah mendapatkan kesempatan untuk berkembang. Sebagai
akibat dari ‘kebijakan’ yang mempersempit jalur persaingan yang jujur dan
transparan.
Jawaban
yang kedua,
kembali menjawab itu TIDAK BENAR! Karena orang-orang jujur yang terus giat
membelah hati nuraninya, masih jauh lebih banyak dari pada oknum yang tidak
lagi menghargai kehadirannya. Percaya bahwa salah satu pembela hati nurani dan
penjaga kejujuran tersebut adalah Anda
yang sedang membaca di sini. Kita dan beserta semua orang jujur laiinya yang
masih terus membela hati nuraninya, hanya perlu bersatu menciptakan sebuah sistem
dan poal kehidupan yang baru. Di mana cinta kasih menjadi fondasinya dan hati
nurani serta kejujuran menjadi pilar utamanya.
jawaban yang ketiga, lagi-lagi saya harus
menjawab TIDAK BENAR! Karena para pembela hati nurani dan penjaga kejujuran
tidak akan tinggal diam melihat dunianya dikacaukan oleh para oknum yang sudah
melupakan kodrat kemuliannya sebagai manusia. Saya bersama Anda pasti akan tampil
dan membuktikan bahw cita dan hati hurani bisa mengalahkan kepalsuan dan
kejujuran, pasti menang melawan kebohongan. Hanya dibutuhkan nyali untuk terus
bertahan dalam tindakan yang selalu mengutamakan cinta kasih, membela hai
nurani dan kejujuran, demi mewujudkan impian besar kita. Agar diri kita bisa
menjadi teladan sukses terbaik yang bisa menjadi air kehidupan dan petunjuk
jalan bagi semua orang yang haus dan merindukan kesejatian hidup. Sehingga kita
bisa menjadi solution maker dalam
banyaknya persaingan kehidupan serta menciptakan kejujuran dalam setiap proses
kehidupan. Karena kejujuran adalah harta yang berlaku di manapun kita berada.
Menurut Venantius Dwi Riyanto dalam bukunya The
Miracle of Pride, “apapun latar belakang kehidupan maupun profesi, semuanya
bisa menjadi penjaga hati nurani. Mulailah dari diri sendiri, mulailah dari hal
kecil, dan mulailah saat ini juga”.
Tags : Pengembangan Diri
bonarsitumorang
- Bonar Situmorang
- Medan
- Jakarta Selatan
- bonarsos@gmail.com
- +62852-6969-9009