Makalah: Pola Perilaku Sehat Masyarakat di Sekitar Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Perumnas Mandala
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tempat
pembuangan sementara Perumnas Mandala terletak di Kecamatan Percut Sei Tuan,
tepatnya di Jalan Garuda Raya merupakan tempat pembuangan sementara sampah di
daerah Perumnas Mandala. Luas wilayah TPS sekitar 10 meter. Lokasi dikelilingi
pagar yang terbuat dari tepas yang hanya setinggi 2 meter. Letaknya persis di
depan kantor PLN di jalan Garuda Raya yang bersebelahan dengan jalan Parkit
Raya III Perumnas Mandala, dan disampingnya ada kantor Dinas Perhubungan dan
juga kantor Lurah. Tempat pembuangan sementara di Perumnas Mandala lokasinya
tidak jauh dari area pemukiman warga, jaraknya kira-kira kurang dari 1 meter
sehingga aroma tidak sedap dari sampah sangat mengganggu masyarakat sekitar,
apalagi ketika sampah mulai dikerok untuk diangkut ke truk sampah, maka aroma
tidak sedap semakin tercium dan juga aktivitas jalan raya terganggu akibat
sampah yang diangkut menggunakan truk, ketika musim hujan dan panas aroma
sampah semakin tercium oleh masyarakat sekitar.
Tempat pembuangan
sementara sampah di Perumnas Mandala ini sudah berdiri sekitar 25 tahun
lamanya, sekitar 25 tahun yang lalu daerah ini belum banyak dihuni oleh rumah
penduduk sehingga lokasi ini dijadikan tempat pembuangan sampah, tetapi
sekarang daerah ini sudah dipenuhi oleh rumah penduduk dan juga kantor-kantor
pemerintahan. Banyak pemulung datang ke TPSPerumnas Mandala pada setiap
harinya. TPS yang menjadi tempat pembuangan sementara dari seluruh sampah yang
diproduksi oleh masyarakat Perumnas Mandala menjadi ladang bagi para pemulung.
Segala jenis sampah ada di TPS ini. Saat truk-truk pengangkut sampah datang
maka para pemulung berlomba-lomba mengambil sampah yang masih dapat
dimanfaatkan. Mulai dari barang-barang bekas bahkan sampai sampah makanan yang
menurut mereka masih dapat dimanfaatkan.
Hidup sehat merupakan suatu keadaan baik dalam
kehidupan manusia yang seimbang secara fisik,
mental, dan sosial. Pengetahuan mengenai
hidup sehat harus memperhatikan
latar belakang sosial
budaya individu yang
bersangkutan. Pengalaman-pengalaman
yang dijumpai selama
kurun waktu kehidupan
individu dalam proses internalisasinya menjadi
pengetahuan yang terkumpul
dalam ingatannya dan dapat
digunakan sewaktu-waktu jika
dia memerlukannya. Pengetahuan tentang
hidup sehat dapat
melahirkan perilaku-perilaku tertentu dalam menanggapi
berbagai masalah kesehatan.
Pengetahuan seseorang tentang hidup
sehat akan mengarahkannya pada
perilaku yang ditunjukkan
apabila menghadapi keadaan sehat dan sakit. Keadaan sehat dan sakit akan
berbeda bagi setiap orang maka
perilaku yang ditampilkan
pun akan berbeda
pula.
Oleh karena itu daoat
dibuat kesimpulan, perilaku
kesehatan adalah sebuah bentuk perilaku yang menunjukkan adanya kaitan antara
sehat atau sakit. Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, baik sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan adalah lingkungan,
lingkungan bisa mempengaruhi perilaku kesehatan begitu juga sebaliknya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas
dapat di putuskan rumusan masalah, yaitu:
1.
Bagaimana pandangan masyarakat terhadap Tempat Pembuangan Sampah (TPS)di Perumnas
Mandala ?
2.
Bagaimana pola perilaku sehat masyarakat di
sekitar Tempat Pembuangan
Sampah (TPS)?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang
ada, adapun tujuan proposal ini adalah:
1.
Untuk meneliti dan mengetahui pandangan
masyarakat terhadap TPS di Perumnas Mandala.
2.
Untuk meneliti dan mengetahui pola perilaku
sehat masyarakat di sekitar TPS.
1.4 Manfaat
Penelitian
1.4.1. Secara
Teoritis
1.
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
pengembangan ilmu Sosiologi, khususnya Sosiologi Kesehatan.
2.
Diharapkan dapat memperkaya kajian tentang seputar pola perilaku sehat
masyarakat sekitar TPS daerah TPS Perumnas Mandala.
1.4.2. Secara Praktis
1.
Bagi masyarakat
diharapkan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah yang mendirikan TPS di
tempat pemukiman warga Perumnas Mandala.
2.
Bagi pemerintah diharapkan dapat mengetahui kondisi masyarakat di daerah
TPS Perumnas Mandala.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Deskripsi Teori
2.1.1 Pengertian Perilaku
Pengertian
perilaku sehat menurut Soekidjo Notoatmojo (1997: 121) adalah suatu respon
seseorang/organisme terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Kesehatan menurut UU
Kesehatan No. 39 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Perilaku manusia adalah sekumpulan
perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh
adat,sikap,emosi,nilai, etika, kekuasaan,persuasi, dan atau genetika. Perilaku
seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima,
perilaku aneh, dan perilaku menyimpang.
