-->

Agustus 14, 2022

Kasih dan Kebenaran Dua Sisi Satu Agenda

Kebenaran mengharuskan kita mengasihi dan kasih mengharuskan kita penuh dengan kebenaran.


Bertentangan dengan pendapat umum, kasih dan kebenaran sesungguhnya tidak saling berlawanan. Malahan, keduanya pasti ada bersama-sama. Untuk mencintai kebenaran, kita harus setia pada kasih, dan untuk mencintai kasih, kita harus setia pada kebenaran. Orang yang paling pengasih yang pernah ada, begitu penuh dengan kasih hingga Ia mati dengan kejam dan mengenaskan di depan umum karena kejahatan yang diperbuat oleh oranglain, adalah juga seorang pemberita kebenaran yang paling jujur dan terus terang yang pernah dikenal oleh dunia ini.

Kasih Yesus tak pernah bertentangan dengan kejujuran-Nya, dan kejujuran-Nya tak pernah merintangi kasih-Nya. Namun, bukan hanya itu. Ada sesuatu yang lebih dalam lagi. Komitmen-Nya menyatakan kebenaran digerakkan oleh kasih-Nya.

Panggilan Alkitab untuk mengasihi tidak akan pernah memaksa kita untuk memangkas, menyangkal, maupun membengkokkan kebenaran. Demikian juga dengan panggilan Alkitab untuk menjungjung kebenaran, tak pernah meminta kita mengabaikan perintah Alllah untuk mengasihi sesama. Hal ini ditampilkan dengan jelas dalam momen yang sangat terkenal dari kehidupan Yesus Kristus yang dicatat dalam Lukas 18:18-30. Seorang pemimpin kaya raya datang kepada Yesus dan bertanya tentang hidup kekal. Sebuah pertanyaan yang sangat bagus memerlukan jawaban keras sekaligus jujur. Sepanjang percakapan itu, menurut penilaian modern tampaknya Yesus tidak melakukan penginjilan yang berhasil.

Di tengah kejujuran penuh. Yesus tak berusaha membuat injil terdengar menarik. Sebaliknya, Ia mempertajam dan menyingkapkan pusat penyembahan berhala dalam hati orang itu. Yesus menyampaikan berita buruk yang harus didengarnya bila ia hendak menerima kabar baik yang sangat dibutuhkannya. Lukas mencatat sesuatu yang sangat penting bagi kita. Di hadapan kejujuran Yesus, orang itupun pergi, dan saat itu, Yesus memandangnya dengan kesedihan. Lihatlah, Yesus bukannya dingin dan masa bodoh. Ia tidak kekurangan kasih. Perkataan keras itu digerakkkan oleh kasih, dan kesedihan Yesus pada akhir percakapan membuktikan bahwa perkataan-Nya tadi digerakkan oleh kasih. Dalam perkataan Yesus, tidak ada penghakiman yang kejam. Teguran keras itu adalah perkataan anugerah, diucapkan oleh juruselamat dengan kasih, diucapkan untuk menebus.

Kebenaran tidaklah kejam, dan kasih tidak berdusta. Keduanya adalah dua sisi dari satu agenda kebenaran yang sama, dan tujuannya adalah kesejahteraan rohani oranglain. Kebenaran yang tidak dinyatakan dalam kasih bukan lagi merupakan kebenaran karena sudah dibengkokkan oleh maksud manusia. Kasih yang mengabaikan kebenaran bukan lagi kasih, sebab ketika sudah dicemari dengan maksud lain, ia mengesampingkan apa yang terbaik bagi orang yang dikasihi itu.

Saat ini, kita dipanggil kepada kejujuran yang penuh kasih dan kasih yang jujur. Kita akan tergoda untuk melepaskan salah satunya. Berdoalah meminta pertolongan dari Dia yang tetap teguh memegang keduanya, bahkan sampai mati. Anugerah-Nya adalah satu-satunya pengharapan kita untuk tetap setia pada agenda keberan-Nya.

 

Tags :

bonarsitumorang