Kasih dan Kebenaran Dua Sisi Satu Agenda
Kebenaran mengharuskan kita mengasihi dan kasih mengharuskan kita penuh dengan kebenaran.
Bertentangan
dengan pendapat umum, kasih dan kebenaran sesungguhnya tidak saling berlawanan.
Malahan, keduanya pasti ada bersama-sama. Untuk mencintai kebenaran, kita harus
setia pada kasih, dan untuk mencintai kasih, kita harus setia pada kebenaran. Orang
yang paling pengasih yang pernah ada, begitu penuh dengan kasih hingga Ia mati
dengan kejam dan mengenaskan di depan umum karena kejahatan yang diperbuat oleh
oranglain, adalah juga seorang pemberita kebenaran yang paling jujur dan terus
terang yang pernah dikenal oleh dunia ini.
Kasih
Yesus tak pernah bertentangan dengan kejujuran-Nya, dan kejujuran-Nya tak
pernah merintangi kasih-Nya. Namun, bukan hanya itu. Ada sesuatu yang lebih
dalam lagi. Komitmen-Nya menyatakan kebenaran digerakkan oleh kasih-Nya.
Panggilan
Alkitab untuk mengasihi tidak akan pernah memaksa kita untuk memangkas, menyangkal,
maupun membengkokkan kebenaran. Demikian juga dengan panggilan Alkitab untuk
menjungjung kebenaran, tak pernah meminta kita mengabaikan perintah Alllah untuk
mengasihi sesama. Hal ini ditampilkan dengan jelas dalam momen yang sangat
terkenal dari kehidupan Yesus Kristus yang dicatat dalam Lukas 18:18-30. Seorang
pemimpin kaya raya datang kepada Yesus dan bertanya tentang hidup kekal. Sebuah
pertanyaan yang sangat bagus memerlukan jawaban keras sekaligus jujur. Sepanjang
percakapan itu, menurut penilaian modern tampaknya Yesus tidak melakukan
penginjilan yang berhasil.
Di
tengah kejujuran penuh. Yesus tak berusaha membuat injil terdengar menarik. Sebaliknya,
Ia mempertajam dan menyingkapkan pusat penyembahan berhala dalam hati orang
itu. Yesus menyampaikan berita buruk yang harus didengarnya bila ia hendak
menerima kabar baik yang sangat dibutuhkannya. Lukas mencatat sesuatu yang sangat
penting bagi kita. Di hadapan kejujuran Yesus, orang itupun pergi, dan saat
itu, Yesus memandangnya dengan kesedihan. Lihatlah, Yesus bukannya dingin dan
masa bodoh. Ia tidak kekurangan kasih. Perkataan keras itu digerakkkan oleh
kasih, dan kesedihan Yesus pada akhir percakapan membuktikan bahwa perkataan-Nya
tadi digerakkan oleh kasih. Dalam perkataan Yesus, tidak ada penghakiman yang
kejam. Teguran keras itu adalah perkataan anugerah, diucapkan oleh juruselamat
dengan kasih, diucapkan untuk menebus.
Kebenaran
tidaklah kejam, dan kasih tidak berdusta. Keduanya adalah dua sisi dari satu
agenda kebenaran yang sama, dan tujuannya adalah kesejahteraan rohani oranglain.
Kebenaran yang tidak dinyatakan dalam kasih bukan lagi merupakan kebenaran
karena sudah dibengkokkan oleh maksud manusia. Kasih yang mengabaikan kebenaran
bukan lagi kasih, sebab ketika sudah dicemari dengan maksud lain, ia mengesampingkan
apa yang terbaik bagi orang yang dikasihi itu.
Saat
ini, kita dipanggil kepada kejujuran yang penuh kasih dan kasih yang jujur. Kita
akan tergoda untuk melepaskan salah satunya. Berdoalah meminta pertolongan dari
Dia yang tetap teguh memegang keduanya, bahkan sampai mati. Anugerah-Nya adalah
satu-satunya pengharapan kita untuk tetap setia pada agenda keberan-Nya.
Tags : Linimasaku
bonarsitumorang
- Bonar Situmorang
- Medan
- Jakarta Selatan
- bonarsos@gmail.com
- +62852-6969-9009