Dalam Sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak
ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial
manusia yang sangat mendasar Menurut Skinner sebagaimana dikutip oleh Soekidjo
Notoatmojo (2010: 21) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan
dari luar (stimulus). Perilaku dapat dikelompokkan menjadi dua:
1) Perilaku tertutup
(covert behaviour), perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus
tersebut masih belum bisa diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon
seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, dan sikap
terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservabel behavior ́ atau
“covert behavior” apabila respons tersebut terjadi dalam diri sendiri, dan
sulit diamati dari luar (orang lain) yang disebut dengan pengetahuan
(knowledge) dan sikap ( attitude).
2) Perilaku Terbuka
(Overt behaviour), apabila respons tersebut dalam bentuk tindakan yang dapat
diamati dari luar (orang lain) yang disebut praktek (practice) yang diamati
orang lain dati luar atau “observabel behavior”.
Perilaku terjadi
melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme
tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori ‘S-O-R”
(Stimulus-Organisme-Respons). Berdasarkan batasan dari Skinner tersebut, maka
dapat didefinisikanbahwaperilaku adalah kegiatanatau aktivitas yang dilakukan
olehseseorang dalam rangka pemenuhan keinginan, kehendak, kebutuhan,nafsu, dan
sebagainya. Kegiatan ini mencakup :
a) Kegiatan kognitif:
pengamatan, perhatian, berfikir yang disebut pengetahuan
b) Kegiatan emosi:
merasakan, menilai yang disebut sikap (afeksi)
c) Kegiatan konasi: keinginan, kehendak yang disebut
tindakan(practice)
Sedangkan
menurutSoekidjo Notoatmojo(1997: 118) perilaku adalah suatu aktivitas dari
manusia itu sendiri.Dan pendapat diatasdisimpulkan bahwa perilaku (aktivitas)
yang ada pada individu tidaktimbul dengan sendirinya,tetapi akibat dari adanya
rangsangan yangmengenai individu tersebut.
Menurut Soekidjo
Notoatmojo (1997: 120- 121) perilaku dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a) Perilaku pasif adalah respon internal, yaitu yang
terjadi dalam diri manusia dan yang tidak secara langsung dapat terlihat orang
lain (tanpa tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap) artinya seseorangyang
memiliki pengetahuan positif untuk mendukung hidup sehattetapi ia belum
melakukannya secara kongkrit.
b) Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati
secara langsung(melakukan tindakan), misalnya: seseorang yang tahu bahwa
menjaga kebersihan amat penting bagi kesehatannya ia sendirimelaksanakan dengan
baik serta dapat menganjurkan pada orang lain untuk berbuat serupa.
2.1.2 Perilaku Hidup Sehat
Menurut Becker konsep
perilaku sehat merupakan pengembangan dari konsep perilaku yang dikembangkan
Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yakni pengetahuan
kesehatan (health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan
praktik kesehatan (health practice) . Hal ini berguna untuk mengukur seberapa
besar tingkat perilaku kesehatan individu yang menjadi unit analisis penelitian.
Becker mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi:
a) Pengetahuan
kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh
seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang
penyakit menular, pengetahuan tentang faktor- faktor yang terkait. dan atau
mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan
pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.
b) Sikap,sikap terhadap
kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit
menular dan tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau
memengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap
untuk menghindari kecelakaan.
c) Praktek
kesehatan,praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau
aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap
penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap
faktor- faktor yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan, tindakan tentang
fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari kecelakaan.
Beberapa kutipan lain
tentang perilaku kesehatan diungkapkan oleh: 1) Solita, perilaku kesehatan
merupakan segala untuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya,
khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta
tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. 2) Cals dan Cobb mengemukakan
perilaku kesehatan sebagai: “perilaku untuk mencegah penyakit pada tahap belum
menunjukkan gejala (asymptomatic stage) ”. 3) Skinner perilaku kesehatan
(healthy behavior) diartikan sebagai respon seseorang terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sehat – sakit, penyakit, dan faktor - faktor yang
mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan kata
lain, perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik
yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable),
yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan
kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah
kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhanapabila sakit
atau terkena masalah kesehatan.
Perilaku kesehatan merupakan suatu
repson seseorang (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta
lingkungan. Dalam konteks pelayanan kesehatan, perilaku kesehatan dibagi
menjadi dua: 1) Perilaku masyarakat
yang dilayani atau menerima pelayanan (consumer), 2) Perilaku pemberi pelayanan atau petugas kesehatan yang melayani
(provider).
Dimensi Perilaku kesehatan dibagi menjadi
dua (Soekidjo Notoatmojo, 2010:24), yaitu:
a. Healthy
Behavior yaitu perilaku orang
sehat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan. Disebut juga perilaku
preventif (tindakan atau upaya untuk mencegah dari sakit dan masalah kesehatan
yang lain: kecelakaan) dan promotif (Tindakan atau kegiatan untuk memelihara
dan meningkatkannya kesehatannya). Contoh: 1) Rumah yang bersih/tidak tinggal
dilingkungan yang banyak sampah, 2) Makan dengan gizi seimbang, 3) Olah raga/kegiatan
fisik secara teratur, 4) Tidak mengkonsumsi makanan/minuman yang mengandung zat
adiktif, 5) Rekreasi /mengendalikan stress.
b. Health
Seeking Behavior yaitu
perilaku orang sakit untuk memperoleh kesembuhan dan pemulihan kesehatannya.
