-->

Oktober 30, 2023

Apa itu Teori Postmodern?

Pada permulaan ini perlu sekali memahami betul teori sosial postmodern yang dikemukakan oleh Pauline Rosenau (1992). Dia mendefenisikan teori tersebut secara gamblang dalam istilah yang berlawanan. Ada lima pemahaman mendasar dalam memahami teori postmodern.

Sumber foto: Kompasiana

Terutama sekali dan sangat nyata, postmodernisme merupakan kritik atas masyarakat modern kegagagalannya dalam memenuhi janji-janjinya. Karena peristiwa yang mengerikan pada abad dua puluh, posmodernis menanyakan bagaimana setiap orang dapat percaya bahwa modernitas telah membawa kemajuan dan harapan bagi masa depan yang lebih cemerlang. Karenanya postmodern cenderung mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan dengan modernitas.

“akumulasi pengalaman peradabatan Barat adalah insdustrialisasi, urbanisasi, kemajuan teknologi, negara bangsa, kehidupan dalam ‘jalur cepat’. Namun mereka meragukan prioritas-prioritas modern, seperti akrier, jabatan, tanggung jawab personal, birokrasi, demokrasi liberal, toleransi, humanism, egalitarianism, penelitian objektif, kriteria evaluasi, prosedur netral, peraturan impersonal dan rasionalitas. (Rosenau, 1992:5-6).

Kedua, teoritis postmodern cenderung menolak apa yang biasanya dikenal dengan pandangan dunia (world view), metanarasi, totalitas dan sebagainya. Seperti Baudrillad (1990/1993:72) sebagai contoh yang memahami: “gerakan atau impulse yang besar dengan kekuatan positif dan efektif dan atraktif mereka (modernitas) telah sirna.” Postmodernis biasanya mengisi kehidupan dengan penjelasan yang sangat terbatas (lokal naratif) atau sama sekali tidak ada penjelasan. Namun, hal ini menunjukkan bahwa selalu ada celah antara perkataan posmodernis dan apa yang mereka terapkan. Sebagaimana yang akan kita lihat, setidaknya beberapa posmodernis menciptakan narasi besar sendiri. Banyak postmodernis merupakan pembentuk teoritis Marxian, dan akibatnya mereka selalu berusahan mengambil jarak dan narasi besar yang menyifatkan posisi tersebut.

Ketiga, pemikir postmodern cenderung menggembor-gemborkan fenomena besar premodern seperti “emosi, perasaan, instuisi, refleksi, spekulasi, pengalaman personal, kebiasaan, kekerasan, metafisika, tradisi, kosmologi, magis, mitos, sentimen keagamaan, dan pengalaman mistik (Rosenau, 1992:6). Seperti yang terlihat dalam hal ini Jean Baudrillard benar, terutama pemikirannya tentang “pertukaran simbolis (symbolic exchange).

Keempat, teoritisi postmodern menolak kecenderungan modern yang meletakkan batas-batas antara hal-hal tertentu seperti disiplin akademik, “budaya dan kehidupan, fisksi dan teori, images dan realitas” (Rosenau, 1992:6). Maka kajian sebagian besar pemikir postmodern cenderung mengembangkan satu atau lebih batas tersebut dan menyarankan bahwa yang lain mungkin melakukan hal yangs sama sebagai contoh, kita melihat Baudrillard menguraikan teori sosialnya dalam bentuk fiksi, fiksi sains, puisi dan sebagainya.

Kelima, banyak potmodern menolak gaya diskursus akademis modern, yang diteliti dan bernalar (Nuyen, 1992:6). Tujuan pengarang postmodern acapkali mengejutkan dan mengagetkan pembaca alih-alih membantu pembaca dengan suatu logika dan alasan argumentative. Hal itu juga cenderung lebih literal dari pada gaya akademis.

Akhirnya postmodern memfokuskan pada inti masyarakat modern, namun teoritisi postmodern mengkhususkan perhatian mereka pada bagian tepi (periphery).

 

Sumber buku:

George Ritzer, 2003. Teori Sosial Postmodern. Halaman 18-20. Pencetak: Kreasi Wacana Yogyakarta.

Tags :

bonarsitumorang