-->

Oktober 14, 2021

Bagaimana Mereka yang Optimis Mencapai Tujuan?

Sikap optimis juga merupakan salah satu faktor pendukung motivasi intrinsik. Bagaimana optimism berpengaruh kepada motivasi intrinsik?



Jika Anda optimis tentang masa depan, yakin Anda bisa mencapai tujuan jangka panjang Anda, maka Anda akan menginvestasikan waktu, tenaga, dan uang untuk mengejar hal tersebut. Jika Anda optimis menjadi seorang pesepakbola yang professional, maka Anda akan berlatih untuk menjadi pesepakbola, mencari tempat pelatihan terbaik, dan mencari guru yang terbaik, serta Anda akan menyediakan waktu dan tenaga untuk berlatih sebaik mungkin. Dengan sikap yang seperti itu, Anda akan mendapatkan kesempatan yang bisa meningkatkan kesempatan untuk mencapai tujuan tersebut. 

Optimism membuat Anda menjadi pribadi yang tidak gampang menyerah, lebih semangat, lebih berinisiatif, dan sebagainya. Siapun yang optimis terbukti adalah orang yang rajin, mencari tantangan-tantangan baru, dan mencari solusi disetiap tantangan yang dihadapi. Selain itu, siapa yang memiliki sikap optimism akan mampu berfungsi normal dalam keadaan yang tertekan. Mampu membuat rencana dan mengambil tindakan pada saat menghadapi masalah. Mereka tidak melihat diri sendiri sebagai korban keadaan, tetapi menjadi pengendali hidup mereka sendiri. 
Salah satu penelitian yang menunjukkan hubungan antara optimism dan motivasi datang dari Martin Seligman, seorang pendiri psikologis positif, yang menyelidiki para agen-agen asuransi. Seperti yang bisa dibayangkan, seorang agen asuransi harus menerima banyak penolakan sebelum bisa menutup penjualan. Perbandingan antara kata “tidak” dan “ya” yang diterima sangatlah timpang. Karena itu, lebih dari 75 persen agen asuransi berhenti setelah tiga tahun pertama. Seligman menemukan para agen asuransi yang optimis menjual 37 persen lebih banyak asurasni dalam dua tahun pertama, disbanding dengan mereka yang pesimis, dan jumlah optimis yang keluar dari dalam tahun pertama hanya setengah dari mereka yang pesimis. Dengan membandingkan jumlah pendapatan dari premi, dan pengeluaran perusahaan untuk melatih agen baru, Seligman dengan mudah meyakinkan perusahaan asuransi yang diselidikinya untuk agen-agen asuransi yang optimis. 

Mengapa para optimis bisa melangkah lebih jauh dari para pesimis bukanlah misteri yang sulit dipecahkan. Ketika kita menghadapi kegagalan demi kegagalan, penolakan demi penolakan, mereka yang optimis akan kembali bangkit. Mereka melihat kegagalan sebagai umpan balik untuk belajar. Mereka percaya bahwa kesempatan mereka untuk kedepannya akan terbuka lebih luas lagi. Sementara yang pesimis, sebuah pukulan saja sudah cukup untuk menjatuhkan mereka selamanya. Dalam jangka waktu yang panjang, mereka yang optimis akan lebih berhasil dan bukan Cuma di dunia asuransi, melainkan juga hampir di segala bidang. 

Optimisme juga memberikan keuntungan bagi kita yang terus mau belajar. Ketika kita optimis, emosi positif membanjiri otak kita dengan dopamine dan serotonim, yang tidak hanya saja memberikan kita suasana berada diawang-awang, tetapi juga memberikan kita dalam pembelejaran. Dopamine dan serotonim membantu kita mengaktifkan pusat-pusat belajar dalam otak, mengorganisasi pengetahuan, meningkatkan kemampuan mengingat kembali informasi yang masuk, dan meningkatkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah. 

Optimisme bukan hanya melulu tentang emosi positif. Mereka yang optimism juga mengalami pernah jatuh, depresi, atau merasakan kegagalan. Namun, mereka yang optimis melihat kegagalan dan musibah dengan cara pandang yang berbeda. Batu besar yang menghambat di depan mereka bukanlah penghalang, melainkan sebagai batu loncatan untuk lebih tinggi ke tempat yang lain. 

Tags :

bonarsitumorang