Disebut juga perilaku kuratif dan rehabilitative yang mencakup kegiatan: 1)
Mengenali gejala penyakit, 2) Upaya memperoleh kesembuhan dan pemulihan yaitu
dengan mengobati sendiri atau mencari pelayanan (tradisional, profesional), 3)
Patuh terhadap proses penyembuhan dan pemulihan (complientce) atau kepatuhan.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Hidup
Sehat
Perilaku
kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat
diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati(unobservable), yang
berkaitan dengan pemeliharaan danpeningkatan kesehatan. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap perilakuhidup sehat antara lain dipengaruhi oleh (Soekidjo
Notoatmojo, 2010: 25):
a) Faktor makanan dan minuman terdiri dari kebiasaan
makan pagi, pemilihan jenis makanan, jumlah makanan dan minuman, kebersihanmakanan.
b) Faktor perilaku terhadap kebersihan diri sendiri
terdiri dari mandi,membersihkan mulut dan gigi, membersihkan tangan dan kakikebersihan
pakaian.
c) Faktor perilaku terhadap kebersihan lingkungan lingkungan
terdiri dari kebersihan kamar, kebersihan rumah, kebersihan lingkungan rumah,
kebersihan lingkungan sekolah.
d) Faktor perilaku terhadap sakit dan penyakit terdiri
dari pemeliharaankesehatan, pencegahan terhadap penyakit, rencana pengobatan
dan pemulihan kesehatan.
e) Faktor keseimbangan antara kegiatan istirahat dan
olahraga terdiri dari banyaknya waktu istirahat, aktivitas di rumah dan
olahraga teratur.
Secara rinci faktor -
faktor tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Perilaku
terhadap Makanan dan Minuman
Tubuh
manusia tumbuh karena adanya zat-zat yang berasal dari makanan. Oleh sebab itu
untuk dapat melangsungkan hidupnya manusia mutlak memerlukan makanan. Dengan
adanya pengetahuan tentang zat - zat gizi seseorangakan mampu menyediakan dan
menghidangkan makanan secara seimbang, dalam arti komposisi ini penting untuk
pertumbuhan dan perkambangan. Pemenuhan unsur - unsur dalam komposisi makanan
menunjang tercapainya kondisi tubuh yang sehat. Variasi makanan sangat memegang
peranan penting dalam per tumbuhan dan perkembangan, makin beraneka ragam bahan
makanan yang dimakan, makin beragam pula sumber zat gizi yang masuk ke dalam
tubuh.
Adapun
fungsi makanan bagi tubuh adalah mengurangi dan mencegah rasa lapar, mengganti
sel-sel tubuh yang rusak, untuk pertumbuhan badan, sebagai sumber tenaga, dan
membantu pentembuhan penyakit. Selain makanan, yang harus diperhatikan adalah
minuman. Menurut pendapat Purnomo Ananto dan Abdul Kadir ( 2010 : 23) air yang
sehat adalah air yang bersih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung hama
dan tidak mengandung zat - zat kimia yang berbahaya. Minum air yang sudah
dimasak sampai mendidih ± 100°C sebanyak 6- 8 gelas sehari.Bila banyak mengeluarkan
keringat dan bayak buang air, jumlah air yang diminum hendaknya perlu ditambah
agar tubuh tidak kekurangan cairan. Adapun fungsi air bagi tubuh adalah sebagai
zat pembangun, sebagai zat pengatur, dan sebagai pengaturan panas tubuh atau
suhu tubuh.
b. Perilaku
terhadap Kebersihan Diri Sendiri
Upaya
pertama dan yang paling utama agar seseorang dapat tetap dalam keadaan sehat
adalah dengan menjaga kebersihan diri sendiri. Menjaga kebersihan diri sendiri
sebenarnya bukanlah hal yang mudah namun bukan pula hal yang terlalu sulit
untuk dilaksanakan. Memelihara kebersihan diri sendiri secara optimal tidak mungkin
terwujud tanpa ada penanaman sikap hidup bersih, dan contoh teladan dari
keluarga dan masyarakat sekitarnya. Tujuan kebersihan diri sendiri adalah agar
sesorang mengetahui akanmanfaat kebersihan diri sendiri dan mampu membersihkan
bagian-bagian tubuh, serta mampu menerapkan perawatan kebersihan diri sendiri
dalam upaya peningkatan hidup sehat. Kebersihan pangkal kesehatan adalah slogan
yang tidak bisa dipungkiri kebenarannya, oleh sebab itu hendaknya setiap orang
harus selalu berupaya memelihara dan meningkatkan taraf kebersihan itu sendiri,
antara lain dengancara:
1) Mandi
adalah membersihkan
kotoran yang menempel pada badan dengan menggunakan air bersih dan sabun.
Menurut Purnomo Ananto dan Abdul Kadir (2010:7) manfaat mandi adalah sebagai
berikut: menghilangkan kotoran yang melekat pada permukaan kulit, menghilangkan
bau keringat, merangsang peredaran darah dan syaraf, mengembalikan kesegaran
tubuh.
