PRO DAN KONTRA TRANSPORTASI ONLINE
Saat
ini mulai ada kesadaran publik bahwa hidup otomatisasi adalah sebuah solusi
cepat dalam mencapai sesuatu keinginan. Masyarakat informasi (information society) sekarang mendewakan
sebuah cara pandang “cepat dan tepat”. Keadaan tersebut melebur terhadap setiap
individu. Fenomena ini menjadi sebuah proses pada setiap sisi kehidupan
masyarakat. Salah satu menjadi faktas sosial keadaan di atas adalah kehadiran transportasi
online.
Transportasi
online sebuah cara cepat dan tepat
yang diyakini masyarakat dewasa ini untuk mengatasi kesibukan sehari-hari.
Tentunya tranportasi online memberikan
sebuah kemudahan untuk membantu masyarakat dalam melakukan mobilitas. Keadaan
ini tidak bisa diabaikan dari sebuah konsep social
change yang senantiasa ada di depan masyarakat. Kehadiran tranportasi online merupakan out put dari perkembangan teknologi, cipta karsa, dan berkembangannya
proses modernisasi dalam masyarakat nasional bahkan internasional.
Sebuah
hukum sebab akibat kehadiran teknologi, bahwasanya ada yang menerima dan ada
pula menolak perubahan yang sudah terjadi. Satu sisi masyarakat yang belum siap
menerima modernisasi akan menganggap transportasi online adalah salah bentuk baru kapitalisme yang mencari keuntungan
semata. Sisi yang lain masyarakat modern akan memanfaatkan transportasi online sebagai alat untuk mempermudah
tuntutan hidup yang serba cepat sekarang ini.
Dampak Transportasi Online
Dampak sebuah teknologi bukan semata-mata memberikan pengaruh
yang positif saja, melainkan pengaruh negatif yang signifikan bagi masyarakat
yang belum siap menerima perubahan. Kehadirannya akan memberikan kemudahan,
kenyamanan, dan membukal lapangan pekerjaan yang baru bagi mayarakat. Namun, sektor
yang paling banyak dipengaruhi adalah masyarakat yang masih mengalami digital divide. Artinya masyarakat yang
tidak mampu memiliki uang untuk membeli peralatan teknologi untuk dapat
mengakses broadband, yang tidak memiliki
keterampilan, sehingga tidak mampu memanfaatkan teknolologi yang semakin maju.
Keadaan tersebut menunjukkan adanya kesenjangan digital dan kepemilikan modal
sebagai bukti bahwa masih banyak orang yang tidak memiliki akses. Menjadi sebuah pukulan telak bagi masyarakat, misalnya tukang becak dan supir angkutan umum yang bekerja di sektor informal. Dari berbagai latar belakang sosial dan ekonomi membuat tukang becak dan supir angkutan umum mengalami konflik pekerjaan, pemenuhan kebutuhan hidup, dan kekhawatiran atas persaingan hidup. Wilayah utama yang menjadi konflik adalah income yang turun drastis, akibat dari kurangnya sewa angkutan mereka. Keadaan sekarang bisa dianalogikan dengan umpama klasik “the rich get richer, the poor more destitute”.
Selain
itu banyaknya promo yang dilakukan transportasi on line membuat tukang becak dan supir angkutan umum menjerit dalam
persaingan mendapatkan sewa. Bahkan dewasa ini munculnya sebuah kebutuhan
palsu. Konsumen transportasi onlien akan
begitu mudah untuk mendapatkan jasa mobilitas, hanya membuka aplikasi kemudian memesan dan membayar ongkos sesuai
tarif di layar smartphone. Dengan alasan
kenyamanan, keefektifan, dan slogan “cepat tepat”, individu akan enggan menaiki
angkutan umum yang tidak berbasis online.
Menjadi
sebuah habitus masyarakat jaman
sekarang memegang penuh prinsip hidup otomatisasi dalam kehidupan yang serba
instan ini. Siapa yang disalahkan dalam keadaan ini? Tidak ada yang pantas
disebut salah, karena antara pengemudi transportasi online dan pengemudi tranportasi yang konvensional sama-sama mencari
kebutuhan hidup. Siapapun ingin mendapatkan pekerjaan yang layak, karena perubahan
jaman tidak bisa jauh dari skill,
kepemilikan modal (social capital),
dan jaringan antara pemilik modal itu sendiri.
Mendengar Rintihan Rakyat Kecil
Banyak
perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat yang selama ini menjadikan sektor
transportasi sebagai sumber kebutuhan. Demontrasi bahkan sampai bentuk
kekerasan telah terjadi, harapan mereka adalah adanya perhatian pemerintah
terhadap nasib mereka. Hingga kebijakan-kebijakan yang disepakati diharapkan
bisa menguntungkan ke dua belah pihak. Karena jika tidak diatasi secepat
mungkin akan meningkatkan tingkat kemiskinan (poverty) dan meningkatkan angka pengangguran (unemployment).
Dibutuhkan
proses policy brief untuk menangani permasalahan di atas. Adapun
proses pembuatan kebijakan adalah dengan menyusun agenda dan mengangkat masaah
publik ini ke tingkat yang lebih serius. Kemudian membuat formulasi dan
implementasi kebijakan yang sudah dilaksanakan selama ini.
Langkah
terakhir adalah penilaian terhadap kebijakan yang sudah diputuskan tentang
keberadaan transportasi online. Sehingga
keberadaan teknologi dan perubahan sosial ini menjamin sebuah kesetaraan.
Kebijakan tersebut tidak hanya menguntungkan perusahaan yang berbasis
teknologi, akan tetapi penting melihat keadaan masyarakat kecil yang tidak
memiliki modal.
Selain
kesiapan pemerintah dalam menangani permasalahan kehadiran transportasi online. Masyarakat yang bekerja sebagai
tukang becak dan supir angkutan umum
harus terbuka terhadap pengalaman baru, memiliki sikap untuk semakin
independen, memiliki ambisi hidup yang tinggi, dan punya kepercayaan diri
terhadap perubahan jaman sekarang. Hingga bangsa Indonesia bisa moving out poverty dan pembangunannya
memiliki prinsip sustainable development.
Tags : Jurnal Sosiologi
bonarsitumorang
- Bonar Situmorang
- Medan
- Jakarta Selatan
- bonarsos@gmail.com
- +62852-6969-9009