2) Membersihkan
Rambut
3) Membersihkan
Mulut dan Gigi. Mulut termasuk
lidah dan gigi merupakan sebagian dari alat pencernaan makanan. Menurut Purnomo
Ananto dan Abdu Kadir (2010:12), mulut berupa suatu rongga yang dibatasi oleh
jaringan lemak, di bagian belakang berhubungan dengan tenggorokan dan di depan
ditutup oleh bibir. Gigi menurut Sadatoen Sordjoharjo (1986: 99) adalah alat-alat
sistem pencernaan makanan yang memegang peran penting dalam kesehatan tubuh.
Mulut dan gigi merupakan satu kesatuan karena gigi terdapat di rongga mulut.
Dengan membersihkan gigi berarti kita selalu membersihkan rongga mulut dari
sisa – sisa makanan yang biasa tertinggal di antara gigi.
4) Memakai
Pakaian yang Bersih dan Serasi. Pakaian
yang dimaksud disini meliputi pakaian yang erat hubungannya dengan kesehatan
seperti kemeja, kaos, baju, celana, rok, kaos kaki, CD (celana dalam), BH
(bra). Fungsi pakain menurut pendapat
Purnomo Ananto dan Abdul Kadir (2010 : 14) adalah untuk melindungi kulit dari
kotoranyang berasal dari luar dan juga untuk membantu mengatur suhu tubuh.
c. Perilaku
terhadap Kebersihan Lingkungan
Perilaku
terhadap kebersihan lingkungan adalah respon seseorang terhadap lingkungan
sebagau determinan kesehatan manusia (Soekidjo Notoatmojo, 1997: 122).Manusia
selalu hidup dan berada di suatu lingkungan, seperti lingkungan tempat
tinggal,tempat belajar, tempat melakukan aktivitas jasmani dan olahraga ataupun tempat melakukan rekreasi. Manusia
dapat mengubah, memperbaiki, dan mengembangkan lingkungannya untuk memperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya dari lingkungan itu.Namun demikian, sering pula
terjadi bahwa manusia, baik secara sadar atau tidak karena ketidaktahuan dan
kelalaian ataupun alasan- alasan tertentu, malah mengotori lingkungan bahkan
kadang-kadang juga merusak lingkungan, dapat terus mencapai derajat kesehatan
yang baik manusia harus hidup sehat secara teratur.
Untuk
dapat hidup sehat diperlukan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat.
Dimanapun manusia berada iaselalu bersama-sama dengan lingkungannya, baik pada waktu
belajar, bekerja, makan-minum maupun istirahat manusia tetap bersatu dengan
lingkungannya. Oleh karena itu, kondisi lingkungan perlu benar-benar
diperhatikan agar tidak merusak kesehatan. Dengan menyadariakan arti kesehatan
lingkungan, jelas bahwa kesehatan lingkungan merupakan salah satu/daya upaya
yang bersifat pencegahan yang dapat dilakukan mulai sejak dini, baik dari
lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah. Menurut Ichsan (1979: 24) guna
mempelajari kesehatan lingkungan yang diberikan di sekolah, diharapkan agar
siswa dapat:
ü
Mengenal,
memahami masalah kesehatan lingkungan,
ü
Memiliki
sikap positif dan peran aktif dalam usaha kesehatan lingkungan,
ü
Memiliki
keterampilan untuk memelihara dan melestarikan kesehatan lingkungan dalam
kehidupan sehari -hari.
d. Perilaku
terhadap Sakit dan Penyakit
Perilaku seseorang terhadap sakit
dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon, baik secara pasif (mengetahui,
bersikap, dan mempersepsi penyakit) serta rasa sakit yang ada pada dirinya dan
di luar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan
penyakit dan sakit tersebut (SoekidjoNotoatmojo, 1997: 121).
Perilaku manusia terhadap sakit dan
penyakit menurut Soekidjo Notoatmojo (1997: 121-122), meliputi:
o
Perilaku
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
o
Perilaku
pencegahan penyakit.
o
Perilaku
pencarian pengobatan.
o
Perilaku
pemulihan kesehatan.Kesehatan tidak akan datang
dengan sendirinya, namun perlu adanya usaha. Usaha tersebut adalah dengan
megupayakan agar setiap orang mempunyai perilaku hidup sehat. Dengan demikian
semua perilaku hidup sehat di atas hendaknya dimiliki oleh siswa.
e. Keseimbangan
antara Kegiatan, Istirahat, dan Olahraga
Kegiatan
sehari-hari harus diatur sedemikian rupa sehingga ada keseimbangan antara
kegiatan, istirahat, dan olahraga.Istirahat tidak hanya mengurangi aktivitas
otot akan tetapi dapat meringankan ketegangan pikiran dan menenangkan rohani.
2.2 Kerangka Pikir
Berdasarkan
teori di atas dapat ditarik kerangka pikir sebagai berikut :
Perilaku terhadap kebersihan
diri sendiri
|
Perilaku terhadap makanan dan
minuman
|
Perilaku hidup sehat
|
Perilaku terhadap kebersihan
lingkungan
|
Perilaku terhadap sakit dan
penyakit
|
Perilaku terhadap
keseimbangan antara
kegiatan, istirahat dan
olahraga
a
|
Sumber:Purnomo
Ananto dan Abdul Kadir. (2010)
Gambar 1. Kerangka Pikir
Perilaku
hidup sehat diukur melalui lima dimensi yaitu perilakuterhadap makanan dan
minuman, perilaku terhadap kebersihan diri sendiriperilaku terhadap kebersihan
lingkungan, perilaku terhadap sakit dan penyakitserta perilaku terhadap
keseimbangan antara kegiatan, istirat dan olahraga.Kelima indikator tersebut
sangat mempengaruhi perilaku hidup sehat, karenasemakin baik
indikator-indikator tersebut maka perilaku hidup sehatjugaakan semakin baik.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis
Penelitian
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian kualitatif
merupakan metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentangapa yang
dialamai oleh subjek penelitian dengan metode studi kasus sebagai kajian yang
rinci atas suatu latar atau peristiwa tertentu. Studi kasus (case study)
merupakan penelitian yang penelaahannya kepada suatu kasus dilakukan secara
intensif, mendalam dan mendetail. Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif pendekatan
studi kasus. Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong (2007: 4) bahwa pendekatan
kualitatif merupakan “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati”. Sementara metode deskriptif (dalam Lexy J. Moleong, 2007: 11) adalah
data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.
Pendekatan kualitatif juga diartikan
sebagai pendekatan yang dapat menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang
dapat diamati. Penelitian ini bersifat mengungkap fakta. Hasil penelitian lebih
ditekankan pada pemberian gambaran secara objektif tentang keadaan yang
sebenarnya dari objek yang diselidiki. Dengan menggunakan pendekatan metode
penelitian kualitatif, peneliti akan memperoleh informasi atau data yang lebih
mendalam mengenai bagaimana sebenarnya pola perilaku kesehatan masyarakat di
Tempat Pembuangan Sampah yang ada di daerah Jl. Parkit Raya, Kecamatan Percut
Sei Tuan.
3.2 Lokasi dan
Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di Tempat Pembuangan Sampah yang ada di daerah Jl. Parkit Raya,
Kecamatan Percut Sei Tuan, . Yang menjadi alasan utama peneliti memilih lokasi
tersebut karena perlu dilakukan sebuah penelitian tentang perilaku kesehatan
masyarakat di Tempat Pembuangan Sampah (TPS), regulasi yang sudah ada
bahwasanya Tempat Pembuangan Sampah (TPS) harus jauh dari pemukiman penduduk.
Sedangkan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Jl. Parkit Raya, Kecamatan Percut Sei
Tuan, berada di tengah-tengah pemukiman penduduk. Keberadaan Tempat Pembuangan
Sampah (TPS) tersebut memiliki dampak negatif dan positifnya dan banyak
mempengaruhi aspek kesehatan dan sosial-ekonomi masyarakat. Sehingga Sosiologi
Kesehatan bisa memberikan penjelasan keadaan tersebut dengan menggunakan teori
sosial sebagai pisau intrepretasinya.Sehingga
peneliti tertarik untuk melihat bagaimana sebenarnya pola perilaku kesehatan
dan juga sebab-akibat daripada Tempat
Pembuangan Sampah (TPS) tersebut. Ada pun waktu pelaksanaan penelitian ini
berlangsung pada tanggal 5 November 2015.
3.3 Unit
Analisis dan Informan
3.3.1. Unit Analisis
Unit analisis adalah hal-hal yang
diperhitungkan menjadi subjek penelitian keseluruhan unsur yang menjadi fokus
penelitian (Bungin, 2007). Unit analisis juga adalah proses mengatur urutan
data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan uraian besar
(Maleong, 2000). Ada dua jumlah unit dalam penelitian sosial yaitu individu dan
kelompok sosial.
Dalam penelitian ini yang menjadi unit
analisisnya atau objek kajiannya adalah masyarakat yang ada di sekitar Tempat
Pembuangan Sampah (TPS) Jl. Parkit Raya, Kecamatan Percut Sei Tuan, sebagai
subjek untuk diamati dan sumber pencarian infomasi penelitian ini.
3.3.2. Informan
Informan
merupakan orang-orang menjadi sumber informasi dalam penelitian merupakan
sumber nformasu aktual dalam menjelaskan tengan masalah penelitian.Informan
penelitian adalah subjek yang memahami keadaan. Teknik penentuan informan dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive
merupakan penentuan informasi dengan pertimbangan tertentu atau bertujuan.
Dalam penelitian ini yang menjadi informan penelitian adalah:
1. Pemulung sampah
2. Pedagang yang ada di sekita TPS
3. Masyarakat yang telah lama
bertempat tinggal di sekitar TPS
4. Masyarakat pendatang yang ada
di sekitar TPS, dan
5. Pihak-pihak
terkait sebagai informan biasa.
3.4 Teknik
Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan
data, penelitiakan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data agar dalam
mendapat informasi sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.4.1. Data Primer
Data primer adalah data yang
didapatkan secara langsung dari objek penelitian pada saat penelitian dilakukan
melalui wawancara, obeservasi dan dokumentasi hal ini dilakukan untuk
memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan rumusan masalahnya.
a. Wawancara
Wawancara meupakan salah satu metode penting
untuk memperoleh data di lapangan. Teknik wawancara adalah teknik yang
dilakukan dengan percakapan untuk meperoleh informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam dengan teknik wawancara terstruktur di mana draft pertanyaan telah
disiapkan oleh peneliti sebagai pedoman untuk proses mewawancarai informan.
Dalam proses wawancara tersbebut peneliti akanmenggunakan alat bantu berupa
perekam suara untuk membantu peneliti dalam mendapatkan hasil.
b. Observasi
Selain wawancara, peneliti juga menggunakan
teknik observasi partisipatif pasif di mana peneliti ikut
terjun dan melakukan kegiatan sesuai tema yang menjadi objek penelitian.Metode observasi langsung dilakukan melalui pengamatan
gejala-gejala yang tampak pada objek-objek penelitian pada saat peristiwa
sedang berlangsung (Nawawi, 2006). Metode obeservasi ini dilakukan jika
informan tidak dapat menjelaskan mengenai tindakan yangia lakukan atau karena
ia tidak menjelaskan mengenai tindakannya. Oleh karena itu, data dari metode
observasi langsung diharapkan dapat menunjang data dari metode wawancara.
c. Dokumentasi
Dokumentasi
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
dokomen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.
Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.
Metode dokumentasi digunakan untuk mendukung hasil wawancara dan observasi yang
dilakukan.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berkaitan
dengan objek penelitian namun bukan dari penelitian lapangan. Data sekunder
dari penelitian lapangan dapat diperoleh dari kepustakaan yakni mencari data
dari artikel, jurnal, buku, internet ataupun sumber lainnya yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian inii
dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencacatan dokumen, yaitu
dengan mengumpulkan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan dan
mengumpulkan data, serta mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen,
majalah dan jurnal.
Data
sekunder yang berasal dari penelusuran data online
yang merupakan tata cara melakukan penelurusuran dat melalu media online ssperti internet atau media
jaringan yang lain menyediakan fasilitas online
berupa data atau informasi yang berupa teori, secepat atau semudah mungkin
dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis (Bungin, 2007).
3.5.
Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan suatu tahap pegelolaan
data, baik itu data primer maupun data sekunder yang telah didapatkan yang
merupakan sebagai data yang akan diproses. Dalam penelitian ini peneliti
mengumpulkan data melalui wawancara,
observasi dan juga dokumentasi. Semua
data akan dianlisis dengan pengolahan dan penafsiran data yang diperoleh dari
setiap informasi.
Teknis intrepretasi data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dengan beberapa
tahapan seperti tergambar pada skema berikut :
Pengumpulan
Data
|
Penyajian
Data
|
Penarikan
Kesimpulan dan Verifikasi
|
Reduksi
Data
|
Langkah-langkah
analisis data yang gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengumpulan
data
Data-data yang
diperoleh di lapangan dicatat atau direkam dalam bentuk naratif, yaitu uraian
data yang diperoleh dari lapangan apa adanya tanpa adanya komentar peneliti
yang berbentuk catatan kecil. Dari catatan deskriptif ini, kemudian dibuat
catatan refleksi yaitu catatan yang berisi komentar, pendapat atau penafsiran
peneliti atas fenomena yang ditemui di lapangan.
b. Reduksi data
Reduksi data
merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, pada penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan.
Reduksi data dilakukan terus menerus selama penelitian dilaksanakan. Reduksi
data merupakan wujud analisis yang menajamkan, mengklarifikasikan, mengarahkan,
membuang data yang tidak berkaitan dengan pokok persoalan. Selanjutnya dibuat
ringkasan, pengkodean, penelusuran tema-tema, membuat catatan kecil yang
dirasakan penting pada kejadian seketika yang dipandang penting berkaitan
dengan pokok persoalan.
c. Penyajian data
Kemudian
disusun dan dikategorisasikan berdasarkan maslah yang berhubungan dengan
konteks penelitian serta diintrepretasikan secara kualitatif sesuai dengan
metode penelitian yang dudah ditentukan. Pada tahapan ini disajikan data hasil
temuan di lapangan dalam bentuk teks deskriptif naratif.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil
wawancara yang telah kami lakukan, terlihat warga sekitar tempat pembuangan
sampah memiliki pandangan negatif dengan keberadaan tempat pembuangan sementara
yang ada di sekitar rumah mereka. Aroma tidak sedap dari sampah yang menumpuk
membuat warga tidak terlalu nyaman dalam beraktifitas sehari-hari. Namun dari penuturan warga, mereka telah
beradaptasi dengan keadaan yang ada. Mayoritas penduduk yang tinggal di sekitar
pembuangan sampah sudah lama menetap di sana. Dapat kita simpulkan bahwa
masyarakat sekitar telah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Seperti yang
dituturkan oleh Ibu Imelda Sihombing yang awalnya merasa sangat resah saat baru
pertama kali membuka usaha salon di dekat pembuangan sampah. Ia sering merasa
pusing karena bau sampah yang begitu menyengat. Apalagi saat musim hujan, air
tumpukan sampah mengalir ke pemukiman warga.
Dari beberapa
warga yang kami wawancarai sebagai informan penelitian kami terlihat bahwa
warga merasa terganggu dan meninginkan agar pembuangan sampah dipindahkan ke
tempat yang lebih sedikit penduduknya. Alasan lainnya adalah keberadaan
tempat-tempat penting di sekitar tempat pembuangan sampah seperti kantor PDAM,
kantor cabang PLN, kantor Kelurahan dan terminal angkot. Keberadaan TPS dirasa
sudah sangat tidak layak. Hal ini tentu mempengaruhi aspek kehidupan warga
seperti dari sisi kesehatan dan ekonomi. Seperti yang kita ketahui bahwa
derajat kesehatan seseorang yang paling besar pengaruhnya adalah dari sisi
lingkungan. Yang menarik, dari penuturan warga, belum ada warga di sekitar TPS
yang mengalami penyakit akibat sampah. Penyakit-penyakit yang dialami hanya
berkisar pada penyakit-penyakit biasa seperti batuk, pilek ataupun demam. Hal
yang disayangkan adalah tidak adanya sosialisasi dari instansi pemerintah
khususnya dinas kesehatan. Padahal lokasi puskesmas tidak jauh dari pemukiman
warga. Sosialisasi perlu dilakukan agar warga dapat menjaga pola kehidupan
mereka agar terhindar dari sakit penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan
mereka yang tidak mendukung kesehatan.
Dari sisi
ekonomi dapat kita lihat dari dua sisi. Warga yang tinggal dekat dengan TPS
tentu merasa dirugikan. Dari wawancara kami dengan Ibu Imelda, banyak pelanggan
salonnya yang enggan datang karena merasa tidak nyaman dengan aroma tidak sedap
dari TPS. Oleh karena itu untuk menarik perhatian pelanggan ia menerpkan tarif
yang lebih murah dibandingkan dengan salon lainnya. Contoh lainnya adalah
mengenai rumah kontrakan. Banyak warga pendatang yang enggan menyewa rumah di
sekitar TPS karena merasa tidak nyaman dengan aroma tidak sedap dari sampah.
Hal ini tentu merugikan bagi warga yang memiliki usaha rumah kontrakan. Namun
keberadaan TPS juga bisa berdampak positif bagi orang lain. Keberadaan TPS
mengundang puluhan pemulung untuk mencari barang-barang bekas yang memiliki
nilai jual tinggi. Setiap kali ada sampah yang masuk, pemulung dengan cepat
mengais sampah yang ada. Selain mencari barang bekas,ada juga pemulung yang
mengambil sisa-sisa makanan yang menurut informan kami (Ibu Ika) akan dijadikan
sebagai pakan ternak babi.
Hal lain yang
perlu dibahas adalah mengenai sebuah rumah yang ada di dalam TPS. Ada sebuah
keluarga yang tinggal di rumah tersebut. Kami berhasil mewawancarai salah satu
anggota keluarga yang tinggal di rumah itu. Informan kami ini bernama Ibu Ika.
Saat kami ingin memulai pembicaraan ibu ini sedikit pesimis dengan kami. Ia
menanyakan apakah kami dari sebuah instansi atau tidak. Setelah kami
menjelaskan bahwa kami adalah mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas dan
disertai dengan berbagai pendekatan, kami akhirnya dapat menggali informasi
dari si ibu tersebut. Namun ibu tersebut mengharapkan iming-iming semacam
hadiah dari kami sebab dalam benak mereka kami memiliki dana dari proyek
penelitian. Ibu Ika sudah 28 tahun tinggal di rumah tersebut. Dari penuturan
ibu tersebut, lahan TPS yang saat ini ada awalnya adalah sebuah tanah kosong.
Namun karena banyak warga yang membuang sampah di situ lama kelamaan lahan
tersebut dijadikan tempat pembuangan sampah. Suami ibu itu adalah seorang PNS
yang bekerja di bidang kebersihan. Oleh karena itu ia dan suaminya beserta anak
tinggal di rumah yang ada di lapangan tersebut.
Yang akan dibahas adalah pola perilaku
kesehatan yang diadaptasi oleh keluarga Ibu Melani. Pengakuan Ibu Ika cukup
mengejutkan. Selama 28 tahun ia tinggal di dekat pembuangan sampah, keluarganya
tetap sehat. Ia mengenalkan seorang anaknya yang telah dewasa. Ia belum pernah
mengalami sakit yang cukup parah sebagai akibat dari sampah. Semua anaknya
tumbuh besar dan sebagian sudah menikah. Ia merasa tidak terganggu dengan
keberadaan pembuangan sampah yang sudah menggunung. Hal ini tentu berlawanan
dengan pendapat warga sekitar yang sangat resah dengan keberadaan TPS tersebut.
Selain sangat meresahkan warga juga menginginkan agar TPS tersebut dipindahkan
karena menurut mereka sudah sangat tidak layak sebuah TPS berada di tengah
pemukiman warga. Namun Ibu Melani membantah pertanyaan tersebut. Ia merasa
bahwa warga setuju-setuju saja dengan keberadaan TPS tersebut. Kemudian Ibu
Melani juga merasa keberadaan TPS tidak perlu dipindahkan karena menurutnya
keberadaan TPS tidak menggangu.
Ia menunjukkan
bukti pada diri dan keluarganya sendiri. Selama 25 tahun tinggal ia tidak
merasa terganggu sehingga keberadaan TPS dirasa tidak perlu diganggu gugat. Hal
ini dapat kita pahami sebagai bentuk pembelaan diri Bu Melani karena suaminya
adalah seorang pegawai yang bekerja di TPS tersebut. Hal ini tidak dapat kita
salahkan karena ia merasa nyaman dengan apa yang ia peroleh saat ini. Anaknya
juga bekerja sebagai operator alat berat di tempat pembuangan tersebut.
Sehingga wajar jika Bu Melani merasa nyaman dengan TPS tersebut dan tidak
merasa terganggu dengan keberadaan TPS. Karena secara logika jika TPS tersebut
ditutup maka kemungkinan besar anaknya tidak bisa lagi menjadi petugas
kebersihan. tentu hal ini akan mempengaruhi kondisi perekonomian mereka.
Dari
hasil wawancara yang telah kami lakukan, terlihat bahwa peran pemerintah
melalui dinas kesehatan tidak berjalan dengan baik. Pelayanan kesehatan yang
seharusnya dijalankan tidak terlaksana dengan baik. Petugas Puskesmas tidak
menjalankan fungsinya. Faktor lingkungan mengambil porsi terbesar dalam derajat
kesehatan seseorang (45%). Namun dari hasil penelitian kami terlihat lingkungan
tidak menjadi masalah yang berarti bagi masyarakat di sekitar TPS Perumnas
Mandala. Pola adaptasi warga yang sangat baik menyebabkan lingkungan di sekitar
tempat tinggal mereka tidak bisa memengaruhi derajat kesehatan warga, meskipun
terdapat sebuah tempat pembuangan sampah sementara. Yang harus kita kaji lebih
dalam adalah pola perilaku kesehatan yang diterapkan warga sehingga mampu
beradaptasi dengan lingkungan yang tidak mendukung kesehatan mereka.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesehatan
adalah hal yang sangat penting bagi masyarakat. Bersama sandang dan pangan,
ketiga hal ini mutlak diperoleh semua lapisan masyarakat. Dengan hasil
penelitian yang telah kami lakukan terlihat perilaku kesehatan warga tempat
pembuangan sampah yang berusaha untuk mengadaptasikan dirinya terhadap lingkungan
di sekitarnya. Aspek lingkungan yang sangat besar pengaruhnya berusaha mereka
tutupi dengan pola kehidupan dan perilaku kesehatan mereka yang baik terhadap
keluarganya.
Manusia
dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang. Ruang tersebut
diperlukan dalam usaha meningkatkan status kualitas hidupnya, yaitu dengan
mengolah sumber daya, baik itu sumber daya alam ataupun sumber daya manusia itu
sendiri. Disadari atau tidak, dalam proses pemanfaatan sumber daya itu, manusia
menghasilkan sampah, dan sampah akan menyebabkan pencemaran lingkungan.
Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
memang diperlukan oleh suatu daerah karena sampah senantiasa diproduksi oleh
masyarakat. Selama masyarakat terus berkembang maka produksi sampah pun semakin
besar. TPA sebagai terminal akhir sampah memerlukan ruang dalam menampungnya.
Penempatan ruang itu tentunya memerlukan perencanaan dan pemikiran yang sangat
matang dari pengelola serta sudah barang tentu pemerintah daerah sebagai
pemilik dan penyedia fasilitas itu.
Respons masyarakat setempat terhadap
keberadaan TPA di Dearah Perumnas
Mandala Kabupaten Deli Serdang menarik untuk diteliti secara kajian
budaya juga kesehatan. Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui teknik analisi
deskriptif-kualitatif dan interpretatif yang dibantu oleh teknik pengumpulan
data yang mencakup wawancara, observasi, dan dokumentasi. Jadi, perilaku
kesehatan masyarakat yang ada di sekitar TPA di daerah Perumnas Mandala
Kabupaten Deli Serdang menujukkan pola dan juga kebisaan yang dituntut oleh
tujuan budaya, sosial dan ekonomi.
5.2. Saran
Adapun saran dari kelompok kami adalah perlu adanya sosialisasi dari pihak
kesehatan di sekitar daerah tersebut untuk mengantisipasi dampak penyakit yang diimbulkan
dari aroma sampah tersebut, yang menurut informan kami dampak sampah tersebut
dapat mengganggu pernafasan juga paru-paru juga dapat berpengaruh terhadap
ekonomi mereka (informan). Kemudian juga saran bagi pihak pemerintah sekitar
termasuk Lurah daerah tersebut agar kiranya TPS tersebut dapat dipindahkan
segera mungkin, dikarenakan memang tempat tersebut sudah tidak layak untuk
dijadikan sebagai TPS karena, tempat tersebut sudah ramai masyarakat yang
bertempat tinggal disana.
Selain
daripada itu, keberadaan tempat pembuangan sampah sebaiknya regulasi yang ada
sekarang dikaji ulang. banyak hal yang harus dianalisis tentang keberadaan
suatu tempat pembuangan sampah sementara. dalam hal ini, saran kami kepada
pembuat regulasi dan yang berfungsi sebagai pembentuk kebijakan dalam
masyarakat. Tempat sampah harus bisa menyesuaikan dengan faktor-faktor
kesehatan yang sudah ada indikatornya. Di sisi lain perilaku kesehatan harus
bisa menunjukkan derajat kesehatan yang bisa berhubungan dengan infrastruktur yang
dibangun oleh pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
White, Kevin. Pengantar Sosiologi
Kesehatan dan Penyakit. Rajawali. Jakarta. 2011.
Bungin, Burhan. Penelitian
Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.
Kencana. 2011.
Sumber lain:
http://isnariia.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-pola-hidup-sehat.html/
disunting pada tanggal 20
november 2015 pukul 08.23
http://www.yhschurch.com/gaya-hidup-sehat-dan-pola-hidup-sehat/disunting
pada tanggal 20 november 2015 pukul
08.25
http://www.psychologymania.com/2012/06/pengertian-perilaku-kesehatan.html/disunting
pada tanggal 20 november 2015 pukul 08.31
Tags : Jurnal Sosiologi